Aftermath

9.4K 1.2K 16
                                        

Taehyung memilih untuk menunggu gadis itu kembali di kamar inapnya.

Setelah berkeliling rumah sakit dan menunggu selama limabelas menit di bangku taman rumah sakit, ia menyerah dan memutuskan untuk menunggu gadis itu di sofa kamar inap.

Taehyung membuang nafasnya pelan sambil menundukkan kepala.

Ia khawatir akan keadaan gadis itu, tapi ia lebih khawatir lagi tentang pemandangan yang baru saja ia lihat di taman saat menunggu Jena.

Ia melihat seseorang yang menaruh janji padanya beberapa tahun silam. Ia bahkan sudah hampir lupa sepenuhnya dengan rupa wanita itu.

Wanita yang pernah membuatnya tahu bahwa hidup tak hanya berputar pada dirinya.

Memang wanita itu banyak membantunya di masa lalu, tetapi tidak dengan kenangan pahitnya bersama motor. Hanya Jena seorang yang membuatnya berani untuk menunggangi kendaraan tersebut entah mengapa.

Lamunan Taehyung disadarkan dengan pergerakan dari pintu putih. Pintu terbuka, dan menampilkan sosok Jena yang sedari tadi Taehyung cari.

Taehyung berdiri lalu berjalan ke arah gadis itu dengan cepat.

"Kau kemana saja?! Apa kau tak tahu aku mencarimu sedari tadi?! Setidaknya kabari aku bila ka-"

"Aku ingin pulang," ucap Jena lemas.

Emosi Taehyung mereda sesaat kemudian. Kemudian, ia mengerutkan dahinya tak paham, "Ada apa?"

"Aku ingin pulang," ucap gadis itu sekali lagi dengan wajah pucat dan nada yang kelewat datar.

Taehyung masih tak mengerti dengan situasi mereka saat ini.

Jena menarik pelan baju yang Taehyung kenakan, lalu menatap pria itu.

"Aku ingin pulang Taehyung-ah."

Taehyung melihat mata gadis di depannya yang sembab disertai dengan wajahnya yang pucat.

Taehyung hendak menanyakan apa maksud dari perkataannya yang diulang terus menerus, sebelum satu tetes air mata jatuh mengenai pipi gadis itu.

Taehyung panik. Dengan cepat ia merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya, sambil mengusap punggung dan juga kepalanya dengan penuh kasih sayang.

"Kau kenapa eoh? Maafkan kau karena tadi sudah membentakmu." Taehyung berusaha menenangkan Jena saat gadis itu semakin terisak dalam pelukannya.

"Mianhae Sena-ya."

Jena yang masih berada dalam dekapan Taehyung bergumam pelan, mengulang kalimat yang sudah ia lontarkan sejak memasuki ruangan itu berkali-kali.

Melihat gadis di depannya menangis tersedu-sedu membuat dada Taehyung sakit, bukan dalam artian sebenarnya.

Tetapi tetap saja, ia merasakan sesak di rongga dadanya saat melihat gadis itu menangis.

"Oke, ayo kita pulang. Jangan menangis lagi Sena."

Taehyung mendorong pelan bahu Jena, lalu menghapus air mata yang membasahi pipi gadis itu.

"Jangan menangis, aku terluka saat melihatmu seperti ini."

● Autumn White Lies ●

Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua jam itu di habiskan Taehyung dengan mengamati gadis yang duduk di sampingnya.

Ia tak ingin bertanya, karena ia yakin bila gadis itu ingin memberitahunya, sudah pasti akan ia lakukan.

Sampai mereka menginjakan kaki di tempat penjemputan di bandara, Jena tetap diam.

Yang tak Taehyung ketahui adalah bahwa Jena mengenggam kuat amplop berisi kertas yang di berikan Wonwoo sewaktu di rumah sakit selama perjalanan mereka.

Mobil Taehyung terparkir manis di depan mereka setelah beberapa menit menunggu di tempat itu.

"Aku pulang menggunakan taksi saja, terima kasih karena sudah mengajakku ke Jeju."

Jena memutarkan tubuhnya. Sontak, taehyung langsung meraih pergelangan tangan Jena membuat tubuh mungilnya memutar ke arah Taehyung.

"Aku akan mengatarmu pulang."

Seperti tahu bahwa Jena akan menolaknya mentah-mentah, Taehyung kembali membuka mulutnya, "Tak ada penolakan."

Jena diam.

Ia memilih untuk mengikuti apa yang Taehyung mau. Ia menganggap tugasnya menjadi Sena belum selesai, dan baru akan berakhir ketika ia sampai di rumah, jadi walaupun kondisi hatinya saat ini sangatlah buruk, sudah seharusnya ia mengikuti perintah Taehyung.

Taehyung membukakan pintu untuk Jena, lalu menutupnya saat gadis itu sudah masuk ke dalam mobil hitam itu. Kemudian ia berlari kecil untuk menuju ke balik kemudi.

Sepanjang perjalanan, Jena hanya diam seperti saat mereka berada di dalam pesawat. Sampai akhirnya Taehyung memutuskan untuk membuka mulutnya.

"Bila ada yang menyakitimu katakan saja padaku," ucap Taehyung dengan suara rendah khasnya.

Jena diam tak bergeming, lalu mengigit bibir bawahnya.

Bila ia bercerita pada kakaknya, pastinya Seokjin akan berceramah panjang walaupun itu menenangkannya.

"Saat aku sudah siap." Jena menghembuskan nafasnya.

Ya. Jena hanya butuh ketenangan saat ini, dan mungkin mengigat kembali kenangannya bersama Jungkook dari delapan tahun yang lalu sampai setahun yang lalu.

Hari ini menjadi hari yang menyakitkan bagi Jena.


Hi guys!

FIRST OF ALL,
thank you so much for all of your support this whole time!
We reached more than 10k readers and #490 in fanfiction!!

Im so sorry to inform this,tp aku mau ksh tau kalo aku bakal inactive for maybe 2 weeks(?) jadi aku gabakalan update untuk sementara dulu yaa:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Im so sorry to inform this,
tp aku mau ksh tau kalo aku bakal inactive for maybe 2 weeks(?) jadi aku gabakalan update untuk sementara dulu yaa:(

Thank you for your vote and comments!
Enjoy reading!
-Berryl

AUTUMN WHITE LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang