Hope

7.9K 1K 36
                                    

Pemuda itu menyisir rambutnya ke belakang sambil menyimpan kaca mata hitamnya ke dalam saku jas.

"Sudah lama kita tak bertemu, Jim."

Jimin melirik perempuan itu malas, "Ayolah, apa yang kau inginkan Hanna? Taehyung sudah memiliki orang lain."

Hanna tersenyum getir.

Ini harga yang harus ia bayar saat ia lebih memilih untuk bertemu Wonwoo hari itu.

"Aku bisa membantu Taehyung."

"Ia tak perlu bantuanmu."

Hanna menghembuskan napasnya frustasi. Nyatanya sifat Jimin dan Taehyung tak jauh berbeda. Keras kepala.

Jimin bangkit berdiri, hendak meninggalkan gadis itu di sana sebelum sebuah kalimat dari Hanna menghentikan aksinya tersebut.

"Jena belum meninggal, dan aku tahu dia ada di mana."

"Kau pikir aku mempercayaimu?" sindir Jimin.

Hanna menggeleng pelan kemudian ia menyodorkan Jimin sebuah kartu nama, "Hubungi nomor ini maka kau akan percaya."

Autumn White Lies

Harapan dapat muncul saat kau mencintai sesuatu. Tetapi akan sulit bila kau berharap tanpa tahu kau mencintai sesuatu.

Taehyung tak pernah tahu bahwa ia sudah jatuh sedalam itu pada perempuan yang menurut pandangannya hanya memanfaatkannya.

"Taehyung, sampai kapan kau akan begini?!" teriak Nyonya Kim sambil membanting gelas berisi air ke lantai kamar Taehyung.

Seminggu yang lalu, Taewoo berhasil menyeret kakaknya itu kembali ke rumah. Awalnya, ibu mereka mengira bahwa semuanya sudah kembali normal, tetapi keadaan semakin memarah saat Taehyung bahkan tak berbicara ataupun memakan makanan sedikitpun.

Nyonya Kim mulai meneteskan air mata saat Taehyung terfokus pada layar komputernya dan tak mengubris wanita itu sedikitpun.

"Taehyung, ibu mohon."

"Aku tak lapar bu, jangan memaksaku."

Seseorang mengetuk pintu ruangan tersebut, dan Nyonya Kim dengan cepat menyapu air mata yang ada di wajahnya menggunakan telapak tangannya.

"Ini aku Jimin, Tae."

Jimin membuka pintu kamar tersebut dan sedikit terkejut saat melihat Nyonya Kim yang sedang berdiri di samping kasur Taehyung.

"Ah, maafkan saya karena telah menganggu waktumu, Nyonya."

"Aku sudah selesai, kau boleh berbicara dengannya, Jim." Wanita itu kemudian mengambil pecahan gelas dengan hati-hari dan berjalan ke luar kamar.

Jimin menutup pintu kamar Taehyung perlahan.

"Taehyung."

Jimin melangkahkan kakinya mendekat ke arah Taehyung yang masih menatap layar komputernya.

"Proyek di Berlin itu sudah kau urus belum?" tanya Taehyung yang bahkan tak melirik Jimin sedikitpun.

Menurut Jimin, saat ini Taehyung lebih terlihat seperti robot, bukan manusia.

"Ini bukan salahmu, kau tahu itukan?"

AUTUMN WHITE LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang