Awake

8.1K 1K 43
                                    

Udara di Korea jauh berbeda dengan di New York.

Setelah mendarat dua jam yang lalu, Jena dan Jin langsung menuju ke rumah sakit.

Jin sedang ke luar bersama ibunya untuk pergi makan, sementara saat ini giliran Jena untuk menjaga Sena.

"Maaf," ucap Sena membuka pembicaraan.

Jena yang sedang mengganti-ganti saluran televisi menoleh seketika.

Ia meletakkan remote televisi, lalu mendekat ke arah Sena.

"Apa?"

"Maaf."

Jena menyentil dahi Sena, membuat perempuan itu mengaduh kesakitan.

"Ah!"

"Kau tahu betapa menyebalkannya tunanganmu itu?"

Menyebalkan? Mungkin ia tidak begitu menyebalkan belakangan ini. batin Jena.

Sena mengusap dahinya berkali-kali.

"Ara, ara!"

Jena menghembuskan napasnya, "Setelah kau ke luar, temui lah dia. Taehyung tidak seburuk apa yang kau pikirkan."

"Katamu ia menyebalkan."

"Memang."

Sena memutar bola matanya pelan.

Jena kemudian menarik bangku di dekat nakas, agar ia bisa duduk di samping Sena yang sedang terbaring.

"Mari ganti topik. Siapa orang yang hampir membunuhmu itu?"

Sena terlihat sedikit ketakutan saat Jena membahas topik tersebut.

Jena yang dapat merasakan dan melihat ketakutan yang tercetak jelas di wajah perempuan itu pun memegang tangan Sena, berusaha menenangkannya.

"Ia sudah berada di balik jeruji, tenang saja."

Sena terlihat lebih rileks.

"Ia teman satu kuliahku. Ia pernah memintaku menjadi pacarnya, tapi aku hanya ingin berteman. Dan, setelah aku mendengar tentang perjodohan itu, semua temanku tak ada yang bisa ku hubungi selain dirinya."

"Lalu?" tanya Jena sambil menaikkan alisnya.

"Setelah aku pulang, ia kira aku akan menerima perjodohan tersebut. Dan, ya, ia hampir membunuhku."

"Dasar orang gila," cibir Jena.

Sena menganggukkan kepalanya setuju akan pernyataan Jena barusan.

Jena menjilat bibirnya, kemudian kembali bersuara.

"Tunanganmu adalah orang baik, terima saja perjodohan itu."

Sena menatap aneh Jena.

Memang mereka jarang bertemu, tetapi Sena merasa ada yang aneh dengan Jena saat ini.

"Akan ku coba," jawab Sena setengah hati.

Jena lagi-lagi menyentil dahi saudara kembarnya tersebut.

"Jangan hanya mengatakannya saja, tetapi kau harus benar-benar melakukannya. Oke?"

"Ya, ya, ya. Terserahmu."

Jena menggelengkan kepalanya pelan setelah melihat kelakuan Sena yang tak pernah berubah itu.

Menurut Jena, Sena itu keras kepala, susah diatur. Intinya, Sena adalah alter ego dari Jena.

"Apa yang kau lakukan di New York?"

"Banyak."

Sebenarnya, Jena ingin menceritakan tentang Jungkook pada Sena, tetapi ia takut perempuan itu akan mengadukannya pada Seokjin.

AUTUMN WHITE LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang