Jena melilitkan rambutnya pada handuk kecil yang ia gantung dibelakang pintu kamar mandinya.
Ia langsung bergegas keluar dari kamar mandi dan memakai sendal rumahnya lalu turun ke lantai bawah untuk menemui ipar kesayangannya.
"Nona Jena?" tanya Bibi Han saat ia baru melihat nonanya tersebut setelah beberapa tahun lamanya.
"Bibi Han!" Jena langsung berteriak lalu memeluk asisten pribadi rumahnya tersebut.
Bibi Han pun langsung membalas pelukan Jena dan juga mengelus pelan rambut Jena yang masih berwarna coklat tua.
Rencananya untuk mengecat rambut kemarin siang gagal, karena Namjoon mengajaknya berkeliling Seoul selama seharian.
"Ah bi, aku hampir lupa." Jena menepuk keningnya.
Bibi Han melepaskan pelukannya lalu memperlihatkan wajah yang bertanya-tanya.
"Panggil aku Sena di depan Taehyung ya bi," ucap Jena.
Ingin Bibi Han bertanya mengapa, tetapi ia tahu bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat karena ia sudah melihat Taehyung duduk di ruang tengah rumah Keluarga Kim itu sejak satu jam yang lalu.
Bibi Han tersenyum lalu mengangguk, "Lebih baik nona turun sekarang, Tuan Kim sudah menunggu lama."
Jena mengangguk lalu melambaikan tangannya kearah Bibi Han.
Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke ruang tengah. Sesampainya disana, ia melihat Taehyung sedang memainkan ponselnya dengan posisi duduknya yang terlihat sangat nyaman.
"Ehm," Jena berdeham kencang.
"Ada apa dengan baju mu?"
Dari ribuan, bahkan jutaan kata yang ada di dunia ini Jena bertanya-tanya pada dirinya sendiri mengapa pria itu malah menanyakan baju tunangannya bukan memeluknya atau apalah itu.
"Bajuku? Wae?" Jena memegang bajunya sambil melirik Taehyung dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Aku akan pergi dengan tunangan ku, bukan asistenku," sinis Taehyung, "bahkan pakaian asistenku lebih baik, tch."
Jena mengerti sekarang, ia pikir Taehyung hanya ingin berkunjung. Tapi ia tak perlu berbicara sekasar itu bukan?
"Ahh, oke tunggu sebentar aku akan mengganti bajuku dan mengeringkan rambutku."
Jena berlari kecil ke kamarnya lalu mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah.
Ia kemudian menyisir rambutnya dengan tergesa-gesa lalu menganti pakaian rumahnya dengan sweater yang tidak terlalu tebal, celana jeans, dan sepasang sneakers putih.
Lalu ia mengambil ponsel dan tasnya, kemudian turun ke lantai bawah untuk menemui Taehyung kembali.
Taehyung menghembuskan nafasnya kasar saat melihat Jena tiba di depannya menggunakan pakaian casual.
"Kau tahu kan hari ini adalah jadwal untuk bertemu dengan rekan kerjaku?!" tanya Taehyung sambil meredam amarahnya dan juga suaranya.
Jena kaget setengah mati saat ia melihat raut wajah Taehyung yang seperti menahan amarahnya.
"M-maaf, aku ak-"
"Tak usah, kau sudah membuang waktuku berjam-jam." Taehyung kemudian menarik lengan Jena dengan paksa.
Mereka keluar dari rumah kediaman Keluarga Kim tersebut, lalu Taehyung menghempaskan tangan dan juga tubuh Jena pada mobil mewahnya.
"Masuk," tegas Taehyung.
Jena pun membuka pintu mobil berwarna hitam tersebut lalu masuk kedalamnya dengan cepat.
● Autumn White Lies ●
Mereka sampai disebuah restoran yang memiliki desain sangat mewah. Bahkan dari cat maupun dekor taman dari restoran ini pun semua orang dapat tahu bahwa ini merupakan restoran kalangan atas.
Taehyung menyerahkan kunci mobilnya pada seorang pelayan yang memang mengurusi bidang jasa valet.
"Apa yang kau tunggu? Masuk," ucap lelaki itu dingin kepada Jena yang mematung ditempat.
Hati Jena mendadak bergemuruh saat melihat papan nama dari restoran tersebut.
Pierre Gagnaire à Séoul.
Dahulu, seseorang yang ia kenal sering menyebut nama restoran tersebut, merencanakan pernikahan bersamanya disana, dan masih banyak lagi.
Tetapi kenyataan berkata lain. Bahkan orang tersebut sudah pergi meninggalkan gadis yang saat ini masih mematung di depan restoran itu.
Taehyung yang tak digubris pun berusaha meredam amarahnya lalu menarik tangan Jena dengan paksa.
"Rileks kan dirimu, aku tak mau jika client ku menyangka bahwa aku mengancam mu."
Jena ingin bertanya apa maksud dari perkataan pria tersebut, tetapi ia dikagetkan dengan sebuah tangan yang memegang pinggulnya lalu menariknya kearah tangan tersebut berasal
Tiba-tiba darah Jena berdesir, detak jantungnya pun berdetak tak karuan.
Ia segera menggelengkan kepalanya saat melihat ada seseorang yang memanggil Taehyung, lalu ia dan pria tersebut pun berjalan mendekatinya.
"Good Morning Mr. Frank." Taehyung melepaskan tangannya dari pinggul Jena lalu menjabat tangan orang yang sedang berdiri di depan sebuah meja.
"Morning Mr. Kim and?"
"Sena Kim," ucap Jena membalas pertanyaan dan juga jawaban dari pria yang ada di sebrangnya.
"Mrs. Kim? You two are already married?" tanya nya lagi.
Taehyung tersenyum, senyum yang tak dapat Jena artikan, "Not yet, were planning to get married this December."
Deg.
Jena tahu maksud dari ucapan Taehyung adalah bukan menikah bersama dirinya, melainkan bersama Sena, tetapi mengapa ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat ini?
"Dont forget to invite me later okay?" pria itu terkekeh, begitu pula dengan Taehyung.
Ia mempersilahkan Taehyung dan Jena untuk duduk di bangku sebrangnya dengan sopan.
Lalu Taehyung dan Tuan Frank tersebut membahas suatu proyek yang Jena tak ketahui dan tak ingin tahu sama sekali.
Alhasil, Jena hanya duduk terdiam sambil memakan makanannya yang disediakan oleh pelayan dari restoran tersebut beberapa waktu yang lalu.
Thank yoy for reading and dont forget to vote and comment
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanficSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017