Accident

10.4K 1.2K 2
                                    

Jena berlari dengan kencang ke arah ruangan di mana Sena dirawat setelah menanyakan kamar wanita tersebut pada bagian informasi.

Air matanya sudah tak dapat dibendung lebih lama lagi. Tadi, saat Taewoo mengantaranya ke rumah sakit ia sudah mati-matian menahan air matanya.

Ketika menemukan kamar bernomor '601', Jena langsung dengan sesegera menggeser pintu berwarna putih tersebut dengan panik.

Jena berusaha menstabilkan nafasnya yang tergopoh-gopoh akibat menaiki tangga sampai ke lantai enam. Tangannya masih mencengkram kuat gagang pintu tersebut.

Dengan nafas yang sudah lumayan stabil, ia memberanikan diri untuk melangkah mendekat ke arah ibunya yang sedang tertidur di atas kursi sambil memegang tangan Sena.

"Eomma," panggilnya dengan suara bergetar.

Jena menangis dengan kencang seketika melihat tubuh Sena yang terkapar di atas ranjang.

Bukannya ia cenggeng, ia hanya takut bila saudara kembarnya tersebut tidak dapat bertahan lalu meninggalkannya terlebih dahulu.

"Jena-ya." Jena langsung merendahkan tubuhnya memeluk ibunya tersebut dengan erat.

"Ia akan baik-baik saja bu." Jena tidak yakin dengan ucapannya barusan, tapi ia harus dapat membuat ibunya merasa lebih baik untuk saat ini.

Jena melepaskan pelukan tersebut lalu menatap Sena yang masih dengan setia memejamkan matanya.

"Bagaimana kejadiannya?"

Ibu dari Sena dan juga Jena tersebut menghapus air mata yang baru saja mengalir pada pipinya, "Kemarin malam, ia kabur karena ingin bertemu seseorang."

"Siapa?"

"Aku tak tahu dengan pasti, saat ia hendak menyebrang, sebuah mobil menabraknya." Wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya, "Saat ini, kakakmu sedang bersama orang yang menabrak Sena di kantor polisi."

Jena terdiam.

Sejak kepergian ayahnya beberapa tahun silam, ini kedua kalinya Jin mengunjungi kantor polisi. Dan ia yakin, bahwa kakaknya tersebut memiliki kenangan pahit tentang kantor polisi.

"I-ibu aku akan menyusul oppa di kantor polisi." Bibir Jena tak dapat berhenti bergetar. Entah karena ia sedang takut akan kakaknya yang sedang berada di kantor polisi atau sedang kedinginan karena jaket denim yang ia kenakan tak mampu menghangatkan tubuhnya.

Nyonya Kim menganggukan kepalanya, lalu memegang tangan kanan Jena lalu mengusapnya sesaat.

Dari sorot mata ibunya, Jena sangat yakin bahwa wanita tersebut sedang ketakutan.

Takut kehilangan seseorang yang berharga untuk kedua kalinya. Jena bisa mengetahui itu karena pandangan yang ibunya berikan pada tubuh Sena merupakan pandangan yang sempat diberikan padanya beberapa tahun lalu.

"Aku hampir lupa," ucap Nyonya Kim sambil melepaskan tangan Jena, lalu berdiri dan berjalan kearah tasnya yang berada di atas sofa.

"Vitamin mu, kau lupa meminumnya semalam kan?"

Nyonya Kim menyodorkan sebuah kotak kecil berisi pil yang memang selama ini Jena konsumsi untuk daya tahan tubuhnya.

"Gomawo eomma, aku pergi," ucap Jena sembari mengangguk.

Jena mengambil kotak tersebut lalu melesat pergi dari ruangan itu.

● Autumn White Lies ●

Saat ini Seokjin sedang menunggu laporan polisi tentang tersangka yang menabrak adiknya tersebut. Bahkan dirinya tak tahu bila selama ini Sena memiliki seorang kekasih.

Ia mengusap wajahnya pelan sambil menahan kantuk yang sudah menyerangnya sejak beberapa jam yang lalu. Ia hanya tidur selama tiga jam, kemudian ia mendapat telpon bahwa adiknya mengalami kecelakaan.

Pintu berwarna abu-abu tersebut terbuka, membuat Seokjin mengalihkan pandangannya ke arah pintu tersebut.

"Jena," lirihnya.

Jena langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut. "Oppa, kau tak apa?"

"Aku mengantuk karena baru ti-"

"Bukan itu," potong Jena, "... trauma mu?"

Seokjin menatap adiknya tersebut yang masih setia berdiri di depan pintu.

"Kau pikir aku masih kecil eoh? Sudah lebih dari sepuluh tahun peristiwa itu berlalu, untuk apa aku masih takut dengan kantor polisi." Seokjin terkekeh pelan.

Jena berjalan mendekat ke arah Seokjin pelan sambil mengingat kembali bagaimana tubuh kecilnya dan Sena diangkat oleh asisten pribadi keluarga mereka saat mendengar kabar bahwa ayahnya dan Seokjin mengalami kecelakaan.

Polisi saat itu baru memberi kepada keluarganya setelah Seokjin di interogasi setelah lima jam lamanya.

Seokjin kecil pun sedang duduk sambil memeluk kakinya waktu Jena , beserta ibu, asistennya dan juga Sena tiba disana.

Jena dan Sena saat itu langsung memeluk kakaknya tersebut, dan Seokjin langsung menangis sekencang-kencangnya.

"Jena, kemarin kau kemana?" tanya Jin menyadarkan lamunan Jena.

"Taewon dan Taewoo membantuku menjemput kakaknya yang sedang mabuk berat di club, dan karena aku lupa meminum vitamin ku, ak-"

Jin langsung memukul pelan kepala Jena, "Anak nakal! Aku sudah menyuruhmu untuk meminumnya bukan?"

Jena terkekeh pelan lalu menanggukkan kepalanya. "Apa kau sudah meminum pil mu?"

Jena menepukkan dahinya menggunakan tangan kanan sesaat kemudian.

Jin menggelengkan kepalanya lalu mendesah berat, "Cepat minum, aku tak ingin mengurusi dua orang sakit sekaligus."

Jena lalu melakukan hal yang Jin perintahkan. Setelah memakan vitaminnya, Jin kembali membuka mulutnya dan bertanya.

"Bagaimana cara Taewon dan Taewoo menghubungi mu?"

Jena kemudian menceritakan seluruhnya pada Jin.

Jin yang mendengar hal tersebut pun sempat kaget dan berkata bila mereka membeberkannya itu akan menjadi masalah besar, tetapi Jena meyakini Seokjin bahwa kedua pemuda yang nantinya akan menjadi adik ipar mereka akan menjaga rahasia tersebut.

Cant wait for BTSxAMAs omg!!!
Thank you for your votes and comments ♡
-Berryl

AUTUMN WHITE LIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang