Jena memasuki rumahnya dengan lesu.
Ia harus menunggu bus selama kurang lebih satu jam untuk pulang kembali ke rumahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan ia benar-benar mengantuk saat ini.
Saat hendak menutup gerbang rumahnya, sebuah sorot cahaya mendominasi indera penglihatannya.
Mobil berwarna merah itu membuat Jena langsung melanjutkan aksinya untuk menutup gerbang dengan tergesa-gesa.
Ia mengenal jelas mobil milik Kim Taehyung tersebut.
Kedua matanya yang tadinya sudah setengah terbuka menjadi terbuka sempurna.
"Angkat telponku dan balas pesanku, oke?" Jena mendengar suara berat khas pemuda itu setelah mendengar suara pintu mobil yang ditutup.
Terdengar suara ketukan antara high heels dan aspal setelahnya, "Tentu, Taehyung-ssi."
"Hei, berhenti memanggilku dengan embel-embel seperti itu," ucap Taehyung terdengar sedikit jengkel.
Jena semakin merapatkan tubuhnya ke gerbang ketika suara mereka memelan.
"Beso-"
Tringg~
Ponsel Jena berbunyi dengan lantang.
Ia langsung merogoh sakunya lalu mematikan alarm yang sengaja ia pasang itu sambil menepuk dahinya.
"Kau mendengar sesuatu?" tanya Taehyung dibalik sana.
Jena menggigit bibir bawahnya gerogi.
Ah, ia tak berbuat salah apapun, tetapi mengapa ia harus mengendap-endap seperti ini astaga.
"Tidak."
"Yasudah, lebih baik kau masuk sekarang, udara di sini semakin dingin."
Jena mengarahkan matanya pada kedua insan tersebut melalui celah-celah gerbang rumahnya.
"Ya, berhati-hatilah di jalan."
Sena sudah membalikkan badannya dan berjalan ke arah gerbang, sebelum Taehyung berjalan cepat ke arah perempuan itu, lalu mengecupnya pelan.
"Selamat malam."
Taehyung kemudian langsung berlari kecil ke arah mobilnya dan melesat pergi, meninggalkan Sena yang masih mematung di depan gerbang.
Jena berusaha mengontrol napasnya yang tiba-tiba terasa sesak.
Sena membuka gerbang rumahnya itu dengan perlahan.
"Apa saja yang kalian lakukan hari ini?"
Sena melebarkan matanya ke arah Jena sambil terloncat kaget.
"Kim Jena, astaga!!"
• Autumn White Lies •
Hari ini udara terasa semakin dingin, mengingat musim dingin akan segera tiba hanya dalam hitungan hari.
Jena menyesap teh panasnya sekali lagi sambil menunggu kalimat Hanna yang tergantung.
"Aku harus tahu apa?" tanya Jena penasaran karena gadis di depannya tak kunjung berbicara.
Hanna menundukkan kepalanya, memainkan jemarinya di bawah meja.
"Apa kau tahu saat Jungkook berkunjung menemuiku di Prancis waktu itu?"
Jena sedikit membuka matanya lebih lebar, lalu mengerutkan keningnya, "Aku tak ingat. Lebih tepatnya tak tahu."
Hanna menggigit bibir bagian bawahnya.
Apa aku harus memberitahunya? batin Hanna resah.
"Saat kau sibuk pergi ke luar kota untuk mencari properti acara kelulusan, Jungkook pergi ke Prancis."
"Benarkah? Wah, dia memang sesuatu," ucap Jena sedikit kesal.
Perasaannya mulai tak enak saat Hanna kembali menunduk.
Apa jangan ja-
"Ini tidak seperti yang kau bayangkan. Jungkook tidak berselingkuh denganku."
Jena menghembuskan napasnya lega.
Setidaknya ia masih dapat mempercayai Hanna hingga saat ini, walaupun semua pria pasti mempunyai secuil rasa untuk mengencani perempuan itu.
"Jungkook pergi ke Prancis untuk menambah portofolionya, ia memintaku untuk memandunya di sana mengingat aku sudah enam bulan berada di sana."
Jena mengangkat kedua sikunya ke atas meja, kemudian menopang wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.
"Selama tiga hari kami berkeliling kota, Jungkook terus menerus berkata bahwa kau tak boleh tahu tentang ini karena kau pasti akan marah karena ia tak memberi tahumu tentang kepergiannya."
"Awalnya aku merasa janggal dengan semua itu. Mengapa ia tak memberitahumu hal sepenting itu? Dan akhirnya aku tahu alasannya..."
Hanna menjilat bibirnya sebelum kembali berbicara.
"Ia pergi menemui Kim Taehyung. Tunangan Sena yang kita temui di New York."
Jena membulatkan kedua matanya.
Saat mendengar cerita Taehyung di Jeju, ia benar-benar berharap bahwa itu bukanlah orang yang sama dengan Jungkooknya.
Tetapi kenyataan seakan menamparnya dengan perkataan Hanna barusan.
"Di hari terakhirnya berada di Prancis, ia memintaku untuk tak menemaninya karena ia ingin menjelajahi kota itu sendiri...
"...Tapi aku melihatnya dengannya berbicara bersama Taehyung di taman dekat flatku."
Hanna melihat Jena yang sudah tak lagi fokus mendengarkannya dan malah melihat ke arah lain dengan tatapan kosong.
"Jena?" Hanna melambaikan tangannya di depan wajah Jena.
Jena mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian mengangka dagunya mengisyaratkan agar Hanna terus bercerita.
"Aku rasa sesuatu terjadi di antara mereka. Kedua pria itu berdebat, sebelum akhirnya Jungkook tiba-tiba menghajar Taehyung. Entah bagaimana, Jungkook memutuskan untuk pergi, dan Taehyung mengikutinya. Saat menyebrang, Jung-"
Jena menatap Hanna yang tiba-tiba terdiam.
"Apa?"
"Jangan memikirkan hal ini setelah aku memberitahumu. Aku tak ingin kau terluka. Bagaimanapun juga, ini sudah berlalu, jadi jangan kau pikirkan."
Pernyataan Hanna sudah membuatnya kaget, dan ia masih harus mendapat kejutan lagi?
"Katakan saja. Aku sudah biasa dengan kejutan-kejutan dari dirinya yang baru ku ketahui."
Jena merasa sedikit kecewa terhadap Jungkook.
Di antara semua orang, apa Jungkook juga tak mempercayainya?
Atau sebenarnya selama ini memang Jungkook tak pernah percaya padanya?
Have you guys seen their new hair?!! asdfghjkllds
Whats your fav part/chapter this far?
Thank you for your vote and comments!
Enjoy reading!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
FanfictionSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017