Waktu berlalu begitu saja. Tak terlalu lama, juga tak terlalu cepat.
Kata orang, kau bisa merasakan kehadiran waktu hanya saat kau sedang sendiri. Itulah yang sedang Sena rasakan kali ini.
Dua bulan sudah sejak kejadian di malam yang tak ia ketahui itu, tetapi Taehyung benar-benar tak berhubungan dengan keluarganya lagi.
Dengan kedua tangan yang menopang dagunya, ia kembali menatap jalan raya di depannya dengan kosong.
Bukan hanya Taehyung yang ada di pikirannya saat ini, tetapi ia juga terus memikirkan Jena.
Terakhir kali ia bertemu dengan kembarannya itu adalah sesaat sebelum ia berangkat ke New York sekitar satu setengah bulan yang lalu.
Jena harus kembali menjalani pengobatannya secara rutin. Penyakitnya sudah lebih kronis dan mengancam nyawa perempuan itu.
"Jena noona?" Suara serak itu mampu membuat kepala Sena terangkat ke atas.
"Jena noona, astaga!"
Seorang remaja laki-laki yang masih memakai seragam sekolahnya memeluk Sena dengan erat , Sena pun hanya bisa diam ketika remaja tersebut tak kunjung melepaskan pelukannya.
"Noona..." panggilnya dengan lemah dan tangan yang sudah melonggar dari pundak Sena.
Pemuda itu duduk di samping Sena dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku bukan Jena." Satu kata itu cukup membuat harapan Taewoo pupus seketika.
"Kau Sena?"
Sena mengangguk pelan. Pemuda itu menghapus air mata yang sudah jatuh ke pipinya dengan cepat.
"Ah tak biasanya aku menangis di pertemuan pertamaku dengan orang lain," ucapnya sambil terkekeh pelan, seakan-akan kejadian barusan tak pernah terjadi.
"Aku Taewoo." Ia menyodorkan tangan kanannya ke hadapan Sena.
"Adik Kim Taehyung," tanya Sena takut.
Taewoo mengangguk pelan sambil menurunkan tangan kanannya yang tak mendapatkan jabatan tangan Sena.
"Aku tak tahu apa masalahmu dengan hyung-ku, tetapi bisakah kau membantuku?"
• Autumn White Lies •
Apartemen mewah layaknya terasa nyaman, bersih, dan elegan.
Tetapi kesan pertama saat Sena memasuki unit apartemen tersebut berbanding terbalik dari apa yang ia bayangkan.
Baju berserakan, pecahan botol bir kosong di mana-mana, puntung rokok yang sudah tersisa setengah, dan masih banyak hal lain yang menurut Sena cukup menjijikkan.
"Kau tak sedang menculikku, kan?" tanya Sena pada Taewoo yang sudah berada dua langkah di depannya.
Taewoo menggeleng, "Ini apartemen milik hyung."
"Hyung? Kim Taehyung maksudmu?" Sena menghentikan langkahnya.
Taewoo membuka sebuah pintu yang kemudian memperlihatkan pemandangan yang membuat Sena langsung memejamkan matanya rapat-rapat. Perempuan itu kemudian pergi ke balik tembok agar tak terlihat oleh orang yang ada di dalam ruangan itu.
"Hyung!" seru Taewoo dengan emosi.
Taehyung membuka matanya, lalu melihat Taewoo dengan wajah galaknya. Ia kemudian bangun dari ranjangnya dengan hanya menggunakan celana pendek.
"Aku akan memberi bayaranmu pada bosmu, pergilah," titah Taehyung dengan suara berat miliknya sambil mengoyangkan seorang wanita yang tak mengenakan sehelai benang pun.
Sena mengintip dari balik tembok, kemudian melihat pemandangan yang amat menjijikkan. Wanita itu berusaha mencium bibir Taehyung dan meraih tubuh Taehyung.
"Aku hitung sampai tiga, kau harus musnah dari hadapanku.
Dengan panik, perempuan itu melepaskan dirinya dari Taehyung dan menggunakan pakaiannya dengan terburu-buru.
Taewoo menyandarkan punggungnya pda pintu kamar, menunggu wanita itu pergi dari hadapannya.
"Tiga." Di saat yang bersamaan, wanita itu menutup pintu apartemen dengan kencang setelah berlari dengan cepat.
"Ada apa?" Kali ini Taehyung menatap adiknya dengan malas.
"Ini sudah dua bulan, hyung! Dua bulan kau diusir dari rumah dan kau masih tak berubah?!" Akhirnya amarah yang Taewoo pendam sedari tadi dapat ke luar melalui mulutnya.
Sena menutup mulutnya tak percaya. Taehyung diusir? Mengapa?
"Bila kau hanya menceramahiku sama seperti apa yang ayah lakukan, pergilah."
"Hyung, kumohon," pinta Taewoo.
Ia sudah muak. Taewoo tak pernah melihat Taehyung menjadi segila ini sebelumnya. Ia bersumpah akan melakukan apapun demi menyelamatkan kakaknya dari semua ini.
"Kau tak ada tugas atau ulangan untuk esok?" tanya Taehyung mengalihkan pembicaraan sambil mengenakan kaos putih polos.
Taehyung masih belum menyadari kehadiran Sena di sana.
"Hyung. Apa yang kau lakukan sebenarnya? Bila kau merindukan Jena noona, katakanlah!"
Tatapan Taehyung berubah mengelap, ia kemudian berjalan mendekat ke ambang pintu.
"Aku bisa saja menghajarmu walaupun kau adalah adikku sekalipun. Kau tahu itu, bukan?"
"Ayo hajar aku! Bila itu membuatmu senang, ayo kita bertengkar, hyung!"
Taehyung dengan cepat menghantam pipi kiri Taewoo menggunakan tangan kanannya.
"Taewoo!" Sena memekik keras saat melihat Taewoo terjatuh akibat hantaman Taehyung barusan.
Taehyung menoleh ke arah sumber suara, lalu membulatkan matanya.
Sena dapat melihat ada amarah sekaligus kesedihan di mata Taehyung. Area mata Taehyung jauh lebih gelap daripada saat mereka terakhir bertemu.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" bentak Taehyung sambil mencengkram kedua bahu Sena dengan kuat.
Sena menatap mata Taehyung yang saat ini sudah dikuasai oleh kebencian tersebut.
"T-taehyung."
"Apa yang kau lakukan di sini, jalang?! Aku bahkan tak tahu aku berbicara dengan siapa saat ini!"
"T-taehyung ini sakit," lirih Sena yang merasakan cengkraman Taehyung semakin kuat.
"Kau pikir hanya kau yang sakit di sini?!"
Ucapan tersebut mampu membuat Sena mengerti.
Ia mengerti bahwa Taehyung melakukan semua ini, karena Taehyung mencintai Jena.
"Aku Sena," ucap Sena yang membuat Taehyung melepaskan cengkramannya dan mendorong perempuan itu ke lantai.
Taewoo bangkit dari lantai kemudian membalas tinjuan yang tadi Taehyung lontarkan padanya.
"Kita impas, hyung."
Taehyung tak mengubris ucapan Taewoo barusan, dan hanya mengelap sudut bibirnya yang robek akibat tonjokkan dari Taewoo kemudian berlalu menuju ke kamarnya.
"Jena meninggal," ucap Sena.
Taehyung sontak menghentikkan langkahnya, bersamaan dengan itu pula, Taewoo melotot ke arah Sena.
"Itu yang kau mau bukan, Kim Taehyung? Kau ingin ia hancur dan pergi meninggalkanmu bukan?"
Sena menggeleng ke arah Taewoo untuk menangkan pemuda yang kelihatannya sudah ingin menangis lagi. Ia mengisyaratkan pada Taewoo bahwa ia hanya berbohong.
Taehyung tiba-tiba menjatuhkan dirinya ke lantai dan menyandarkan dirinya di tembok.
"Kau menyesal, bukan?"
Thankyou for your vote and comments!
Enjoy reading!
-All the love, Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017