"Nenekku pelupa, jadi jangan ganggu dia ya, hyung."
Jungkook menganggukkan kepalanya ke arah remaja di depannya.
Tadi, anak laki-laki itu yang meneriakinya di bawah, dan ia mengantar Jungkook ke kamarnya setelah memarahi Jungkook.
Dilihat dari wajahnya, umurnya jelas jauh berbeda dari Jungkook, tetapi entah mengapa Jungkook sedikit takut padanya saat pemuda itu berteriak lantang.
"Oke, terima kasih."
Kemudian laki-laki itu pergi dan meninggalkan Jungkook sendiri di kamarnya.
"Huh, dasar bocah."
Jungkook kemudian mengeluarkan beberapa perlengkapan kameranya dan mengutak atik benda-benda itu.
Tak berapa lama kemudian sebuah email masuk ke ponsel Jungkook, membuat benda yang masih berada di saku celananya itu bergetar.
Jungkook menaruh kameranya di ranjang, kemudian mengelurkan ponselnya.
Kau sudah sampai? :)
Jungkook menghela napasnya, kemudian mematikan ponselnya dan menaruh ponselnya di nakas sebelah ranjang.
"Lebih baik aku mandi atau Hanna akan menghabisiku."
Setelah membersihkan diri, Jungkook langsung memasukan kameranya ke dalam tas dan mengambil ponselnya yang sudah berdering berkali-kali sedari tadi.
Jungkook sempat tertidur di dalam bathup, dan membuat ia terlambat turun dan menemui Hanna
"Maaf, aku ketiduran," ucapnya saat berhadapan dengan Hanna yang sudah menunggunya di lobby motel.
"Oh, kau mengenalnya?" tanya Jungkook saat baru menyadari bahwa Hanna baru saja selesai berbicara dengan laki-laki yang tadi memarahinya.
Hanna mengangguk, "Ia sepupuku."
"Jadi itu nenekmu?" tanya Jungkook kebinggungan sambil menunjuk wanita paruh baya yang masih duduk di tempat yang sama saat Jungkook berbicara dengannya.
"Jangan banyak tanya, ayo kita sudah terlambat!"
Hanna berjalan ke luar dengan cepat, membuat Jungkook dengan cepat berjalan mengekori perempuan itu.
Sebelum ke luar, Jungkook melambaikan tangan pada remaja laki-laki itu, tetapi alih-alih membalas lambaian Jungkook, ia malam mencibir pria itu.
"Astaga, aku bisa gila bila bersama keluarga ini."
• Autumn White Lies •
Jungkook dan Hanna sudah mengelilingi beberapa tempat di Prancis, termasuk Paris dan sekelilingnya.
Saat ini, mereka sedang berada di salah satu restoran khas Prancis untuk menyantap makan malam.
"Hanna," panggil Jungkook setelah ia telah menentukan pilihan makanannya.
"Hmm?" tanya Hanna sambil masih terfokus ke arah menu yang ada di tangannya.
"Aku akan melamar Jena."
Hanna otomatis menurunkan buku menu yang dipegangnya dan membulatkan matanya ke arah Jungkook.
"Kapan? Memang sudah seharusnya kalian menikah. Sebenarnya aku pernah menyarankan Jena untuk mencari pria lain, karena wajahmu membosankan."
"Hei!" seru Jungkook yang tanpa sadar mengundang beberapa pasang mata menengok ke arah mereka.
Jungkook meringis pelan, kemudian megucapkan maaf dalam Bahasa Inggris berkali-kali.
"Hanya bercanda, lagipula kau percaya Jena akan meninggalkanmu?"
Jungkook terdiam.
Tak pernah terlintas di pikirannya bahwa Jena akan pergi meninggalkannya suatu hari nanti.
"Kapan kau akan melamarnya, jangan terlalu lama, kudengar ada yang naksir padanya di kampus."
"Sudah tak lucu Hanna," sindir Jungkook karena Hanna yang terus menerus ingin menjahilinya.
Hanna terkekeh pelan melihat raut wajah Jungkook.
"Oke aku akan berhenti. Tetapi perkataanku yang barusan itu kenyataan."
"Aku tak peduli. Jangan mengubah topiknya, astaga."
Hanna mengangguk, kemudian menghentikan kekehannya, "Kapan?"
"Sekitar akhir tahun? Setelah wisuda."
"Wow, secepat itu?"
"Instingku menyuruhku untuk melakukannya sebelum tahun depan."
"Itu semua terserahmu sebenarnya, tetapi jangan pernah menyakitinya oke?"
Jungkook mengangguk mantap, "Mana mungkin aku menyakitinya, berhenti berasumsi kalau aku itu orang jahat Hanna."
"Ah, yang jahat itu kan kakakmu bukan kau," gumam Hanna yang masih dapat Jungkook dengar di telinganya.
Bila Jungkook pikir-pikir, Hanna memang terlalu baik bagi Wonwoo yang selalu berganti pacar hanya untuk melepaskan penatnya selama berada di jurusan kedokteran.
Tetapi... Wonwoo berubah sejak Hanna meninggalkannya.
Hanna kemudian memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya dan juga pesanan Jungkook yang sudah Jungkook katakan padanya sebelumnya.
"Hyung sering menanyakanmu," ucap Jungkook saat pelayan itu pergi.
Hanna hanya melirik Jungkook sekilas, kemudian menatap arah lain, seolah tak mendengar ucapan Jungkook barusan.
Jungkook menghela napasnya, setidaknya ia ingin membantu kakaknya untuk mendapatkan kesempatan kedua.
"Hyu-"
"I don't care. Aku tak mau mendengar apapun tentangnya, Jung."
Jungkook mengatupkan mulutnya seketika.
Suasana berubah menjadi canggung setelah Jungkook membahas kakaknya itu.
Suasana hati Hanna pun sudah tak sebaik saat ia mengejek Jungkook tadi.
"Aku hanya ingin kau mendengar faktanya, Hanna."
Hanna menatap Jungkook tajam, matanya menggelap seketika membuat Jungkook menyesal karena baru saja melontarkan kalimat tersebut.
"Kau pikir siapa yang terluka saat itu? Melihatnya tidur dengan wanita lain bahkan di kamar asramanya dan berkata bahwa itu tak sengaja. Hatiku sakit, Jung."
Jungkook ingat bagaimana Jena memintanya untuk mengantarkannya ke bandara karena Hanna yang pulang dari Korea tengah malam secara tiba-tiba.
Saat itu, Hanna menangis sambil memeluk Jena dengan erat ketika mereka bertemu.
Ia menceritakan semuanya pada Jena dan otomatis Jungkook yang sedang menyetir juga mendengarnya. Pada malam yang sama, Wonwoo menelpon Jungkook menanyakan keberadaan Hanna.
Jungkook ingat dengan jelas bagaimana ia memarahi kakaknya itu dan memakinya bertubi-tubi. Tetapi, untuk pertama kalinya, Jungkook mendengar Wonwoo menangis.
Jungkook menjilat bibir bagian atasnya, "Aku bukannya membela kakakku, atau melebih-lebihkan. Ia hampir mengulang semesternya karena membolos selama tiga minggu hanya untuk mencarimu di New York."
A little surprise for u guys!
Thank you so much for staying with this story 'till this far!Iya tau kok mau taehyung sama jena moment , tapi tunggu yaa soalnya i want to make everything clear dulu, hehe.
Thank you for your vote and comments!
Enjoy reading!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
Fiksi PenggemarSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017