"Aku harap kamu bisa memenuhi semua janji kamu, memberikan bayi itu padaku Safa" Ucapnya dingin
Ucapannya mulai menohok hatiku, itu artinya dia meminta anak yang aku kandung. Aku tidak sanggup kalau nanti harus memberikan anakku pada mereka, bukannya mereka juga bilang kalau aku menikah dan memiliki anak mereka tetap menganggapku istri kedua.
Tapi apa maksud ucapan mba Afifah barusan, hatiku sungguh sakit kali ini bagaimana kalau nanti dia melepaskan aku dengan anakku.
Semua pikiranku kembali tidak tenang, ucapan mba Afifah terus saja terngiang di pikirankku entah apa yang akan terjadi lagi pada hidupku, ya Rabb apa aku boleh mengeluh sekali saja aku hanya takut sungguh.
Aku mulai menenangkan semua pikiranku, aku tidak mau menambah beban hidupku lagi biar Allah yang mengatur semuanya kedepan aku hanya bisa sabar dan berikhtiar untuk sekarang ini.
Ku dengar ada ketukan.
"Nak?"
"Nak apa kamu sudah tidur?" Tanya ummiku
Aku segera menghapus air mataku, aku tidak mau ummi melihatku dalam keadaan seperti ini karna aku tidak mau terus merepotkan ummi.
Aku mulai membuka pintu.
"Ada apa mi Safa baru mau tidur mi?" Tanyaku
Sementara ummi langsung memelukku erat.
"Mi, ada apa?"
"Kahfi tadi menghubungi ummi nak, dia bilang kalau dia sangat merindukan kamu dan calon anaknya" Ucap ummi
Aku juga sangat merindukan kamu mas, bahkan sebelum kamu bilang aku sudah merasakan hal itu mas tapi apa boleh buat kita terhalang oleh batas yang mba Afifah buat.
Aku tidak mengatakan apa-apa pada ummi, aku hanya memeluknya erat.
"Ummi tahu nak, kalau cinta kalian sendiri yang nantinya akan menjadi awal hidup kalian. Semoga saja bisa secepatnya kalian saling mencintai satu sama lain ya" Ucap ummiku lagi
Bagaimana bisa cintaku menjadi awal dari semuanya justru cintaku dan mas Kahfi lah yang menjadi akhir dari hubungan ini.
"Nak, kamu tidur ya ini sudah jam 10, tidak baik ibu hamil tidur malam" Ucap ummiku sangat penuh perhatian
Aku hanya mengaggukan kepalaku, tak lama ummi pergi meninggalakn ku sendiri.
Tapi rasanya sangat sulit aku berpikir semuanya terasa begitu sakit di hatiku, apa benar cinta aku dan dia justru akan menjadi akhir dari segalanya.Aku tahu sekarang aku sedang mengandung besar sudah seharusnya aku tidur nyenyak tapi pikiranku terus saja terganggu dengan semua yang mba Afifah katakan.
****
Pukul 01 : 00 aku masih dengan posisiku duduk di sofa, rasanya sangat susah aku memejamkan mata. Perkatakan itu terus saja menghantui pikiranku, memberikan bayiku kepada mereka itu yang aku takutkan, bisa-bisanya mba Afifah berkata seperti itu padaku, aku sangat muak dengan keadaan seperti ini permainan seperti apa lagi yang di mainkan oleh mba Afifah untukku.
****
Kahfi pov
Aku melihat Afifah sudah tertidur dengan nyenyaknya tapi aku masih belum bisa memejamkan mata padahal ini sudah jam 1 malam tapi tetap saja.
Aku memutuskan untuk pergi keluar entah aku akan pergi kemana jam segini tapi aku hanya ingin mencari udara segar biarkan Fifah memarahiku lagi tapi aku sungguh merindukan gadis mungilku Safa, aku sudah tidak tahan dengan kondisi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Wife
SpiritualSafa Althaullah gadis polos yang tidak pernah memperdulikan hal sekitar kecuali ibunya. Cerita itu di mulai ketika Safa bertemu dengan Afifah dan Kahfi sepasang suami istri yang terlihat sangat harmonis tapi mereka memaksa Safa untuk melakukan renca...