Jena memukul lengan Taehyung berkali-kali saat pria itu menambah kecepatan motor yang baru saja ia ambil dari garasi rumahnya tersebut.
"Ya! Pelankan!" jerit Jena sambil terus memukul Taehyung dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memeluk perut Taehyung dengan erat.
Bukannya Jena takut menaiki motor, ia hanya tak ingin mati lebih cepat karena pria itu melajukan motornya dengan kecepatan penuh saat seluruh sisi jalan yang mereka lalui sudah basah terkena air.
Itu mati konyol namanya.
Taehyung memelankan sedikit kecepatan motor tersebut lalu membuka kaca helm yang ia pakai, agar Jena dapat mendengar suaranya.
"Katanya kau mau berkeliling Jeju! Bila aku memelankan laju motorku, kita tidak dapat selesai berkeliling dalam sehari!"
Jena tak mengerti dengan jalan pikir pria itu.
Maksudnya adalah berkeliling menuju ke tempat wisata, bukan mengelilingi setiap sudut Pulau Jeju.
Jena kali ini beralih memukul helm pria tersebut, "Kau gila?! Bukan itu maksudku!"
Taehyung tak mengubris teriakan Jena barusan dan kembali menutup kaca helmnya, lalu menambah kecepatan motornya tersebut.
Jena spontan memeluk erat Taehyung dengan kedua tangannya. Sungguh, Jena akan membunuh Taehyung setelah pria itu memberhentikan motornya nanti.
Sementara Taehyung menarik kedua ujung bibirnya senang saat merasakan perutnya dan punggungnya semakin menghangat.
Di sisi lain, ia juga senang karena dapat melawan rasa takutnya sejak beberapa tahun silam, dan sepertinya ia harus berterima kasih pada gadis itu setelah ini.
● Autumn white lies ●
Mereka dengan cepat memasuki cafe yang berada di pinggir jalan.
Jena bernafas lega, ketika hujan kembali menguyur pulau tersebut dan membuat Taehyung memberhentikan laju motornya yang kelewat cepat tersebut.
Tetapi untuk saat ini, ia masih belum dapat membunuh Taehyung karena mereka berdua sedang basah kuyup dan yang gadis itu inginkan saat ini adalah sebuah kehangatan.
"Americano dan..." Taehyung melirik Jena yang sedang mengusap-usapkan kedua tangannya.
"...café-mocha. Tolong cepat, ia sudah kedinginan," ucap Taehyung dingin sambil menunjuk Jena sesaat.
Kemudian mereka berdua berjalan ke arah salah satu bangku yang terletak di ujung ruangan.
Saat Jena hendak duduk, Taehyung melepaskan jaket yang ia pakai, lalu menyampirkannya pada bahu gadis yang sedang menggigil tersebut.
Kaos yang dipakai Taehyung masih kering, sementara gadis itu tak memakai apapun di balik sweater tipisnya selain pakaian dalam, karena itu ia sedang menggigil saat ini.
Jena kemudian duduk di sofa, dan Taehyung duduk di bangku seberangnya.
Tak berapa lama kemudian, pelayan tersebut mengantarkan pesanan mereka, Jena pun langsung menyeruput minumannya yang masih panas tersebut.
"Pelan-pelan Sena itu masih panas," ucap Taehyung saat melihat Jena hendak menyuruput minumannya dengan tak sabaran.
Benar saja, baru satu tegukkan, gadis itu sudah terbatuk-batuk karena tersedak dan juga lidahnya yang tak dapat menahan panas dari minuman tersebut.
"Sudah ku bilang pelan-pelan," ucap Taehyung setengah berteriak, lalu mengambil tissue dan mengelap ujung bibir gadis itu.
Taehyung menjadi emosi sekaligus khawatir saat melihat gadis itu terbatuk-batuk.
Taehyung kemudian mengambil gelas kopi milik Jena dan meniupnya perlahan, "Tunggu sebentar lagi."
Taehyung meniupnya beberapa kali, lalu menyerahkannya kembali pada Jena, "Pelan-pelan."
Jena kemudian menegukknya dengan perlahan sampai tak tersisa apapun di dalam gelas itu. Tubuhnya saat ini sudah menghangat, tetapi ia merasa kepalanya pusing sekarang ini.
"Sudah lebih baik?" tanya Taehyung pelan sambil menyeruput kopinya.
Jena menganggukkan kepalanya, "Tetapi kepalaku pusing saat ini."
Taehyung langsung menaruh cangkirnya lalu bangun menghampiri gadis tersebut. Ia kemudian duduk di sampingnya lalu memeluk Jena pelan.
Taehyung dapat merasakan seluruh tubuh Jena yang sedingin es walaupun sudah dilapisi okeh jaket milik pemuda tersebut.
Ia kemudian mengeratkan pelukannya pada Jena sambil mengusap pelan punggung Jena.
Jena yang sedang berada dipelukan pria tersebut kemudian semakin memperdalam kepalanya, mencari kehangatan dari dalam diri Taehyung.
"Sudah lebih baik?" tanya Taehyung.
Jena tak merespon. Taehyung yang merasa diacuhkan kemudian mendorong pelan bahu Jena agar ia dapat melihat wajah perempuan tersebut.
Taehyung melihat bahwa gadis itu memejamkan matanya dengan rapat. Terlebih lagi, bibir Jena saat ini sudah berubah menjadi putih sempurna.
"Sena?" panggil Taehyung pelan.
"Sena."
Taehyung menggoyangkan pelan badan Jena. "Kim Sena, bangun."
Taehyung terus menggoyangkan badan Jena sambil terus menyerukan namanya.
Bukan hanya Jena yang berubah pucat, Taehyung pun demikian. Ia takut bila terjadi sesuatu pada gadisnya tersebut.
"Kim Sena, bukalah matamu, jangan bercanda!"
Untung hanya ada seorang kakek tua beserta para pelayan di cafe tersebut, bila tidak Taehyung pastinya sudah menyita seluruh perhatian pengunjung yang berada di cafe tersebut.
Taehyung dengan cepat mengambil ponselnya yang berada di kantung celana pria itu. Butuh beberapa detik untuk mencari kontak orang yang ia cari. Tanpa menunggu lama, orang di sebrang sana langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Jemput aku di sini sekarang!"
HI GUYSS
minta maaf bgt karena ga pernah update akhir" ini :((
Thank you for your views, vote, and comments♡
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017