Who that be

10K 1.2K 16
                                    

Jena berakhir pulang dengan berjalan. Ia lupa membawa dompetnya dan ia tak ingin menganggu Seokjin yang sedang berada bekerja saat ini.

"Cih, tunangan macam apa dia. Pantas saja Sena kabur," gumamnya pelan.

Jena melirik kearah ponselnya lagi, untuk sekedar melihat GPS yang sengaja ia nyalakan. Ya, perempuan itu lupa jalan pulang ke rumahnya.

Saat ia menyebrangi pertigaan, seseorang yang berada di atas motor meneriaki namanya. Jena langsung mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ia genggam.

"Taewon?" tanya Jena sambil mendekat kearah pemuda itu.

"Sebentar lagi lampu hijau, lebih baik noona naik di belakangku," ucap Taewon sambil memberikan helmnya.

Mau tak mau, Jena menuruti kehendak Taewon. Lagipula, siapa tahu Taewon akan mengantarnya pulang.

Jena segera mengambil helm tersebut lalu memakainya.

Saat melihat lampu sudah berubah menjadi kuning, Jena dengan cepat naik ke atas motor Taewon lalu memegang jaket pemuda tersebut.

"Aku memiliki motor inj juga di New York," ucap Jena saat Taewon mulai menjalankan motornya.

"Noona bisa mengendarai motor? Woah!"

"Aku bisa tapi aku jarang mengendarainya."

"Lalu, siapa yang mengendarainya?"

Jena terdiam.

"Teman," jawab Jena berusaha agar suaranya terdengar senormal mungkin.

Setelah Jena menjawab Taewon, suasana menjadi hening. Hanya suara angin yang menemani mereka.

"Ah aku lupa!" teriak Taewon.

"Apa? Apa?" tanya Jena penasaran.

"Noona mau kemana?"

Jena memukul pelan bahu Taewon.

"Mengapa noona memukulku?!" tanya Taewon tak terima dirinya dipukul.

Jena terkekeh pelan, "Kau mengagetkanku! Ku pikir ada apa."

"Aish, noona kau ini," Taewon ikut terkekeh, "jadi noona mau kemana?"

"Rumah tentunya," jawab Jena.

"Membosankan sekali."

"Bocah! Kau bilang aku membosankan?"

Taewon terkekeh.

Bila diperhatikan dengan seksama, wajah Taewon, Taewoo, dan juga Taehyung memiliki bentuk dan struktur yang sama.

Sayangnya, tidak dengan sifatnya. Mana mungkin Taewoo ataupu Taewon meninggalkan seorang perempuan di pinggir jalan sendirian.

Taewon memelankan laju motornya saat mereka berada di komplek rumah Jena.

"Rumahku masih lumayan jauh," ucap Jena.

"Masalahnya, aku lupa dimana rumahmu." Taewon terkekeh pelan.

"Lurus saja, lalu di ujung jalan belok kanan," ucap Jena memberi arah kepada Taewon.

Taewon pun mengikuti arahan dari Jena dan berhenti di depan rumah yang beberapa bulan lalu ia datangi.

Jena kemudian turun dari motor tersebut lalu melepaskan helm yang dipakainya.

"Gomawo Taewon-ah," ucap Jena sambil menyisir rambutnya pelan menggunakan tangannya.

"Its okay."

Jena membalikan badannya untuk masuk ke dalam rumah, tetapi sesaat kemudian, ia langsung membalikan badannya lagi.

"Ah Taewon-ah, aku ingin bertanya sesuatu."

Taewon memiringkan kepalanya sambil tersenyum simpul dari balik helmnya.

"Kau kenal seseorang yang bernama Rena?" tanya Jena.

Taewon langaung diam lalu mematikan mesin motornya lalu membuka helm yang ia kenakan.

"Memangnya ada apa?" tanya Taewon sambil menyisir rambutnya ke belakang.

Jena sebenarnya ragu untuk mengatakannya tetapi mau bagaimana lagi, rasa penasarannya sedang membuncah saat ini.

"Kurasa ... tadi aku bertemu dengannya."

"Darimana kau bisa tahu namanya Rena? Noona baru saja bertemu denan hyung? Apa hyung melihatnya?" tanya Taewon bertubi-tubi.

Jena menggaruk lehernya yang tak gatal ketika mendengar Taewon menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.

"Iya, Taehyung mengajak ku makan siang lalu meninggalkanku di pinggir jalan setelah ia bertemu dengan perempuan yang bernama Rena tersebut," Jena menurunkan tangannya, "ia juga berkata bahwa ia tak mengenalku kepada perempuan tersebut."

Taewon menelan salivanya dengan susah payah. Bila kakaknya tersebut bertemu dengan Rena, kemungkinan besar ia akan mengetahui segalanya. Dan itu memang bukan masalah besar bagi semua orang, terkecuali Taehyung sendiri.

Taewon hanya takut bila kakaknya tersebut akan kembali terpuruk dan sifatnya akan semakin buruk.

"Hyung sungguh keterlaluan." Taewon menggelengkan kepalanya sambil berdecak pelan.

Jena ingin agar Taewon menjawab pertanyaannya bukan mengomentari Taehyung, tetapi ia merasakan bahwa Taewon seperti tak ingin menjawab pertanyaannya jadi ia putuskan untuk mengalihkan pembicaraan.

"Kau tak ingin pulang Taewon?" tanya Jena.

Taewon melihat arlojinya lalu memakai helmnya dengan panik, "Ah untung noona mengingatkanku! Aku pergi ya noona!"

Taewon menyalakan mesinnya sesaat kemudian dengan cepat.

"Jangan mengebut dan hati hati Taewon-ah!" Jena melambaikan tangannya.

Saat Taewon sudah pergi, Jena langsung masuk kedalam rumahnya. Ia berjalan melalui ruang tengah rumahnya dan melihat kakaknya sedang duduk di sofa bersama Sena.

Ah sepertinya tentang kemarin. Batin Jena.

"Kau darimana saja?" tanya Jin membuka suaranya.

Jena memalingkan pandangannya kearah Seokjin sambil menunjuk dirinya. Seokjin mengangguk.

"Bertemu-"

"Teman lama mu kan Jena?" sergah Sena memotong ucapan Jena.

Jena mengerutkan dahinya, Sena pun langsung memelototinya.

"Sekarang masuk ke kamarmu dan jangan lupa meminum vitaminmu."

Jena mengangguk lalu masuk ke kamarnya. Saat ini kepalanya masih berputar-putar dan penuh dengan berbagai pertanyaan.

Dan juga, ia sendiri binggung dengan dirinya sendiri. Taehyung bukan siapa-siapa baginya tetapi ia sangat penasaran dengan wanita yang tadi ia jumpai, juga tentang mengapa Taehyung berkata bahwa ia tak mengenalnya.

Jena berdecak pelan lalu memutuskan untuk masuk ke kamar mandi dan merendamkan tubuhnya didalam bathtub dengan air panas.

Leave a comment and vote!
-Berryl♡

AUTUMN WHITE LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang