🍍 Kim Wonpil

1.1K 122 2
                                    

Suara tuts ditekan terdengar nyaring memenuhi ruangan 5mx5m itu. Seorang lelaki berkaos belang menulis sesuatu dikertas lalu kembali menekan tuts keyboard, dia menggeleng menatap coretan nya.

"Gue tebak,"

Dia hanya menoleh sekilas kearahmu dan kembali menekan beberapa tuts dan menulis nya.

"Lu pasti--astaga! Tenang dikit napa, Won."

Teriak mu jengkel, laki-laki itu sengaja memotong ucapanmu dengan menekan tuts secara kasar dan sembarang.

"Berisik lu,"

"Lu yang berisik, dugong." balasmu sewot. Wonpil hanya mengangkat bahu nya acuh dan kembali kegiatan awal nya. "Balik napa, ruangan musik sono malah ngungsi kesini."

"Males,"

Dia mencoret kembali kertas lusuh tadi, kamu yang sedang membersihkan kamera dengan tisu mendengus malas mendengar jawaban nya.

"Bilang aja gak mau ketemu mantan." Pergerakan tangan teman sekelas mu itu berhenti sejenak sebelum dia bergumam tidak jelas.

"Gak, gue cuma mau disini."

"Alah basi," Kamu berdiri melihat keluar jendela, tepatnya kearah bangunan sebelah sana. Paling pojok dan paling luas, terlihat dari jendela ruangan musik beberapa anak sedang berbicara lalu menghambur keluar. Kamu menopang dagu, menatap gerombolan beremblem osis di sisi kiri seragam mereka.

"Udah keluar noh, balik napa." Kamu balik menatap Wonpil, lelaki terniat 2k17 dalam menghindari mantan pacar. Kenapa enggak kalo dia dengan niat nya membawa keyboard yang besarnya setengah tubuh orang dewasa ke lantai dua--ruang klub fotographi yang kamu ikuti demi menghindari tatapan muka dengan anggota osis--tepatnya sang mantan--saat anggota osis partroli kesetiap klub, sekedar meminta laporan dan hal yang tidak kamu pahami.

"Mager, udah pw disini gue."

Wonpil melipat kedua kakinya diatas kursi, memainkan pensil dengan mulutnya. Lucu dan menggemaskan.

"Nanti mantan lu juga kesini, ga mau balik gitu ?" Usir mu secara lembut. Selama Wonpil masih ada disini kamu tidak akan fokus melakukan apapun.

"Berisik amat sih,"

Dia mendecak, balik sewot kearahmu. Lelaki tadi berdiri berjalan kearahmu lalu menyembulkan kepala nya keluar jendela memandang kebawah berhubung ruangan mu dilantai dua dan ruang musik dilantai satu--karena mengangkat alat-alat musik itu, berat.

Posisi kalian yang atas-bawah membuat Wonpil dengan seenak jidat menaruh beban tubuhnya diatas kepala mu. Sengaja menggerakan nya saat memperhatikan anak osis yang masuk ke aula.

"Berat dugong."

Kamu mendorong tubuh Wonpil menjauh, selain berat posisi tadi juga tidak bagus untuk kesehatan jantung mu.

Wonpil kembali ke kursi nya, "Ada laptop kagak ? Lu bawa ?"

Kamu menggeleng, bohong. "Gak, cuma ada komputer aja noh." Kamu menunjuk komputer di samping lemari besi. Wonpil menatapnya sebentar sebelum ikut menggeleng.

"Ga jadi, gue kira lu bawa laptop."

"Apa beda nya coba ?"

"Ga ada, gue cuma mau pake laptop lu,"

Yakali laptop kamu dipakai, yang ada lelaki manis itu akan mendadak shock melihat isi galeri hasil jepretan mu yang hampir delapan puluh persen nya wajah Wonpil. Mau ditaruh dimana wajah mu saat teman sekelas sekaligus cinta pertama mu itu tahu kalo selama dua tahun ini kamu mempunyai rasa yang lebih untuk nya.

IMAGINE+youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang