Jena berjalan pelan mendekat ke arah club tersebut. Ini bukanlah pertama kalinya ia pergi ke club. Sempat beberapa kali ia pergi ke club di New York, ia didampingi oleh seseorang. Ya, seseorang.
"Id card?" tanya sang penjaga pintu mencegat Jena masuk saat wanita itu hendak melangkah masuk.
Jena baru mengingat bahwa ia tidak membawa dompetnya saat ini.
"Aku tidak membawanya, tetapi aku sudah berumur 22 tahun."
Penjaga pintu itu berdecih pelan, "Tampangmu saja masih seperti anak sekolah dasar. Pergi!"
"Ta-"
Ucapan Jena terhenti saat ia melihat sesosok pria yang ia kenal berjalan keluar club sambil merangku seorang wanita dengan terhuyung ke depan dan ke belakang.
Jena langsung menjauh dari penjaga pintu tersebut lalu berlari kecil menuju kearah Taehyung dan seorang wanita yang Jena yakini adalah seorang pelacur.
"Kim Taehyung."
Taehyung maupun wanita itu tak mendengar panggilannya. Lantas Jena berlari mendekat kearah Taehyung lalu menahan tangan pria tersebut.
Dari tatapannya saat ini, semua orang dapat menyadari bahwa Jena sedang berusaha meredam amarahnya.
"Kim Taehyung," panggilnya lagi.
Taehyung yang setengah sadar dan juga wanita tersebut membalikan badannya lalu menatap Jena dengan tatapan aneh.
"Oh Kim Sena? Kau tunanganku kan?" tanya Taehyung sambil melepaskan rangkulan wanita yang ada di sampingnya lalu menunjuk Jena.
Jena melirik wanita yang memakai dress ketat itu dengan tajam lalu mengeluarkan beberapa lembar won yang tersisa di sakunya, "Pergilah, ini bayaranmu."
Wanita itu pun langsung menerima lembaran won tersebut lalu pergi menjauh, tak lupa ia memberikan jas milik Taehyung yang berada di lengannya.
"Eoh? Candy-ku kau mau kemana?!" teriak Taehyung saat melihat wanita tersebut pergi.
"Taehyung ayo kita pulang," Jena merapihkan kemeja Taehyung yang sudah sangat berantakan lalu menuntun tangannya dengan paksa.
"Tak mau!" nada suara Taehyung tiba-tiba seperti seorang anak kecil.
Jena menggeleng pelan lalu kembali menarik tangan Taehyung.
Taehyung lagi-lagi melepaskan genggaman tangan Jena. Bahkan wanita itu hampir terhuyung ke belakang bila saja ia tak memiliki keseimbangan tubuh yang baik.
"Taehyung-ah ayo pulang, ini sudah malam, suhu udara juga mulai menurun." Jena mengusap-usapkan kedua tangannya.
Ia menyesal tidak memakai jaket yang lebih tebal saat ini. Ia tak pernah menyangka musim gugur di Korea ternyata hampir serupa dinginnya dengan di New York.
Bukannya menurut, Taehyung malah menjatuhkan dirinya ke trotoar tersebut lalu menendang asal ke udara.
Beberapa orang yang berlalu lalang menatapnya dengan tatapan aneh yang membuat Jena malu setengah mati.
Tanpa aba-aba, Jena menarik kedua lengan pemuda tersebut lalu menariknya agar Taehyung bangun dan berdiri. Kemudian ia mengalungkan tangan Taehyung pada lehernya lalu menarik pria itu secara paksa.
"Lepaskan!" Taehyung meronta-ronta layaknya anak kecil sambil berusaha menepis kedua tangan Jena yang memegangnya dengan kuat.
Jena tak memerdulikan rontaan Taehyung dan terus menarik pria yang mempunyai badan yang lebih besar dari dirinya dan juga kaki yang jauh lebih panjang darinya.
Jena rasa tulang-tulangnya akan patah sebentar lagi bila Taehyung tak kunjung sadar dan berjalan menggunakan kedua tungkai kakinya sendiri.
Akhirnya Jena melihat sebuah cahaya terang yang berasal dari lampu yang terpasang di halte bus.
"Menyusahkan," ucap Jena saat mereka sudah sampai di halte bus tersebut.
Jena pun melepaskan tangan Taehyung dan menjatuhkan pria itu di atas bangku halte.
"Aww!" Taehyung meringis pelan saat merasakan bokongnya bertabrakan dengan kursi secara keras.
Jena berjalan kearah pinggir jalan untuk mencari taksi. Bus sudah tidak beroperasi lagi saat ini, jadi ia memutuskan untuk membawa Taehyung kembali ke rumah pria tersebut dengan menggunakan taksi.
Saat sudah mendapatkan taksi, Jena langsung menyuruh Taehyung untuk berdiri. Pria itu pun menurut lalu berjalan dengan mata tertutup.
Taehyung hampir terjatuh pada pembatas jalan jika saja Jena tak langsung memegangi lengannya. Rasanya Jena ingin mengetawai pria itu ketika melihat kejadian tersebut.
Jena menyebutkan alamat rumah Taehyung yang tadi Taewon berikan padanya melalui pesan singkat.
Selama di perjalanan, Taehyung sama sekali tidak membuka matanya. Jena sempat berpikir bahwa pria itu sudah tiada, tetapi pria itu tiba-tiba menjatuhkan kepalanya pada pundak Jena membuat perempuan tersebut tahu bahwa Taehyung hanya tertidur.
"Totalnya 12 ribu won nona."
Jena meraba sakunya. Ia kemudian menepuk keningnya pelan. Jena lupa bahwa ia sudah menyerahkan seluruh uangnya pada jalang yang tadi bersama Taehyung.
Jena kemudian memindahkan kepala Taehyung yang ada di pundaknya lalu meraba saku jas Taehyung yang sedari tadi ia taruh di lengannya.
Saat ia menemukan dompet Taehyung di dalam jas tersebut, ia langsung menarik dompet itu keluar dari tempatnya dan mengambil beberapa lembar uang dari sana.
Jena keluar dari taksi tersebut, kemudian menarik Taehyung agar pria itu bangun dan keluar dari taksi tersebut.
"Taehyung," panggilnya saat pria itu tak kunjung membuka matanya dan malah mengeluarkan dengkuran halusnya.
Tiba-tiba terdengar suara yang berasal dari pintu gerbang. Pintu gerbang tersebut terbuka dan menampilkan Taewon dan Taewoo yang sedang panik.
Kedua laki-laki itu langsung berhamburan kearah taksi tersebut lalu mengopoh kakaknya keluar dari taksi.
Taewon, Taewoo, dan juga Jena mengucapkan terimakasih kepada pengemudi taksi tersebut. Saat taksi itu pergi, Taewon dan Taewoo pun langsung mengopoh Taehyung masuk kedalam rumah dan juga menyuruh Jena untuk masuk ke rumahnya.
"Ini sudah larut, aku lebih baik pulang." Jena tersenyum lalu hendak keluar dari pekarangan rumah Keluarga Kim.
"Ey noona, maka itu kau harus menginap disini," ucap Taewoo.
"Kami tak bisa mengantarkanmu noona, bila eomma atau appa tahu kami menyalakan mesin mobil maupun motor malam-malam, matilah kami."
Jena menghembuskan nafasnya pelan, "Aku juga kabur dari rumah tadinya, karena aku ingin makan keluar."
"Bilang saja Taehyung hyung ingin bertemu denganmu noona."
"Aku bukan Sena."
Taewon dan Taewoo hampir saja lupa tentang fakta tersebut.
"Yasudah, bilang saja Taehyung hyung menelponmu dan masih berpikir bahwa kau adalah Sena noona."
"Tidak tidak, bilang Taewon dan Taewoo ingin bertemu denganmu untuk menanyakan pelajaran."
"Taewoo-ah itu ide yang bodoh. Bagaimana jika-"
"Ya cukup!" ucap Jena akhirnya saat ia sudah lelah mendengar kedua pemuda tersebut.
"Tidak-tidak, bagaimana jika noona kembali esok pagi?"
Jena kemudian berpikir sebentar. Tak ada salahnya juga untuk menginap disini hingga matahari terbit.
Ia juga bisa dimarahi habis-habisan bila ketahuan menyelinap keluar malam-malam. Bila ia kembali esok pagi, kemungkinan orang-orang mengira ia baru saja olah raga pagi.
Taewon benar. Batinnya.
"Oke ... aku akan menginap."
Thank you for your vote and comments!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017