Past

8.3K 1.1K 46
                                    

"Ia tampan."

Jena memutar kepalanya ke arah suara yang lebih mirip bisikan itu berasal.

"Jangan konyol, ia tunangan Sena."

Hanna mengerucutkan bibirnya pelan.

Mereka saat ini berada di butik milik Hanna.

Ya. Hanna adalah seorang desainer.

"Hanya mengutarakan apa yang ada di benakku," ucap Hanna sedikit sebal.

"Ya, terserah."

"Kau janjian mengecat rambut yang sama atau bagaimana?"

Jena terdiam.

Ia membulatkan matanya seketika.

Rambutnya tentu tidak akan berubah warna sendiri kan?

Jena menggigit bibir bagian bawahnya.

Apa pria itu mengetahuinya? batin Jena gelisah.

Taehyung sedang sibuk dengan beberapa asisten Hanna.

Sudah hampir satu jam mereka berada di butik ini, tetapi Taehyung belum juga menentukkan pilihannya.

"Jena, yang ini atau ini?" tanya Taehyung sambil berjalan ke arah mereka berdua.

Hanna menjauhkan badannya dari Jena, memberi kedua orang tersebut ruang untuk berbicara.

Jena mengambil salah satu dress dari tangan Taehyung, "I- ia tak suka warna hijau."

Ekspresi Taehyung langsung berubah, seperti baru saja melewatkan sesuatu yang berharga.

"Benarkah? Ia tak pernah mengatakannya."

Jena hanya tersenyum tipis sambil berharap ia bisa segera pergi dari tempat ini.

Taehyung memberikan dress berwarna hijau terang itu ke pelayan, lalu mengangkat dress satu lagi yang berada di tangan kirinya.

"Kalau yang ini, bagaimana?"

Jena mengambil dress itu, kemudian membolak-balikkannya.

Perempuan itu mengangguk pelan.

"Cobalah."

Jena langsung menurunkan sedikit dress itu, agar dapat melihat jelas wajah Taehyung.

"M-mana bisa begitu, Taehyung-ssi."

"Apa kau kedinginan? Mengapa kau tergagap seperti itu?"

Taehyung menatapnya aneh. Masalahnya, gedung ini sangatlah hangat, bahkan Taehyung sudah melepaskan mantelnya sejak tadi.

Jena menjilat bibirnya. "Ya, sedikit."

Pikirannya sudah kacau saat saat ini.

Ia terus memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang nantinya akan terjadi.

Dan lagi-lagi, pepatah lama memang selalu benar.

Sepintar-pintarnya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.

Autum White Lies ●

Taehyung ke luar dari butik tersebut, setelah membayar pesanan dressnya.

"Kau lebih tampan dengan rambut coklat gelapmu, Tae," ucap seseorang menggunakan bahasa Korea.

Pemuda itu lantas memperlambat langkahnya.

Ia kemudian membalikkan badannya ke belakang, menoleh ke arah sumber suara.

Setelah melihat orang yang baru saja memanggil namanya, Taehyung memutar matanya jengah.

Tidak lagi. batinnya kesal.

Perempuan itu berjalan mendekat ke arahnya.

"Ada apa lagi?" ucap Taehyung sinis. Seperti kesal bahwa ia harus kembali bertatap muka dengan lawan bicaranya itu.

Wanita itu terkekeh pelan.

"Sebenci itukah kau pada diriku?"

Taehyung menghembuskan napasnya perlahan, sambil berharap bahwa hanyalah mimpi belaka.

Taehyung hanya terdiam, tak berani menjawab wanita itu.

Hanna terkekeh pelan dengan air mata yang sudah menggenang.

Nyatanya, pertemuan pertama mereka setelah berpisah di negara ternama di Eropa berujung seburuk ini.

Ini tak pernah sedikitpun terlintas di benak Hanna.

"Kau mengenal Jena dari mana?"

"Bukan urusanmu."

"Kau melihatku kan di Jeju?"

Taehyung terdiam.

Karena kenyaataannya ia melihatnya.

"Kita sudah berakhir, Hanna."

Hanna menggeleng pelan.

"Jangan kekanakan, Tae. Kau tahu hari itu aku harus menghadiri ra-"

Taehyung berdecih pelan.

Kemudian ia menatap perempuan itu dengan tajam.

"Kau meninggalkanku di bandara hari itu Hanna! Kau bukan memilih rapat atau omong kosong lainnya, kau memilih pria itu!"

Emosinya yang sudah ia bendung meluap seketika.

Taehyung kemudian membalikkan badannya dan berjalan menjauhi perempuan itu, meninggalkannya sendirian.

Hanna sudah meneteskan air matanya.

Bila saja hari itu ia datang dan menemui Taehyung, mungkin mereka masih bersama sampai saat ini.

Atau bahkan mereka sudah lebih dari sepasang teman tanpa status maupun kekasih.

Memang ini semua kebodohannya. Ia yang meninggalkan pria itu.

Tetapi bolehkah ia mendapatkan kesempatan kedua?

Autumn White Lies ●

Jena berlari kecil menuju ke dalam apartemennya.

Ia benar-benar harus berterima kasih pada Jin untuk kali ini, karena setidaknya ia mempunyai alasan untuk pulang.

Tetapi yang ada di benaknnya saat ini bukan lagi tentang Taehyung yang kemungkinan sudah mengetahui segalanya, tetapi tentang Sena.

Jin berkata Sena baru saja sadar kemarin malam, dan ia sudah membeli tiket untuk mereka berdua nanti malam.

Jena sedikit kesal karena Jin yang baru memberi tahunya, padahal ia sudah mengetahui kabar tersebut sejak kemarim malam.

Saat sudah berada di dalam apartemennya, ia langsung membuka koper dan merapihkan barang-barang dari Jungkook, beserta pakaiannya dan juga milik Jin dengan tergesa-gesa.

"Ah, benar-benar menyebalkan!"


Airplane pt.2  and anpanman choreo are super cool!
El Mariachi!

Good luck buat kalian yang lg ulangan umum!

Thank you for your vote and comments!
Enjoy reading!
-Berryl

AUTUMN WHITE LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang