🌴 Lee Jihoon

1.2K 128 8
                                    

Hari ini kamu masuk sekolah lagi setelah dua pekan libur semester dan tahun baru. Tidak ada yang spesial dari tahun kemarin dan tahun baru ini.

Hanya saja kamu akan menghadapi ujian sekolah untuk kesekian kali nya untuk persiapan masuk ke universitas favorit yang kamu ingin kan.

Kamu hanya menghela napas lelah begitu melepas helm dan merapikan poni kamu yang berantakan.

"Masih gak menyangka udah masuk sekolah aja, untung tadi gue gak telat," Dengusan lemah terdengar dari samping kamu, siapa lagi kalo bukan dari Dino. Teman sekelas kamu.

"Tubuh gue aja masih gak terima kenyataan." Kamu menyahut, menjajarkan tubuh di samping Dino.

"Gue masih ngantuk anjiran." Dino menguap pelan, jam baru menunjukan pukul setengah tujuh pagi dan sekolah sudah mulai ramai. Kalian berdua berjalan sepanjang koridor, memperhatikan sekolah yang sama sekali tidak berubah.

"Gue jam segini belum bangun, ini juga gue masih setengah sadar kesekolah. Untung gak kecelakaan," Kamu ikut menguap. Dino memukul pelan bahu mu.

"Ck, lu kira lu doang apa. Satu sekolah juga bakalan mikir hal sama. Ya kecuali tipe tipe orang kerajinan doang." Setelah mengucapkan itu Dino pamit duluan masuk kedalam kelas sedangkan kamu memutuskan duduk di depan kelas masih lengkap dengan tas. Memandang orang yang lalu lalang dengan tidak minat.

Ah, seperti hari pertama sekolah mu akan membosankan seperti biasa nya.

Dan benar saja, sepanjang hari yang kamu lakukan dengan teman teman mu hanya bergosip ria tentang apa saja. Mulai dari liburan-tahun baru-temen kamu yang baru putus-nilai raport yang salah-anak bermasalah di kelas sebelah hingga penyuluhan dari universitas swasta.

Untung saja hari pertama sekolah di pulang kan lebih awal. Jadi kamu bisa sedikit bersantai saat dirumah nanti sebelum besok rutinitas belajar akan kembali terjadi.

"Ice bubble yok."

Kamu menoleh kearah laki-laki mungil nan manis yang terakhir kali kamu melihatnya berambut gondrong kini memotong pendek rambut nya itu tengah memainkan ponselnya sebelum menatap mu singkat menunggu jawaban.

"Traktir ?"

"Gak lah, bayar sendiri sendiri." Dia berjalan duluan. Kamu mendengus malas tapi tetap mengikuti langkah pendek nya.

"Lu tambah pendek kek nya, Zi." Setelah mengatakan itu kamu mendapat tendangan di kaki kiri mu.

"Selamat taun baru, bongsor." Sekali lagi lelaki yang kamu panggil Zi tadi menendang kaki mu yang kurus. Kamu meringis pelan, di dalam hati sudah bersumpah serapah untuk laki laki didepan kamu sekarang.

"Taun baru itu ndak bole nambah dosa, Ndek." Kamu merangkul bahu nya yang lebih pendek, "Harusnya lu traktir gue biar dapat pahala di awal taun."

"Yakali."

"Mohon bantuan nya ya buat tahun ini, Woozi." Kamu nyengir kearah lelaki bernama asli Lee Jihoon itu sebelum berlari kecil ke penjual ice bubble yang tidak jauh dari gerbang sekolah.

Woozi, itu username yang sering Jihoon gunakan untuk bermain game online dan hanya kamu yang suka memanggil Jihoon dengan panggilan Woozi, kata nya biar spesial kaya martabak nya bapak Jaehwan.

Woozi mah iya iya aja asal kamu nya senang. Toh, nama nya juga bagus. Jadi Jihoon gak masalah di panggil Woozi oleh kamu.

"Zi, lu mau rasa apa ?" Kamu nyembulkan kepala di antara pembatas yang terbuat dari triplek.

"Kaya biasa." Mendengar nya kamu hanya mengangguk. Woozi duduk di kursi yang di sediakan dan kamu datang sambil menghela napas.

"Welcome to hell."

Gumam kalian bareng. Kalian berdua saling tatap sebelum tertawa.

Ya, kalian sama sama membenci--lebih tepat nya tidak menyukai yang nama nya belajar atau hal yang membuang tenaga secara berlebihan kecuali untuk bersenang senang.

Dan besok neraka itu akan di mulai lagi. Kamu dan Woozi cuma bisa tabah dan berdoa semoga kalian berdua bertahan hingga titik darah penghabisan. Oke itu lebay.

Tepatnya bertahan sampai UN selesai dan kalian sudah di terima di universitas yang kalian inginkan.

"Lu fix di Jogja, Zi ?"

Woozi mengangguk pelan, memasukan ponsel nya kedalam saku lalu menatap langit siang yang begitu terik. "Yah, gue bakalan kangen ngebully lu dong." Lanjut mu bercanda.

"Mungkin maksud lu tanpa kata ngebully baru benar." Woozi natap kamu dengan senyum teduh nya, jarang jarang seorang Lee Jihoon tersenyum tenang seperti itu.

"Idih." Kamu cuma bisa menjawab seperti itu lalu buru buru menyedot ice bubble yang datang tepat waktu. Menyelamatkan mu dari tatapan dan senyum yang bikin hati kamu berdetak tidak karuan.

Woozi masih dengan senyum nya ikut menyedot ice bubble nya. "Gue juga kaya nya bakalan kangen dengan elu deh, serius."

Yaudah habis dengar itu kamu langsung keselek kaya orang mo mati aja. Woozi cuma ngetawain kamu yang salah tingkah.

Si-Sialan.

- FIN -

🐳🐳🐳

Udah maen sekolah aja :(

IMAGINE+youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang