Chapter #01 The Boy with Sad Eyes

12.9K 600 16
                                    

Langit gelap. Terik matahari yang biasanya semangat banget menampar kulit, pagi ini malu-malu tertutupi awan mendung sejak beberapa menit yang lalu. Hujan turun dengan deras. Saking derasnya, Caca sampai berpikir bahwa satu jam lagi aja gak reda-reda, nih ibukota pasti bakalan muncul di breaking news lagi. Judul beritanya, SEORANG SISWI SMA DITEMUKAN KELELEP DI JALAN SAAT BANJIR!

Tak jauh dari jalan terminal tempat Caca berdiri, gerbang SMA Airlangga malah keliatan sepi banget. Gak ada siapa pun yang melintas melewati gerbang yang masih terbuka lebar. Kecuali Pak Rudi-guru olahraga- dan Mang Eko-penjaga sekolah- yang sedang berjaga di pos ditemani secangkir kopi hitam buatan Mbak Sekar.

Coba aja gak lagi hujan, tuh guru olahraga sama penggaris panjangnya udah standby aja di depan gerbang berubah profesi jadi kang razia dadakan, kang salon dadakan, kang parkir dadakan! Malah kadang jadi pelatih militer dadakan! Bisa disuruh push up 100 kali  kalo ketauan ngebolos atau datang terlambat!

Pernah seorang siswi sampai jatuh pingsan setelah disuruh berlari keliling lapangan  yang luasnya tiga kali lapangan sepak bola gara-gara telat. Baru tujuh putaran, tuh anak keburu modar!

Caca mengumpat kesal meratapi hujan dari bawah atap toko sembako tempatnya berteduh. Seragamnya udah setengah basah!

Siapa juga yang nyangka  hujan bakalan turun padahal langit keliatan cerah banget setengah jam yang lalu ketika ia meninggalkan rumah tadi. Cerah secerah kepala sulahnya Pak Ali yang selalu bikin mata silau!

Diliriknya jam di pergelangan tangan. Pukul 06.57. Masih ada waktu tiga menit sebelum gerbang ditutup dan 18 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Sepasang matanya melirik cepat ke arah gerbang sekolah. Jarak dari halte ke sana tidak lebih dari 300 meter.

Ok, kepalang tanggung!

Lebih baik basah daripada harus memohon-mohon sama Pak Rudi membukakan pintu gerbang karena telat. Itu akan amat sangat menyebalkan. Mending kalo cuman mohon-mohon terus diomelin, nah kalo disuruh push up di depan seluruh murid Airlangga? Kan gak lucu! Mau taruh dimana mukanya sebagai orang nomor satu di sekolah, hah?! Taroh di mukanya Mang Eko?! Ogah!

Caca mengangkat tas slempangnya ke atas sebagai payung, mengambil ancang-ancang, sedetik kemudian kakinya langsung saja berlari secepat yang ia bisa.

Bruuummm!!!

Sebuah motor hitam besar menyalip laju melewati Caca dengan suara nyaring nan elegan. Motor hitam yang muncul dengan kecepatan kilat melewati genangan air yang langsung saja menyembur ke pakaian Caca tanpa ampun.

"Woooiiii!!!!!" teriak cewek itu kesal.

Namun motor besar itu sudah lebih dulu melesat melewati gerbang dan menghilang.

Caca menurunkan tas ransel yang tak lagi berguna dari atas kepala dengan tangan terkepal kuat di sisi tubuh. Ia mengenali siapa pengendara motor sialan yang membuat penampilannya terlihat habis tercebur di selokan saat ini.

Orang nomor satu yang seharusnya gak pernah ada di sekolah ini!

Awas lo, Ga!!!

***

Di dalam sekolah, koridor-koridor telah dipenuhi oleh siswa-siswi yang hilir mudik di depan kelas masing-masing.

Beberapa pasang mata menatap siswi yang muncul di koridor kelas tidak lama kemudian. Menatap cewek itu heran, bahkan ada yang diam-diam menertawakan keadaannya yang muncul dengan basah kuyup seperti itu.

Terang saja. Karena yang barusan datang dengan keadaan basah kuyup itu adalah tidak lain  Ketua Osis mereka yang sangat terkenal galaknya, Caca.

Namun Caca tak ambil pusing dan mengabaikan gelak tawa dari teman- temannya. Anggap saja dirinya memang sedang sial hari ini.

LANGIT JINGGA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang