Taehyung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan standard.
Sensasi menggelitik dalam perutnya sudah menghilang. Tetapi ia kembali mengingat peristiwa tadi sore, saat tiba-tiba ayahnya menelpon ia untuk segera datang ke kantornya.
"Apa-apaan ini?!" tanya Tuan Kim saat anaknya tiba di hadapannya sambil melempar beberapa foto.
Taehyung mengambil foto tersebut lalu menelitinya. Itu foto dirinya dengan seorang perempuan saat di mobil kemarin siang. Ada beberapa foto yang memperlihatkan ia sedang berpelukan dengan perempuan tersebut.
"Abeoji, kau salah paham." Taehyung mendesah pelan, "Kau ingat Rena?"
Amarah Tuan Kim langsung mereda sekian detik kemudian. "Park Rena?"
Taehyung menjawab ayahnya dengan menganggukan kepalanya.
Tuan Kim lalu memijat pelipisnya, "Foto ini sudah tersebar di kalangan para direktur."
"Bagaimana bisa?"
"Aku tak tahu. Tapi satu hal yang pasti, bahwa kau harus mengurus semua ini." Tuan Kim kemudian menurunkan tangannya dan mengambil sesuatu pada laci mejanya.
Tuan Kim lalu menyerahkan dua buah kertas, kebih tepatnya, dua buah tiket pesawat. "Pergilah bersama Sena ke Jeju besok pagi, lalu perkenalkanlah dia pada rekan kerja perusahaan kita agar nama baik mu tak lagi tercemar."
Taehyung menundukkan kepalanya, "Maafkan aku."
"Tak apa, tapi pastikan kau membereskan masalah ini."
Taehyung mendesah kecil ketika mengingat kembali peristiwa tadi siang. Ia tak habis pikir dengan orang-orang yang berusaha menjatuhkannya dan juga perusahaannya.
● Autumn White Lies ●
Jena mengubah posisi bantal kepala menjadi menindih kepalanya ketika mendengar ketukan pintu yang lebih mirip dengan suara gendang.
Jena akhirnya memutuskan untuk membuka matanya lalu melihat jam yang tergantung di dinding sebrangnya.
"Ini baru jam setengah tujuh pagi astaga!" Emosi nya sudah tak terkendali saat orang yang berada di balik pintu nya semakin gencar memukul pintu kesayangannya tersebut.
"Apa?!" teriaknya sambil membuka pintu dengan emosi yang meluap-luap.
Itu Taehyung.
"Kau mau ke bandara menggunakan baju seperti itu?" tanya Taehyung sarkastik sambil meneliti Jena dengan wajah bangun tidurnya.
Jena mendesah berat, di mana kakaknya sampai-sampai ia mengijinkan Taehyung naik ke lantai atas lalu mengedor-gedor pintunya pagi buta seperti ini.
"Di mana kakakku?" tanya Jena sambil masih menatap Taehyung tajam.
"Tak ada waktu untuk menanyakan kakakmu, cepat mandi lalu turun," ucap Taehyung datar lalu membalikkan badannya dan menghilang dari pandangan Jena.
Jena mengacak rambutnya frustasi. Sampai kapan ia harus membantu Sena seperti ini terus?
Tanpa Jena maupun orang lain ketahui, Taehyung yang tadinya emosi saat mengetahui gadis itu masih tertidur pulas di kamarnya saat ini sedang mengontrol dirinya untuk tidak berbalik ke kamar gadis itu lalu menerkamnya.
Taehyung bersusah payah melupakan pemandangan yang tadi ia lihat saat turun ke lantai bawah.
Taehyung merasa penampilan Jena dengan rambut acak-acakan dan muka baru tidurnya tersebut, err sedikit sexy.
Ditambah lagi cara gadis itu berteriak di depan wajahnya membuat jantung Taehyung berdetak tak karuan.
Bagaimanapun juga, Taehyung juga seorang lelaki bukan?
● Autumn White Lies ●
"Aku tak membawa baju!" teriak Jena frustasi saat Taehyung mulai menjalankan mobilnya menuju ke bandara.
Taehyung tetap fokus pada jalan tanpa memperdulikan gadis itu sedikit pun.
Jena mengacak-acak tas kecilnya, mencari sesuatu yang lebih penting ketimbang baju dan juga ponsel yang sedang ada di pahanya.
Wajahnya menegang seketika, "T-taehyung-ah bisa kah kau memutar balik mobilnya."
Mendengar Jena yang sudah tak panik dan nada bicaranya yang serius, Taehyung pun melirik perempuan tersebut.
"Aku sudah menyuruhmu untuk berkemas kemarin malam," balas Taehyung dingin.
Ah, bagaimana ini?
Jena hanya tertunduk lemas, "Jangan salahkan aku bila nantinya aku merepotkanmu disana."
Taehyung hendak menanyakan apa maksud perkataan gadis itu sebelum ponselnya yang ada di pintu mobil menyala lalu berdering.
Taehyung memelankan laju mobilnya lalu mengambil ponsel tersebut dan mengangkat panggilan yang berasal dari ayahnya.
"Ne abeoji."
"..."
"Aku sudah hampir sampai di bandara."
"..."
"Sena? Ya bersama Sena."
"..."
"Okay." Kemudian ia menaruh kembali ponselnya pada pintu tersebut.
Setibanya mereka di bandara, Taehyung langsung menyerahkan kunci mobilnya pada petugas valet lalu masuk kedalam bandara beriringan bersama Jena.
Sejak perbincangannya tadi dengan Jena di dalam mobil, gadis itu tak lagi membuka mulutnya.
"Aku akan membeli kopi, kau mau apa?"
Jena menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Ia juga masih setia menatap ke arah lain selain Taehyung, saat pria itu bertanya padanya.
Taehyung menghembuskan nafasnya pelan lalu mulai berjalan memasuki sebuah kedai kopi dan meninggalkan Jena sendiri di depan pintu kedai.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya sang kasir pada Taehyung.
Sekarang pelayan kasir tersebut sedang tersenyum manis kearah Taehyung.
Oh, siapa yang tak tergoda dengan ketampanan seorang Kim Taehyung?
"Ice americano satu dan ..." Taehyung memutar-mutarkan telunjuknya pada menu yang tertera di meja kasir.
"Apa yang biasa wanita pesan disini?" tanya Taehyung kikuk. Ia juga merasa aneh dengan pertanyaannya barusan.
"Saya kurang tahu tuan, tapi kalau saya pribadi menyukai café-mocha."
Taehyung berdeham sebentar, "Oke, aku pesan itu satu."
"Panas atau dingin?"
"Panas, aku takut dia kedinginan dan jatuh sakit karena belum sarapan," ucap Taehyung spontan.
Tunggu ... Apa yang barusan Taehyung lakukan?
Taehyung menggigit bibir bawahnya pelan sambil merutuki dirinya sendiri saat ini.
Pelayan kasir tersebut terkekeh pelan, "Jadi yang menunggu anda di depan itu kekasihmu, tuan?"
Taehyung hanya menjawwb dengan sebuah senyuman, lalu membayar pesanannya.
Taehyung melirik gadis yang setia menunggunya di depan kedai sambil mengetukan kakinya ke lantai yang ia pijak.
Ah, lagi-lagi sensasi aneh itu datang dan membuat Taehyung semakin bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Happy Worldwide Handsome day!!
Happiest birthday to our seokjinnie ♡
Thankyou for vote and comments!
Enjoy reading.
-Berryl

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017