Safa pov
Aku tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi pria itu. Aku mengerti ini memang kemauan istrinya tapi bisa saja kan dia menolaknya dia tidak harus selalu mengikuti kemauan istrinya. Aku juga tahu mba Afifah seperti itu karna agar aku terkesan dengan gaun pengantinku. Tapi tetap saja aku ini hanya sebagai istri keduanya hanya sebagai wanita yang harus memberikan anak untuk mereka berdua tidak lebih, jadi untuk apa aku harus menggunakan gaun yang berkesan statusku saja hanya istri kedua. Pakaian yang ummi buat saja sudah membuatku berkesan aku tidak mau justru kalau aku memakai gaun terlalu mewah mereka akan mengolok-ngolokku, di tambah mertua pria itu yang sangat tidak menyukai kehadiranku kalau dia tahu gaunnya sangat mewah nanti apa yang akan dia lakukan padaku. Menamparku sudah membentakku pun sudah terus apalagi, Ya Allah kenapa aku harus berpikiran jelek terhadap orang lain.
Aku bersikap jutek padanya karna aku tidak suka dia selalu saja membicarakan dia tidak akan mencintaiku. Aku juga tahu akan hal itu dia tidak perlu mengingatkanku beberapa kali cukup satu kali saja aku sudah tahu.
Saat aku ingin memasuki kelas, datang kedua sahabatku.
"Safa"
Aku hanya tersenyum membalas sapaan mereka.
"Safa masuk jam berapa?"
"Bentar lagi" Jawabku
"Kapan pernikahannya?"
"Besok aku fitting baju"
"Alhamdulillah, Safa inget pesan kita berdua kan lo gak boleh sedih di hari pernikahan lo, walaupun...."
"Aku janji sama kalian karna bagaimanapun ini pilihanku" Aku memotong ucapan Bella
"Syukurlah kalau begitu"
"Yaudah aku masuk kelas dulu ya"
"Iya Safa, nanti sore kita maen ya kerumah lo" Ucap Mawar
Aku hanya menganggukan kepala.
Hari ini dosen keduaku tidak datang akhirnya aku memutuskan untuk melaksanakan shalat dzuhur berjamaah. Setelah semuanya selesai aku menunggu jam kuliah ketiga dengan menuju perpustakaan, aku mengambil sebuah novel dan mulai larut dengan semua yang ku baca bahkan aku sampai meneteskan air mata karna kisah cinta mereka yang begitu sedih jangan sampai aku seperti cerita di novel ini di pisahkan dengan seseorang yang dia cintai karna ada satu hal yang mengganggu mereka berdua. Semoga kisah cintaku akan jauh lebih baik dari novel ini walaupun sudah terlihat dari sekarang kalau sama kisah cintaku juga tidak baik-baik saja. Aku memutuskan untuk memasuki kelas ketiga karna takut dosennya keburu datang. Entah siapa nanti yang akan di ambil mahasiswa dari kelasku oleh perusahaan pria itu, aku berharap jangan aku karna walaupun nanti aku menjadi istrinya tetap saja aku tidak mau berdekatan dengan dia setiap harinya, aku takut rasa ini akan terus tumbuh bila aku harus terus berinteraksi dengan dia.
"Safa kamu melamun ya dari tadi saya perhatikan?" Tanya dosenku
Sementara aku sudah gelagapan mendengar ucapan dosenku, lagi-lagi kenapa si aku harus melamunkan pria itu.
"Safa?"
"Tidak bu, tadi hanya sedikit mengantuk" Ucapku
"Yaudah cuci muka dulu sana, saya tidak mau kamu kehilangan materi ini mengerti karna materi hari ini sangat penting untuk persentasi nanti"
"Baiklah bu" Jawabku
Akupun langsung menuju toilet untuk membasuh mukaku semoga saja aku tidak terus melamunkan hal yang tidak penting itu. Setelah selesai langsung saja aku masuk kedalam kelas lagi dan mulai memahami semua materi yang ku butuhkan aku mulai mencatat satu persatu ucapan dosenku yang kurasa penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Second Wife
SpiritualSafa Althaullah gadis polos yang tidak pernah memperdulikan hal sekitar kecuali ibunya. Cerita itu di mulai ketika Safa bertemu dengan Afifah dan Kahfi sepasang suami istri yang terlihat sangat harmonis tapi mereka memaksa Safa untuk melakukan renca...