Taehyung tak percaya dengan layanan publik, itu sebabnya saat ini dia dan tubuh Jena yang tak sadarkan diri berada di mobil pria itu bukan di ambulans.
"Ya! Kau tak bisa lebih cepat lagi?!" tanya Taehyung emosi pada supir pribadinya tersebut.
Pria yang baru saja Taehyung bentak kemudian menekan kakinya lebih dalam pada pedal gas, melawan derasnya hujan yang menguyur pulau tersebut.
Tak lama kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Supir Taehyung langsung turun dan membukakan pintu hendak mengambil alih tubuh Jena.
"Jangan sentuh dia," ucap Taehyung datar sambil keluar dari mobil bersama tubuh Jena yang sedang ia angkat menggunakan kedua tangannya.
Beberapa suster langsung berlari kecil mendekati mereka, lalu membantu Taehyung untuk menaikkan gadisnya tersebut ke atas ranjang pasien.
Para suster beserta seorang dokter jaga berlari kecil masuk ke dalam UGD bersama dengan Taehyung dan supirnya yang setia mengikuti tim medis tersebut.
"Lebih baik anda berdua tunggu di sini, selagi dokter memeriksanya." Sang suster tersebut menutup tirai yang membatasi antar ranjang pasien dan juga koridor UGD.
Taehyung kemudian menjauhkan dirinya dari sana, lalu duduk di sebuah kursi panjang yang berjarak beberapa meter dari tempat di mana tadinya ia berdiri.
"Ambil motorku di cafe tadi." Taehyung menyerahkan kunci motornya yang berada dalam saku celana jeansnya yang sudah lumayan kering.
Supirnya yang tadi dengan setia menjemputnya pun mengambil kunci tersebut lalu memberikan Taehyung kunci mobil yang tadi mereka tumpangi.
"Kalau begitu saya permisi, tuan." Ia membungkukkan badannya lalu pergi menghilang di balik pintu otomatis.
Taehyung memainakan kunci mobilnya gelisah sambil terus menyalahkan dirinya.
Bila saja ia tak mengajak Jena --yang ia ketahui sebagai Sena-- pergi menggunakan motor tersebut, pastinya ia dan Jena masih dapat bergurau atau bahkan membagi cerita tentang diri mereka masing-masing saat ini.
"Motor sialan," umpatnya pelan sambil meremas kuat kunci yang sedang dipegangnya.
Taehyung beralih menyalahkan motornya yang sudah lama tak ia kendarai. Ini pertama kalinya ia mengendarai motor tersebut lagi dalam delapan tahun terakhir. Dan saat ia ingin membuka hatinya kembali untuk benda tersebut lagi, ia malah mencelakakan orang lain.
"Tuan?" Taehyung sontak mengangkat kepalanya ke sumber suara tersebut.
Taehyung berdiri dengan cepat lalu menatap wanita berbalut pakaian serba putih-biru tersebut dengan penasaran.
"Bagaimana keadaan tunanganku?"
Suster tersebut tersenyum hangat, "Keadaannya sudah stabil, tetapi ada sesuatu yang ingin Dokter Hong bahas dengan pihak keluarga pasien."
Taehyung mengerutkan keningnya, "Saya akan mewakilinya."
"Kalau begitu, mari saya antar ke ruangan Dokter Hong."
● Autumn white lies ●
Jena mengerjapkan matanya beberapa kali saat terbangun. Ia menemukan ada jarum infus yang terpasang pada punggung tangan kirinya, dan juga seseorang yang sedang tertidur sambil memegang tangannya tersebut.
"Taehyung..." panggil Jena dengan suara serak.
Taehyung yang merasa dipanggil pun langsung mengangkat kepalanya. "Jangan bergerak, aku akan memanggil dokter terlebih dahulu."
Taehyung kemudian melepaskan genggamannya pada tangan Jena dan beranjak keluar dari ruangan tersebut. Tak seberapa lama kemudian, ia masuk bersama seorang dokter dan juga suster.
Dokter itu mengecek kondisi tubuh Jena menggunakan stetoskopnya, "Apa kau punya riwayat penyakit jantung sebelumnya?"
Jena menggeleng dengan cepat.
Dokter tersebut kemudian membalikkan badannya menghadap Taehyung, "Ia hanya kelelahan."
Taehyung menghembuskan nafasnya lega. Tadi saat ia pergi ke ruangan Dokter Hong tersebut, dokter itu mengatakan bahwa ia harus mengecek lebih lanjut tentang Jena karena detak jantung dan tekanan darahnya yang abnormal.
"Besok pagi, ia boleh kembali ke rumah, dan juga jangan lupa untuk meminum vitamin yang nanti akan ku tuliskan di resep."
Taehyung mengangguk mengerti. Dokter Hong bersama dengan susternya tersebut berjalan menuju pintu kamar. Sebelum keluar, Dokter Hong membalikkan badannya, "Ah dan jangan lupa untuk selalu memakai pakaian yang tebal, saat ini suhu udara sudah mulai menurun."
Jena tersenyum lalu mengangguk. Dan akhirnya, hanya tinggal ia dan Taehyung berdua dalam ruangan tersebut.
"Mengapa menatapku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Jena pada taehyung yang sedang memandanginya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Taehyung menggelengkan kepalanya, "Kau cantik."
Walaupun nadanya datar, ucapan pria tersebut dapat membuat degupan jantung Jena berubah sepersekian detik kemudian.
Lama-kelamaan, ia akan meninggal lebih cepat bila terus berdekatan dengan Taehyung.
Taehyung berjalan mendekat ke arah Jena. "Kau membuatku khawatir setengah mati," ucapnya dengan nada yang masih datar.
Jena menunduk, "Maaf."
Taehyung memegang tangan Jena yang bebas dari jarum infus. "Seharusnya aku yang minta maaf. Jika saja aku ti-"
"Lupakan saja Tae. Lagi pula sudah lama aku tak berada di ranjang rumah sakit."
"Ternyata, kepalamu juga ikut sakit saat ini." Taehyung mendesah pelan sambil menaikan selimut yang berada di atas tubuh Jena, "Tidurlah, aku harus menelpon sekretarisku terlebih dahulu."
Jena mengangguk. Taehyung kemudian mengecup kening Jena, yang lagi-lagi membuat Jena salah tingkah. Taehyung lalu berbalik menuju ke arah pintu dan menghilang di balik ruangan.
Jena menghembuskan nafas lega, sambil berusaha menetralkan kembali detak jantungnya.
Beberapa saat kemudian, Jena memegang dadanya yang sudah lebih tenang, "Aku harap semuanya baik-baik saja."
Hii guyss!
Sorry kalo part ini ngebosenin TT
THANK YOU FOR 3K VIEWS!
Thank you for your vote and comments too!
Enjoy reading!
- Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017