Jena melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tempat ia memperkenalkan diri kepada rekan bisnis Taehyung.
Ia lebih memilih pergi keluar lalu berjalan-jalan mengelilingi bangunan tersebut daripada mendengar perbincangan Taehyung dan rekan bisnisnya yang hanya membicarakan seputar bisnis yang tak ia mengerti sama sekali.
Saat tiba di lantai dasar, Jena melangkahkan kakinya berkeliling lantai pertama dari gedung tersebut. Kemudian, sekat-sekat putih yang memiliki tinggi jauh lebih tinggi dari Jena menyita perhatian wanita tersebut.
Ia berjalan mendekat ke sekat-sekat tersebut.
"Ah pameran foto rupanya," gumam perempuan bersurai coklat itu.
Saat di New York dulu, setiap bulannya pasti ia akan menghadiri acara yang menampilkan hasil karya dari fotografer terkenal maupun amatur. Ia tidak tertarik atau bahkan menyukai sesuatu yang berhubugan dengan fotografi, ia hanya pergi ke sana karena pria itu selalu memaksa Jena untuk menemaninya.
Jena memandangi foto-foto yang tergantung pada sekat tersebut.
Ah sudah lama sekali rasanya ia tidak menhadiri pagelaran foto seperti ini.
Ia terus berjalan sambil memandangi satu persatu hasil karya para fotografer tersebut, sampai suatu foto menarik perhatiannya.
"Lagi-lagi foto ini, huh?" Jena menghembuskan nafasnya pelan.
Foto yang terpampang di sana merupakan foto yang ia lihat beberapa hari yang lalu. Yang berbeda adalah, foto tersebut di cetak dengan ukuran yang lebih besar.
Tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya dari belakang.
"Apa kau tertarik membeli gambar ini nona?"
Jena mengengokkan kepalanya ke arah suara tersebut. Ia mendapatkan seorang laki-laki terlihat seumuran dengannya dan memakai setelan khas kariyawan kantor.
"Aku penanggung jawab pameran ini." Jena menganggukkan kepalanya mengerti.
Kemudian pria tersebut berjalan mendekat ke arah gambar besar yang tergantung di sekat tersebut.
"Ah gambar ini..." ucap pria tersebut dengan nada sedih, kemudian mendesah pelan.
Jena mengerutkan keningnya, "Wae-yo?"
"Tidak, hanya saja sebenarnya ada kisah sedih di balik fotografer dari gambar ini," ucap pria itu sambil menunjuk foto tersebut.
Tubuh Jena menegang seketika.
"Namanya Jeon Jungkook ..."
Nafas Jena kemudian berubah menjadi tak beraturan. Ia meremas ujung sweater milik Taehyung tersebut dengan kuat.
"... ia meninggal tepat saat kami mengiriminya email bahwa karyanya menang sebagai salah satu karya terbaik."
Jena berusaha menormalkan kembali nafasnya dan juga detak jantungnya yang bergemuruh.
Kemudian ia menghela nafasnya perlahan, "A-apa kau tahu mengapa ia meninggal?"
Pria itu menggeleng, "Tidak. Banyak rumor yang mengatakan bahwa ia sebenarnya belum meninggal, hanya saja menghilangkan diri untuk sejenak."
Ah andai saja itu merupakan kenyataannya, pasti Jena sudah hidup tanpa beban di seluruh tubuhnya saat ini.
"Ah, kembali ke topik awal," pria itu mengatupkan kedua tangannya, "jadi, apa anda tertarik?"
Jena berpikir sejenak.
Ia bisa gila bila melihat gambar tersebut terus menerus di kamarnya. Tetapi di sisi lain, itu merupakan karya Jungkook-nya yang terbaik.

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017