One last time

11.7K 1.3K 8
                                    

Layaknya seorang pencuri, perempuan bersurai coklat tua tersebut mengendap masuk kedalam rumahnya sendiri.

Bahkan ia tak segan-segan melompati pagar rumahnya yang memiliki tinggi dua kali dari tinggi badannya.

Ia hendak melangkahkan kakinya pada anak tangga terakhir sebelum ada suara saklar lampu yang dinyalakan dan membuatnya panik setengah mati.

Perempuan tersebut bergegas untuk pergi menuju kamarnya sebelum ada sebuah suara yang sangat ia kenali dari ruang tengah.

"Kim Sena!"

Autumn White Lies ●

"Oppa mianhae," lirih Sena ketika melihat wajah Seokjin yang memerah pertanda kakaknya tersebut sangat murka saat ini.

"Apa aku pernah mengajarimu untuk bertindak keterlaluan seperti itu?!"

Sena diam. Ia tak tahu ingin berkata apa lagi saat ini.

Masalahnya, ia tak ingin menikahi pria yang dijodohkan dengannya saat ini.

Jena yang duduk di sebrang Sena pun menggelengkan kepala saat melihat penampilan saudaranya tersebut.

"Eomma! Aku kan sudah mennulis surat!" rengek Sena tiba-tiba.

Jena kemudian membuka suaranya, "Ya!"

"Aku tak mau dijodohkan! Apalagi dengan pria itu!"

"Sena, stop menjadi kekanakan, kau tahu ini semua demi-"

"Demi siapa? Demi aku?!" mata Sena memandang kakak laki-lakinya dengan lekat dan mata memerah.

"Lagipula kau kan juga tidak mempunyai pasangan, jadi apa salahnya-"

"Kalau aku bilang sudah ada, bagimana?" tanya Sena memotong ucapan Seokjin.

Seokjin membuang nafasnya kasar, "Pria yang mana?! Yang kemarin kau temui di club? Kau lebih buruk dari seorang jalang Kim Sena!"

Jena langsung menatap kakaknya itu dengan cepat.

Sena pun langsung berdiri dan berlari ke lantai atas menuju keruangannya dan menutup pintunya dengan kasar.

"Oppa, kau keterlaluan," Jena berdiri lalu berjalan menyusul Sena yang ia yakini sedang menangis didalam kamar tidurnya.

"Jin, sebaiknya kau minta maaf besok pagi kepada adikmu." ucap ibunya.

Seokjin langsung memijat pelipisnya sesaat kemudian. Ia lagi-lagi tak dapat mengontrol emosinya. Nyonya Kim kemudian bangkit berdiri meninggalkan Seokjin sendiri di ruang tengah.

Autumn White Lies


"Ya Kim Sena! Kau menyebalkan!"

Jena tadinya ingin menenangkan Sena, tetapi setelah ia memasuki kamar kembarannya tersebut, ia menemukan Sena sedang memukul-mukul ranjang layaknya seorang anak kecil.

Sena yang sedang menangis semakin terisak setelah mendengar ucapan kembarannya tersebut.

"Kau menyusahkanku Sena." Sena memeluk kembarannya tersebut yang duduk di pinggir kasurnya.

"Huaa... Seokjin Oppa menyebalkan aku membencinya," ucap Sena.

Sena dan Jena mungkin kembar, tetapi perilaku mereka sangatlah berlawanan.

"Ingusmu mengotori baju tidurku!" Jena memukul kedua lengan kembarannya tersebut yang memeluk dirinya dengan kuat.

Bukannya menjauh, Sena malah membenamkan kepalanya lebih dalam pada perut Jena.

"Lepaskan," ucap Jena tegas.

Tadinya ia kira Sena sudah berubah. Tetapi sifatnya sejak mereka berumur 15 tahun tak berubah sedikitpun. Kekanakan.

Sena menggelengkan kepalanya, "Tidak tidak, aku ingin menyambutmu."

"Kim Sena! Jangan mengelap ingusmu di bajuku!!"

Sena seketika mendorong perut Jena lalu terduduk, "Kau jahat!"

Jena menautkan kedua alisnya. Dasar kembaran sinting!

"Mengapa kau tidak membelaku tadi? Hua.." ia kembali terisak.

"Aish! Kau tidak tahu bahwa kemarin kau sangat merepotkanku apa?!"

Sena menggeleng sambil mengambil beberapa tissue yang tadi Jena ambilkan untuknya.

Jena membuang nafasnya dengan kasar, "Aku mengantuk, kita bicarakan ini besok lagi."

Jena bangkit lalu melepas sebuah cincin yang terpaut manis pada jari manisnya, "Yours."

Jena melempar cincin tersebut ke arah Sena yang sedang membuang ingusnya dengan kasar.

Sena kemudian membuang cincin itu asal. Jena yang melihat kejadian tersebut pun memutarkan kedua bola matanya lalu keluar dari kamar tersebut.

Autumn White Lies

"Jena! Jena! Bagaimana ini!"

Jena mengerjapkan matanya beberapa kali. Berani-beraninya seseorang menganggu tidur nyenyaknya pagi ini.

"Jangan mengganguku." Jena menarik selimutnya yang sudah Sena tarik kembali.

Sena menguncangkan badan Jena, "Ayolah, tolong aku kali ini!"

Jena membuka matanya lalu menatap Sena nanar.

"Apa?! Apa?!" teriak Jena yang sudah tidak tahan atas perlakuan kembarannya tersebut.

Jena bangun dari posisi tidurnya lalu menyenderkan bahunya pada headboard ranjangnya.

"Taehyung dibawah," ucap Sena dengan pelan sambil menjauhkan badannya dari Jena.

"Lalu? Temui saja dia, apa masalahnya?"

"Masalahnya... " Sena sebenarnya agak takut untuk mengatakan hal tersebut.

"Aku tak dapat menemukan cincin yang kemarin, da-"

"Ya Kim Sena! Kau yang melemparnya sendiri!"

Sena menundukan kepalanya, "Jadi bantu aku untuk menemuinya di bawah eoh? Aku akan menca-"

"Shirreo!" (gak mau)

"Jena ayolah!"

Sena terus menerus memohon kepada kembarannya itu.

Bisa-bisa kedua telinga Jena panas lalu menyemburkan api bila terus menerus mendengar celotehan Sena.

"Ini yang terakhir!" ucap Jena akhirnya.

Sena pun langsung memeluk Jena dengan senang, "Gomawo eonnie!"

"Sekarang, lebih baik kau mandi, karena kurasa Taehyung akan mengajak ku- maksudmu mengajakmu sarapan."

Setelah itu, dengan tidak tahu dirinya, Sena langsung pergi keluar dari kamar Jena.

"Ini yang terakhir Kim Sena, lihat saja kau nanti."

Leave comments and vote!
-Berryl

AUTUMN WHITE LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang