To Kim Jena,
Hi Jena. Mungkin kau membaca ini sebulan setelah aku meninggal, atau bahkan setahun?
Aku berharap kau membaca ini secepatnya, karena lebih cepat kau membaca surat ini, berarti lebih cepat kau melupakanku.
Pertama, aku ingin meminta maaf karena meninggalkanmu dan mungkin menyebabkan kau terpuruk di saat wisudamu nanti.
Aku meniggalkanmu bukan karena aku membencimu.
Bukan karena rasa cintaku tak sebesar itu padamu.
Bukan karena lukisan wajahku yang kau lukis tak seindah yang ku bayangkan.
Bukan karena aku menyesal mengenalmu.
Bukan karena kau selalu mengganguku saat kau sedang dalam mood buruk.
Bukan karena semua itu.
Aku menyukai saat-saat bersamamu. Saat kau memanggilku dengan sebutan 'Kookie', 'Bunny', atau apapun itu.
Saat kau menyuapi ku pasta yang kau buat tengah malam.
Saat kau memeluk tubuhku dengan lekat ketika kita tidur.
Saat kau menciumku di depan gadis yang meminta nomor ponselku.
Saat kau mengacak-acak rambutku. Saat kau mengganti wallpaper ponselku menjadi wajahmu.
Saat kau tertawa karena menonton kartun bersamaku.
Terlalu banyak yang ku suka dari mu. Dan tak ada rasa benci yang ku rasakan saat bersamamu.
Aku meninggalkamu karena rasa itu terlalu besar dan merebut semua egoku.
Aku takut egoku semakin lama bertambah besar. Apalagi dengan keadaanku yang tiba-tiba memburuk akhir-akhir ini. Membuatmu berpikir dua kali tentang tawaran proyek dari pelukis terkenal itu yang kau sembunyikan dari ku.
Aku tahu saat kau menolak untuk melanjutkan S2 mu, hanya karena itu berada di Chicago dan kau tak mau meninggalkanku sendirian.
Menjadi seniman yang dikenal dunia adalah impianmu dari kecil. Tapi kau memilih untuk menjatuhkan mimpimu demi diriku.
Kau tahu, betapa sakitnya aku ketika mendengarmu menolak tawaran S2 tersebut?
Aku menyalahkan diriku berkali-kali. Mengumpat pada pantulan diriku yang terbaring lemah di rumah sakit berkali-kali, meskipun aku tahu dengan jelas bahwa itu tak akan merubah apapun.
Aku terus menyalahkan diriku, sampai pada titik di mana aku tahu bahwa satu-satunya cara agar kau bisa mewujudkan cita-citamu tersebut dengan meninggalkanku.
Tapi di sisi lain, aku tahu bahwa kau tak akan melakukan hal itu. Aku yakin dengan hal itu.
Maka, aku memutuskan untuk meninggalkanmu.
Mungkin kau akan membenci dirimu setelah ini, tapi kumohon jangan lakukan hal itu.
Karena kau berharga. Bahkan, nyawaku tak ada apa-apanya dengan pengorbanan yang kau berikan selama ini.Yes, you mean that much to me.
Ps. I really love you.
All the love,
JK
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017