Hari ini cuaca cerah, walaupun suhu udara di luar saat ini sudah mencapai nol derajat.
Gadis itu sedang berdiri berdampingan dengan beberapa orang yang jauh lebih tinggi darinya sambil menelpon seseorang melalui ponselnya yang ia pegang dan tempelkan di telinga kanan.
"Aku sudah di gerbang kedatanganmu, Jeon."
"Aku sedang menunggu bagasi, beri aku sepuluh menit."
Hanna kemudian mematikan sambungan telepon itu, kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil miliknya yang ia selempangkan di bahu kirinya.
Tak berapa lama kemudian, pemuda yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang dan menampakkan dirinya.
Hanna otomatis mengangkat tangannya dengan tinggi melambaikannya.
"Jungkook!"
Pemuda itu berjalan cepat ke arah Hanna sambil menarik koper kecilnya.
"Hei, akhir kita bertemu."
Hanna kemudian membantu Jungkook membawa tas kameranya, kemudian mereka berjalan ke taksi yang sudah Hanna pesan sebelumnya.
"Bagaimana kabar Jena?" tanya Hanna saat Jungkook selesai memasukkan kopernya ke bagasi, kemudian masuk ke kursi penumpang.
"Baik, ia sedang sibuk mencari properti untuk kelulusan."
Hanna mengangguk mengerti, kemudian memberi Jungkook sebuah SIM card, "Pakai ini. Tak semua area di Prancis memiliki akses wifi seperti di bandara tadi."
"Terima kasih." Jungkook menerima benda itu, kemudian langsung membongkar ponselnya dan memasangnya.
Selama perjalanan menuju ke flat Hanna, Jungkook hanya diam sambil melihat ke luar jendela taksi.
"Kau sudah menghubungi Jena bahwa kau sudah sampai, belum?" ucap Hanna membuka pembicaraan.
Hanna bukan tipe orang yang bisa berdiam diri terlalu lama.
Jungkook menatap Hanna kemudian menggeleng pelan, "Ini terdengar aneh, tetapi ku harap kau tak bilang tentang kedatanganku kemari pada siapapun."
Hanna otomatis mengerutkan alisnya, "Kau pergi diam-diam?"
"Aku hanya tak ingin ia mengangguku untuk saat ini, lagipula ini hanya beberapa hari, aku butuh waktu untuk diriku juga."
"Hei, jangan bilang kau ingin berpisah dengannya?" ucap Hanna yang sudah sedikit emosi karena Jungkook yang terkesan menganggap Jena menyulitkan pemuda itu.
Jungkook dengan cepat menggeleng.
"Bukan itu maksudku. Aduh." Jungkook terlihat panik setelah mendengar nasa bicara Hanna.
"Bila ucapanku benar, jangan harap kau bisa kembali," ancam Hanna membuat Jungkook meringis pelan membayangkan nasibnya yang tak aman bila ia berbuat macam-macam.
Jungkook mengangguk, mengisyaratkan agar Hanna tak usah khawatir akan hal tersebut.
"Aku hanya ingin sedikit waktu bersendiri dan suasana baru untuk portofolioku."
Hanna mendengarkan alasan Jungkook pergi ke tempat itu secara seksama.
"Hyung masih sering menanyakanmu, kau tak ingi-"
"Kita sudah sampai," potong Hanna cepat, kemudian menepuk bahu sang supir beberapa kali sambil berbicara bahasa asing yang tak Jungkook mengerti.
Mobil itu menepi ke bahu jalan, dan berhenti di depan sebuah bangunan berwarna biru muda.
"Apa yang kau tunggu, ayo turun." Hanna sudah berdiri di luar mobil sambil membayar supir tersebut dari jendela pengemudi.
Jungkook dengan cepat membuka pintu mobil, kemudian turun dan mengambil barang-barangnya yang ada di bagasi.
Setelah menurunkan barang-barangnya, Hanna dan Jungkook masuk ke dalam bangunan tersebut.
"Ini motelmu, flat-ku ada di seberang jalan," ucap Hanna sambil menunjuk bangunan di depan mereka dari balik jendela.
Jungkook menganggukkan kepalanya.
Hanna memberi Jungkook kunci kamar pemuda itu setelah menanyakan kamar kosong yang sudah ia pesan pada pemilik motel.
"Jangan berbuat aneh-aneh, aku kenal pemilik motel ini."
"Astaga, aku tak akan selingkuh, Hanna," ucap Jungkook frustasi saat Hanna kembali menatapnya dengan tatapan tajam yang beberapa waktu lalu Hanna berikan padanya.
"Jaga ucapanmu itu. Aku harus kembali ke flat-ku terlebih dahulu, jam empat nanti kita bertemu di depan motel ini, oke?"
Jungkook mengangguk antusias, kemudian Hanna pergi dari bangunan itu dan meninggalkan Jungkook sendiri di motelnya.
"20, lantai dua?" gumam Jungkook menebak-nebak lantai kamarnya, karena hanya tertulis nomor kamarnya di kunci yang tadi Hanna serahkan padanya.
Jungkook mendapati seorang wanita tua di ujung ruangan yang sedang membaca koran.
Jungkook menghampiri wanita itu dan menanyakan di mana letak kamarnya.
Wanita itu terlihat seperti orang asia dengan rambut putih dan mata sipitnya.
"Excuse me, can you tell me where is my room?" tanyanya sopan sambil menunjukkan kunci ruangannya.
Wanita itu memandang Jungkook aneh, seperti tak mengerti apa yang baru saja Jungkook katakan, ia kembali fokus pada koran yang sedang ia genggam.
"Ah, sepertinya ia tak bisa berbahasa inggris."
Jungkook menggaruk kepalanya pusing.
Apa ia langsung naik saja ke lantai atas dan melihat sendiri? Tetapi itu tak sopan.
Jungkook hendak menanyakan kembali keberadaan kamarnya menggunakan bahasa tubuh, sebelum seseorang meneriakinya dari belakang menggunakan Bahasa Korea.
"Hei, jangan ganggu nenekku!"
Late update! :(
Sowry.Thankyou for your vote and comments!
Enjoy reading!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017