Sena mengoleskan lipstick merah sekali lagi di atas bibirnya.
Ia kemudian menutup lipstick tersebut dan memasukannya kembali ke dalam saku celananya.
"Taehyung tak menyadari apapun, bukan?"
Sena menggeleng ketika memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan bila Taehyung mengetahui semuanya.
Dengan cepat perempuan itu membalikkan tubuhnya dan melangkah ke luar toilet.
Sena tersenyum ketika melihat Taehyung sedang duduk di tempat duduk yang sedari tadi mereka duduki sambil menatap lurus depannya.
"Apa kau sebosan itu?" ucap Sena sambil terkekeh saat sampai di mejanya.
Ia kemudian duduk di sebrang Taehyung dan memasukan lipsticknya ke dalam tas selempang yang tadi ia letakan di meja.
"Sena," panggil Taehyung dengan suara berat khasnya sambil menatapnya lurus.
Sena menangkat kepalanya, kemudan mengerutkan keningnya ketika melihat ekspresi Taehyung jauh lebih serius dari sebelumnya.
"Apa? Ada yang aneh dengan wajahku?" Ia memegang wajahnya, berusaha memastikan bahwa tak ada yang janggal dengan wajahnya itu.
"Apa yang kau sembunyikan dariku?"
Sena membeku seketika.
Karma memang datang lebih cepat dari apa yang ia bayangkan.
Bahkan ia baru saja membayangkannya.
Sena menjilat bagian bawah bibirnya, kemudian menegakkan punggungnya, berusaha terlihat percaya diri dan siap akan pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Taehyung.
"Apa maksudmu?" tanya Sena pelan.
"Seseorang menelponmu dan mengatakan bahwa ia menunggumu, apa ada seseorang yang menganggumu?"
Sena menghembuskan napasnya lega, setidaknya Taehyung tak mengetahuinya. Ralat, belum mengetahuinya.
"Memang siapa yang menelponku..." gumam Sena sambil mengambil ponselnya dari atas meja dan melihat panggilan terakhir.
Mulutnya terbuka sempurna sambil membulatkan matanya.
"K-kau berbicara padanya? Kapan ia menelpon? Apa ia menyebutkan sesuatu?" tanya Sena panik bertubi-tubi.
"Hei, tenanglah. Ada apa?"
Sena menelan ludahnya kasar.
Yang menelponnya barusan itu seseorang yang seharusnya berada di penjara saat ini, tapi mengapa ia bisa memegang ponselnya dan menelpon Sena.
"Sena, apa perlu kita pulang sekarang?" tanya Taehyung cemas saat menyadari bahwa Sena sudah diam tak berkutip terlalu lama.
Sena mengangguk kecil, kemudian bangkit dari duduknya dengan cepat.
Merekapun pulang ketika Taehyung selesai membayar pesanan mereka.
Selama di perjalanan, Sena hanya diam dan sesekali menjawab 'Aku tak apa' ketika Taehyung mendesaknya untuk menjawab apa yang terjadi dengannya.
"Terima kasih atas tumpangannya," ucap Sena saat mobil Taehyung sudah terparkir di depan gerbang rumahnya.
Taehyung dengan cepat turun dari mobilnya ketika melihat Sena mulai membuka pintu dan hampir terjatuh saat turun dari mobil.
"Sebenarnya kau ini kenapa?!" tanya Taehyung yang sudah emosi karena Sena tak kunjung menjawab pertanyaan yang terus ia lontarkan dari tadi.
Seseorang menarik kerah baju Taehyung dari belakang, membuatnya terhuyung terbelakang dan jatuh ke aspal.
"Bajingan! Beraninya kau merebut gadisku!!" seru pemuda itu sambil terus menghajar wajah Taehyung.
Taehyung mendorong pria itu dengan keras dan langsung menonjoknya juga.
"Siapa kau?!!" ucapnya sambil menonjok pemuda itu kembali.
Sena berjalan mundur secara perlahan, sambil memandang lurus ke arah pemandangan mengerikan di depannya.
Tubuhnya mulai lemas, seakan-akan nyawanya perlahan menghilang dari sana.
Mendengar suara ribut dari luar gerbang, satpam yang bekerja di kediaman Keluarga Kim itu langsung ke luar dan memisahkan Taehyung dan pemuda asing itu.
"Keparat!" seru sang pemuda asing sambil menunjuk wajah Taehyung menggunakan telunjuknya.
Taehyung hendak maju dan menghajar pemuda itu kembali sebelum sebuah suara menghentikan aksinya.
"Sena!!"
• Autumn White Lies •
"Pasien mengidap PTSD. Belum parah, tetapi pastikan pasien mengikuti terapi rutin agar nantinya tak semakin parah. Kalau begitu, saya tinggal terlebih dahulu," ucap sang dokter.
Taehyung tertunduk lemas dengan wajah babak belurnya di samping Jena dan Taehyung yang baru saja mendengarkan penjelasan sang dokter.
"Siapa pria itu sebenarnya?" tanya Taehyung yang terdengar marah sekaligus khawatir.
Jena dan Seokjin saling melirik satu sama lain bersamaan.
"Ka-kami tidak tahu," ucap Seokjin tergagap.
"Tapi—"
"Lebih baik sekarang kau masuk dan menggantikan ibuku untuk menjaga Sena, ini sudah larut oppa harus mengantar ibu pulang."
Taehyung menatap Jena sebentar, kemudian mengangguk pelan dan membuka tirai berwarna biru tersebut.
"Ayo pulang, bu," ajak Seokjin sambil menghampiri ibunya yang sedang duduk di samping ranjang Sena.
Nyonya Kim mengangguk pelan, kemudian mengikuti Seokjin menjauh dari UGD tersebut dan pulang ke rumahnya.
"Kau tak mau duduk?" tanya Taehyung yang masih menahan tirai tersebut agar tetap terbuka.
Jena menatap mata Taehyung malas. Ia hampir melupakan cerita Hanna kemarin karena kejadian Sena barusan.
"Aku harus memberi keterangan saksi pada polisi," ucap Jena datar.
Taehyung merasa bahwa Jena benar-benar memiliki masalah saat ini. Perempuan itu terus bersikap tak acuh sejak ia menjemput Sena tadi sore.
"Ini sudah larut, ingin ku antar?"
Jena kemudian memutar badannya dan pergi menjauh dari Taehyung, seolah tak mendengar ucapan pemuda itu barusan.
Taehyung meraih tangan Jena sebelum perempuan itu berjalan lebih jauh lagi.
"Aku tak ingin diantar ja—"
Jena menatap Taehyung tajam, membuat pria itu sedikit mengendurkan genggamannya.
"Bila kau ada masalah, ceritakan itu kepadaku. Aku akan ada di sini untuk mendengar semuanya."
Finally a Taehyung-Jena moment!
Thankyoy for your vote and comments!
Enjoy reading!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017