"Oraenmanida, Kim Jena-ssi."
Tubuh Jena seakan menegang. Jena mengigit bawah bibirnya perlahan. Pandangannya mulai memburam saat orang itu mendekat ke arahnya.
Kemudian orang tersebut merengkuh tubuh Jena lalu mengusap kepala Jena pelan. Tangis Jena langsung pecah seketika kemudian. Sesak di dadanya juga tak dapat ia hiraukan.
"Sshhh ... Jena-ya," ucap pria itu dengan suara berat miliknya.
Jena terus terisak dalam pelukan orang tersebut sambil membalas pelukannya dan juga meremas kuat jas putih yang pria tinggi itu kenakan.
Menyadari Jena yang menggunakan baju pasien dari rumah sakit tersebut membuat pria itu khawatir seketika kemudian.
"Jena, kau kenapa?" Ia menjauhkan badannya dari Jena.
Jena memilih untuk tak menjawab dan tetap terisak.
"Jena-ya, kumohon jangan seperti ini." Orang itu kembali mengusap kepala Jena pelan.
● Autumn White Lies ●
Saat ini Jena tengah menyesap minumannya bersama dengan seorang dokter muda yang berada di depannya saat ini.
"Penyakitmu kambuh lagi?"
Jena menggeleng. "Tidak. Aku hanya kelelahan," jawabnya.
"Bagaimana keadaanmu, oppa?" sambung Jena.
Pemuda itu menyesap kopi panasnya lalu tersenyum, "Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Ini minggu kedua ku bekerja di sini, dan aku sudah mendapat kejutan."
Jena mengerutkan keningnya. "Kejutan? Setahuku ulang tahunmu sudah lewat."
Wonwoo terkekeh ringan, "Bukan, bukan itu yang ku maksud. Kau."
Jena menunjuk dirinya sendiri sambil memasang ekspresi binggung.
"Kau kejutannya," Wonwoo tersenyum kecil, "Aku merindukanmu Jena-ya."
Jena terkekeh pelan. Sifat humoris yang melekat pada anak sulung keluarga Jeon tersebut memang tak pernah berubah.
Mereka terus berbincang-bincang, membahas tentang keadaan satu sama lain beberapa bulan belakangan ini.
Sementara di sisi lain, Taehyung yang baru saja mengurusi administrasi Jena sedang berjalan kembali ke kamar tempat Jena di rawat inap.
Pemuda itu lantas menggeser pelan pintu putih di depannya saat ia tiba di kamar inap Jena.
"Se-" ucapan Taehyung yang hendak memanggil Jena terhenti sesaat setelah ia tak menemukan gadisnya di kamar tersebut.
"Sena?" tanyanya pada ruang kosong tersebut.
Wajahnya berubah menjadi panik saat ia tak berhasil menemukan gadis itu setelah mencarinya bahkan ke sudut-sudut terkecil di ruangan tersebut.
Taehyung berjalan cepat ke arah luar.
Tadi saat Jena siuman, ia mengatakan bahwa taman dari rumah sakit tersebut terlihat indah. Taehyung berharap ia akan menemukan gadis tersebut di taman itu.
● Autumn White Lies ●
Jena sedang bercerita tentang proyek besar-besaran yang dilakukannya bersama salah satu pelukis terkenal beberapa bulan yang lalu, sampai akhirnya Wonwoo bertanya pada gadis itu.
"... untungnya sebagian besar dari orang yang datang tak menyadari bahwa bingkai lukisan itu kotor oleh noda cat."
"Jena, apa kau masih memikirkan Jungkook?" tanya Wonwoo sama sekali tak menanggapi tentang cerita Jena barusan.
Jena terdiam.
Wajahnya yang tadi bersemangat menceritakan proyek besarnya tersebut berubah menjadi datar.
"A-aku tak bermaksud untuk membuatmu mengingat kembali kenangan pahit itu," Wonwoo menghela nafasnya lalu membuangnya pelan, "tapi aku yakin kau berhak tahu tentang ini."
Wonwoo mengeluarkan sebuah amplop kecil berwarna putih yang selalu ia bawa dalam tas kerjanya.
Jena mengerutkan keningnya, meminta penjelasan atas amplop tersebut.
Wonwoo memberanikan dirinya untuk menjelaskan perihal surat tersebut pada Jena.
Bagaimanapun juga, aku harus memberitahunya tentang surat ini, batin Wonwoo.
"Itu surat dari Jungkook," ucap Wonwoo akhirnya.
Jena menelan ludahnya kasar, lalu tangan kanannya dengan gemetar meraih amplop tersebut.
Jena membuka isi amplop tersebut perlahan, sementara Wonwoo yang berada di sebrang gadis itu memperhatikan gerak-gerik Jena dan bersiap untuk segera tanggap jika kemungkinan terburuk akan terjadi pada gadis di hadapannya.
Jena melebarkan kertas yang terlipat rapih dari dalam amplop tersebut lalu membaca satu persatu kata yang terukir di atas kertas itu.
Wonwoo memperahatikan Jena yang berkali-kali menelan ludahnya kasar sambil berusaha menahan tangisnya. Sambil berdoa agar Jungkook memaafkannya setelah ini.
Hatinya sakit. Jena tak percaya atas apa yang baru saja ia baca.
Dari beribu-ribu pilihan yang ada di dunia ini, itu bukan jalan pintas maupun solusi yang seharusnya ia ambil.
Juga, Jena tak pernah merasa terbebani. Ia malah sangat berterimakasih pada takdir yang telah mempersatukan mereka di rumah sakit beberapa tahun yang lalu.
Wonwoo berkali-kali menyerukan perkataan maaf di dalam hatinya. Ia kembali mengeluarkan sebuah surat.
"Yang ini untukmu," Wonwoo menaruh amplop yang lain tersebut ke atas meja, "ia berkata padaku bahwa aku harus memberi ini padamu saat kau sudah lebih tenang."
Jena meraih amplop yang lain tersebut dan membaca kertas yang ada di dalamnya.
Untuk yang satu ini, Jena tak dapat membendung tangisannya lagi. Ia menangis sekencang-kencangnya.
Untungnya, tak banyak orang yang berada di kafetaria tersebut, karena jam makan siang baru saja berakhir.
Jena memukul-mukul dadanya kencang dengan tangan kirinya, sambil meremas kertas itu menggunakan tangan kanannya.
Wonwoo membiarkannya seperti itu untuk sementara. Sampai akhirnya, ia tak tahan dengan pemandangan di depannya, yang membuat hatinya teiris.
"Jena sudah cukup," ucap Wonwoo mengingatkan.
Jena tak mendengarkan ucapan Wonwoo dan terus memukul dadanya. Wonwoo terus menerus mengingatkan Jena sambil berusaha menggapai kedua tangan perempuan itu.
"Hentikan Kim Jena! Ia tak ingin melihatmu seperti ini!" teriak Wonwoo setelah ia berhasil mengunci kedua tangan Jena.
Jena terisak pelan. Wonwoo berdiri lalu berjalan mendekat ke arah Jena sambil tak merenggangkan sedikitpun tangan Jena darinya.
Wonwoo merendahkan tubuhnya di depan Jena, lalu melepas tangan Jena dan merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku Jena. Maafkan aku Kook," ucap Wonwoo dengan suara yang hampir tak terdengar.
Di hari itu, Jena mengingkar janjinya untuk yang ke sekian kali.
Hai, guys!!
Thank you so much for all of your support, we've reached 8k views omg!!
Thank you for your votes and comments.
Enjoy reading!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanficSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017