🍍Park Sungjin

1.3K 112 5
                                    

Bukan nya kamu terlalu pede selama ini. Tapi, tingkah nya makin lama makin membuat tanda tanya besar di dalam kepala kamu. Terlebih lagi hari ini, dia semakin membuat kamu jadi semakin berharap dan berpikir yang aneh-aneh.

Saat kamu lewat dengan teman kamu yang beda kelas, dia lagi lagi tersenyum lebar. Dia seolah olah sedang bicara dengan teman teman nya tapi lirikan mata dan senyum nya terakah kepada mu.

Kamu mengalihkan pandangan saat menuruni anak tangga yang bertepatan di samping sanggar seni. Menyisakan debaran di hati kamu.

Tidak, ini semua salah.
Tapi senyum tadi sukses membuat jantung kamu tidak karuan.

Kamu seperti ini bukan nya tanpa alasan. Awal nya kamu pikir, lelaki itu tersenyum untuk sahabat kamu yang memang jadi primadona sekolah. Beberapa kali—tepat nya memang itu jalan pulang kalian, lelaki itu selalu tersenyum kearah kalian dan tentu saja kamu tidak menanggapinya karena kamu pikir itu untuk sahabat kamu.

Tapi, sejak beberapa hari yang lalu saat kamu tidak pulang bareng dengan sahabat kamu karena anak itu ada urusan keluarga menyebabkan dia izin—kamu memutuskan pulang dengan teman kamu yang lain, anak kelas sebelah dan tentu saja kejadian itu terulang.

Anak seni itu kembali tersenyum kearah kamu saat kalian melintas.

Dia, Park Sungjin.
Anak seni sekaligus kakak tingkat kamu.

"Woi Jin."

Teriak kamu sukses membuat semua orang yang mempunyai nama panggilan Jin menoleh. Baik itu nama depan atau belakang. Dan orang itu juga ikut menoleh dengan sebelah alis terangkat. Sungjin.

"Muhammad Seokjin Argantara, lu dengar kagak sih, bang ?" Seru kamu kembali sebelum kesalah pahaman berlanjut.

Abang kamu, Seokjin yang tadi nya asik nyemil batagor didepan sekolah menoleh lalu melambaikan tangan nya menyuruh kamu mendekat karena lelaki itu baru saja menghabiskan porsi kelima dan menuju porsi ke enam kalo saja kamu tidak mengamuk ingin pulang cepat.

Sungjin yang memperhatikan kamu dari kejauhan hanya tersenyum tipis sebelum kembali ke sanggar seni bertepatan dengan Seong Woo yang lewat lalu menghampiri kamu. Lelaki berjenong itu melirik kamu dengan mata nya, melihat interaksi kamu dengan Seong Woo sebelum melangkahkan kaki.

"Gue kira ada orang kesurupan tereak tereak tadi ternyata elu, elah tapir." Seong woo yang baru datang langsung menoyor kepala kamu lalu dengan santai nya memesan sepiring batagor dan memakan nya bareng abang kamu.

"Yeu habis gue nanti telat,"

"Telat paan ? Ngeliat bias ngelive gitu ? Gausah kaya orang susah deh nonton oppa oppa kurea pake wifi segala. Modal doang beli paket data." Cerocos Seong woo dengan mulut penuh batagor, mana saus nya pake acara muncrat kesana kemari lagi.

"Sabodo—bang buruan elah." Kamu menarik vest coklat-putih Jin beringas. Soalnya bias kamu sangat jarang ngelive apalagi live solo kaya sekarang maka nya kamu histeris dan juga badan kamu udah capek sekolah seharian perlu istirahat.

"Tungguin elah, gue nebeng." Dengan santai nya Seong woo menyahut ucapan kamu.

"Nebeng ? Yaudah buruan makan nya." Kamu langsung menyendokan batagor kedalam mulut Seong woo.

"Mati keselek gue, bego." Seong woo memukul tangan kamu. "Makan tuh harus dengan hati biar nikmat."

"Makan dengan mulut, gubluk." Balas kamu kesal karena kamu baru saja menghabiskan tujuh menit berharga mu dengan Seong woo.

Abang kamu—Jin hanya menatap kalian anteng lalu berdiri memesan batagor lagi untuk di bawa pulang. Setelah semua selesai kamu bergegas masuk duluan kedalam mobil dengan muka di tekuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMAGINE+youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang