Pemuda yang mengenakan jas berwarna hitam tersebut bangun berdiri dari tempatnya lalu mengikuti kedua orang tuanya yang sudah terlebih dahulu bangkit dan berjalan kearah pintu masuk ruangan tersebut.
Ia mendengus pelan dan lalu mengangkat kedua sudut bibirnya. Tentunya secara terpaksa.
"Maaf kami telat, ada kecelakaan di jalan raya tadi."
Itu suara yang berasal dari calon mertua sang pemuda yang sedang memaksakan diri untuk tetap tersenyum.
"Tidak apa-apa Jiyoung, Taewoo dan Taewon juga belum sampai, dan lebih baik kita mulai acaranya terlebih dahulu."
Mereka semua pun masuk secara berdampingan, tak terkecuali Taehyung dan Jena.
Bukan hanya Taehyung yang membenci acara seperti ini, tetapi gadis yang sedang berjalan beriringan dengannya pun juga membenci hal-hal yang berbau dengan perjodohan. Apalagi ini bukan merupakan acara gadis tersebut.
Taehyung dan Jena duduk bersebrangan, Jena menatap Taehyung dengan tatapan mengintimidasi.
Jadi ini calon iparku. Batinnya.
"Jadi sesuai kesepakatan, hari ini kita akan melakukan pertunangan antara putra sulung kami, Kim Taehyung dan Kim Sena secara tertutup," ucap ibu dari Taehyung.
Jena mengetukan jemarinya diatas meja yang membuat Taehyung sedikit terusik entah mengapa.
Jena memang belum pernah mengikuti acara pertunangan tertutup seperti ini sebelumnya, tetapi ia yakin bahwa ia tak akan pernah melakukan maupun datang ke acara konyol seperti ini lagi.
"Taehyung, ayo pasangkan cincin pada jari Sena." Ibu Taehyung kembali bersuara.
Taehyung pun mengambil sebuah kotak berwarna biru tua dari saku jasnya.
"Jena, lepas cincinmu terlebih dahulu," bisik Seokjin pelan.
Jena tak mendengar jelas apa perkataan Seokjin. Tetapi saat ia hendak bertanya kepada kakaknya tersebut, Taehyung angkat bicara.
"Berikan tangan kananmu padaku Sena."
Jena hendak memberikan tangan kanannya sebelum Seokjin yang ada di sampingnya mencegat tangannya sesaat lalu melepas paksa cincin yang terpaut manis di jarinya.
Jena hendak berteriak meminta penjelasan sebelum suara dari arah pintu yang membuat mereka semua menengok kearah pintu tersebut.
Di sana berdiri dua orang remaja laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Halo semua!" teriak salah satu dari dua laki-laki tersebut.
"Taewoo! Mana sopan santunmu?!"
Laki-laki berumur 18 tahun tersebut langsung melunturkan senyumannya lalu membungkukkan badannya.
"Mianhamnida," ucapnya pelan. (saya meminta maaf)
Ayah dari kedua remaja tersebut mengisyaratkan mereka untuk duduk di sebelahnya.
Dengan cepat mereka pun berjalan kearah bangku tersebut dan langsung mendudukinya.
"Sena?" ucap Taehyung menyadarkan kembali seluruh orang yang ada disana bahwa mereka sedang melaksanakan acara pertunangan
Jena dengan ragu memberikan tangan kanannya pada Taehyung yang duduk di sebrangnya.
Selepas Taehyung memasangkan cincin tersebut, Jena menunggu Taehyung memberikan cincin lainnya yang akan ia kenakan pada jari manis laki-laki tersebut.
"Oke, sekarang kau sudah resmi menjadi tunangan dari putra sulung kami Kim Taehyung, selamat."
Apakah semua orang-orang kaya saat ini sudah tidak waras? Acara pertunangan macam apa ini. Batin Jena.
"Jadi, lebih baik sekarang kita membahas tentang perjanjian yang sudah kita rangkai minggu lalu."
Tak beberapa lama kemudian, pelayan pun datang lalu menaruh hidangan pembuka di depan mereka masing-masing.
"Appetizer untuk malam ini adalah strawberry cheese-" ucapan pelayan tersebut terhenti saat Tuan Kim melambaikan tangannya guna menyuruh pelayan tersebut pergi.
Si kembar---Taewoo dan Taewon--- pun dengan semangat menyantap strawberry cheesecake tersebut.
Jena menyenggol pelan kaki Seokjin yang membuat pria itu menghentikan kegiatannya saat memotong kue tersebut dan mengalihkan pandangannya ke arah Jena.
"Strawberry," bisik Jena pelan sambil menunjuk strawberry cheesecake yang ada di hadapannya.
"Aku akan memakannya nanti, kau diam saja," jawab Seokjin sambil mengelus pelan tangan Jena.
Jena kemudian hanya duduk terdiam sambil memandangi satu persatu orang yang berada di ruangan tersebut.
"Noona, kau tak makan?" ucap Taewoo yang membuat seluruh pandangan teralihkan kearah Jena.
Jena membulatkan matanya pada laki-laki tersebut. Taewoo yang tak mengerti apa-apa lalu mengerutkan dahinya.
Taewon yang ada di samping Taewoo dengan cepat memegang lengannya saat kembarannya tersebut hendak berbicara kembali.
"Ah kau lupa Taewoo? Kan kemarin noona berkata bahwa ia sedang diet." Taewoo semakin mengerutkan dahinya setelah mendengar pernyataan Taewon.
"Apa mak- Aaah!"
Taewon mencubit lengan Taewoo dengan kuat
"Taewon, Taewoo! Perlu berapa kali ibu ingatkan, jaga sikap kalian!"
"Tapi dia-"
"Kalian berdua sekarang turun, aku akan menyuruh Paman Han untuk menjemput kalian saat ini juga."
Nyonya Kim hendak mengeluarkan ponselnya sebelum Taewon kembali berbicara.
"Noona minggu lalu berkata bahwa ia akan mengantarkan kami pulang eomma, lagipula Paman Han kan tidak masuk hari ini."
Jena dengan cepat menoleh kearah Taewoo.
Mana mungkin Sena berkata demikian.
"Tidak tidak, kalian merepotkan! Naik taksi saja dibawah."
"Tak apa bi aku akan mengantarkan mereka," ucap Jena pelan.
Seokjin langsung menolehkan kepalanya kearah Jena.
Jena masih tak tahu apa maksud dan tujuan Taewon, karena itu ia mau mengantarkan mereka berdua. Lagipula, ia juga sudah jenuh akan suasana di ruangan tersebut, terlebih lagi ia terkena jetlag seusai transit dari dua negara.
"Oppa, pinjam mobilmu." Jena menyodorkan tangannya, lalu Seokjin menyerahkan kunci mobilnya dengan ragu.
Jena mengenggam kunci mobil tersebut, lalu dirinya bersama Taewoo dan Taewon berpamitan kepada seluruh orang yang ada disana dan beranjak keluar dari ruangan tersebut.
Happy Jimin Day!!
Also congratulations to bts for winning their triple crown!
Leave a comment and vote!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017