Jena mengusap kepalanya yang berdenyut dengan kencang sambil meringis pelan. Ia meraba-raba bagian kiri dari ranjangnya, berharap bahwa ia akan menemukan ponsel yang biasa ia letakan di atas nakas.
Bukannya mendapatkan barang yang ia cari, ia malah jatuh tersungkur ke bawah.
"Aww," ringisnya pelan sambil memegangi kepalanya.
Jena membuka matanya dan melihat ke sekelilingnya. Ini bukan kamarnya.
Seingatnya ia kemarin mengantar Taehyung dan ...
"Ah aku pingsan sepertinya," ucapnya santai.
Ketika matanya bertemu dengan jam digital yang tergantung di ruangan tersebut, ia langsung dengan gegabah mencari tasnya seperti baru saja tersambar petir.
Ia mengacak rambutnya pelan sambil memijiti kepalanya yang tak kunjung berhenti berdenyut lalu kembali berjalan kearah tempat tidur lalu duduk di pinggir tempat tidur tersebut.
"Ah di mana ponsel ku," gumamnya.
Bersamaan dengan ucapan Jena, seorang pria keluar dari sebuah pintu yang berada di ujung ruangan. Dengan reflek Jena menengok kearah tersebut.
"Ya!" teriak Jena saat ia melihat pria tersebut hanya menggunakan sebuah handuk sebatas pinggang dan menampilkan bagian dada bidang dan perut sixpack-nya tersebut.
Jena menelan ludahnya dengan kasar.
"Kau sudah bangun? Cepat keluar dari ruanganku lalu pulang ke rumahmu," ucap Taehyung dingin sambil mengambil pakaian dari dalam lemari lalu memakainya.
Jena sempat ingin membentak pria tersebut bila saja ia tak mendengar pernyataan pria itu.
"I-ini kamarmu?" tanya Jena gugup.
Taehyung mengangguk dengan wajah datatnya tersebut.
Kepala Jena semakin berdenyut dengan kencang. Bagaimana bisa ia tertidur di kamar Taehyung. Ralat, bagaimana Taewon dan Taewoo menaruh dirinya di dalam kamar Taehyung, terlebih lagi di ranjang milik pria tersebut.
Taehyung berjalan kearahnya, membuat Jena tiba-tiba gugup entah mengapa.
"Terima kasih."
Jena dengan cepat mengerutkan keningnya sambil meremas ujung baju yang ia kenakan saat Taehyung sudah tinggal berjarak beberapa langkah darinya.
"Tapi jangan terlalu percaya diri," Taehyung menghentikan langkahnya, "hanya karena kau menolongku semalam bukan berarti aku sudah mau menerimamu sebagai pasanganku."
Jantung Jena seakan berhenti seketika Taehyung menuntaskan kalimatnya tersebut. Ia tahu sekarang mengapa kembarannya, Kim Sena tersebut tidak ingin bertunangan dengan pria seperti Taehyung.
Jena sangat mengerti bahwa Sena paling tak suka direndahkan dan diacuhkan, dan pria yang dijodohkan dengannya memiliki sifat demikian.
Ia seperti bongkahan es.
"Cepat rapihkan dirimu, aku akan mengantarmu pulang." Pria itu berbalik, hendak meninggalkan ruangan tersebut.
Jena kemudian mengigat bahwa ia sedang mencari ponselnya. Ia sangat panik saat ini karena bangun kesiangan.
Bagaimana tidak, saat ini sudah pukul sembilan pagi yang artinya semua orang di rumahnya pastinya sudah bangun.
● Autumn White Lies ●
Taehyung kembali mengacak asal rambutnya ketika mengigat peristiwa yang tadi pagi menimpanya.
Untungnya Taewon dan Taewoo langsung menjelaskan semuanya saat Taehyung keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk meminum air mineral.
Sejujurnya, sampai saat ini Taehyung masih tak mengerti mengapa Jena-- yang Taehyung ketahui sebagai Sena-- ingin membantunya tadi malam.
Tadi pagi, Taewon bercerita bahwa kakaknya tersebut mabuk parah di sebuah club langganan teman-temannya dan Taewon langsung menghubungi Jena untuk menolongnya menjemput Taehyung di club tersebut.
Ia juga berkata bahwa saat sudah mengantar Taehyung, Jena langsung pingsan dan tak sadarkan diri.
Tetapi mereka menyimpulkan bahwa itu karena faktor kelelahan.
Bagaimana Jena tidak lelah, Taewon dan Taewoo menemukan bercak merah pada sekitar leher wanita itu ketika mereka merebahkan Jena di kamar Taehyung lalu membuka jaket yang Jena kenakan. Mereka yakin, Jena sempat memapah Taehyung sendirian.
Taehyung hendak menuju ke dapur untuk memakan sarapan paginya, walaupun saat ini sudah jam sebelas.
Saat ia melangkahkan kakinya menuju ke dapur, sepasang mata pemuda tersebut menangkap kedua adiknya yang sedang tertawa dengan kencang sambil melihat kearah ponsel Taewon juga mengangkat satu kakinya ke atas bangku yang sedang mereka duduki.
"Taewon, Taewoo," panggil Taehyung dengan suara beratnya.
Kedua pemuda tersebut langsung menurunkan kaki mereka dan terdiam.
"Ada apa hyung?" tanya Taewoo sambil membenarkan posisi duduknya.
Sebenarnya Taehyung tak ingin menanyakan ini, tetapi dalam lubuk hatinya yang terdalam ia merasa khawatir karena tadi melihat wajah dan juga bibir Sena yang pucat.
"Apa hyung?" tanya Taewon menyadarkan lamunan Taehyung.
"Sena," ucap Taehyung pelan.
Sial. Mengapa ia menjadi gugup di depan adik-adiknya sendiri?
"Sena noona? Wae?"
"Apa semalam ia juga pucat?" Taehyung menghembuskan nafasnya lega setelah menanyakan pertanyaan tersebut.
Tapi rupanya, itu tak berlangsung lama.
"Noona sakit?!" Taewon dan Taewoo serempak berdiri ketika mendengar itu.
Taehyung langsung mengacungkan telunjuk pada bibirnya saat kedua adiknya tersebut berteriak sangat kencang.
Mereka berdua pun langsung terdiam lalu membulatkan matanya ketika melihat Jena sudah berada persis di belakang Taehyung.
"Taewon-ah, Taewoo-ya dimana kalian menaruh ponsel ku?" tanya Jena dengan panik.
Taewon langsung berjalan cepat ke arah Jena yang sudah terlihat sangat panik dan frustasi dengan wajah yang pucat.
"Noona, kau sakit?" tanya Taewon sambil memberikan ponsel Jena yang sengaja ia simpan sejak kemarin malam.
"Akhirnya," ucap Jena tanpa menjawab pertanyaan Taewon.
Jena langsung membuka lock screen ponselnya. Ia tahu pasti Jin akan mencarinya saat mengetahui bahwa ia tak ada di kamar tadi pagi.
Walaupun nantinya Jin pasti akan marah, ia harus menghubungi kakaknya tersebut agar ia tak khawatir dengan Jena.
Jena melihat ada 30 pesan dan 12 panggilan tak terjawab dari kakaknya tersebut.
Dengan detak jantung yang bisa dikatakan berdetak dengan karuan, ia memencel tombol bertuliskan 'call' pada contact Jin di ponselnya.
Jin mengangkat panggilan tersebut pada nada sambung kedua, "Jena!"
"Oppa, aku bisa jelaskan," lirih Jena saat mendengar nada bicara kakaknya.
"Ini bukan tentang kau yang semalam kabur." Jin menghembuskan nafasnya pelan.
Jena mengerutkan dahinya, jadi kakaknya tak marah kepadanya?
"Sena," lirih Seokjin.
"Se- Wae?" Jena baru menyadari bahwa masih ada Taehyung disana.
Bibir Seokjin bergetar di sebrang sana.
"Sena ... Ia kecelakaan tadi pagi, dan saat ini ia sedang menjalani operasi."
Thank you yang udah comment sama vote, juga yang udah kasih tau beberapa typo di part-part sebelumnya!!
Btw are you guys ready for BTSxAMAs?!!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017