Jena bangkit berdiri lalu keluar dari kursinya tersebut dan berjalan menjauh setelah berkata bahwa ia ingin pergi ke toilet pada Taehyung dan Tuan Frank.
Sesungguhnya, ia hanya bosan mendengarkan kedua pengusaha tersebut membahas proyek yang bahkan tak ia ketahui sedikitpun.
Tapi setidaknya ia tahu sekarang. Ia tahu bahwa calon iparnya tersebut fasih dalam berbahasa inggris. Seperti dirinya yang sudah tinggal di New York sejak umur 15 tahun.
Jena memang tak ingin membuang air kecil maupun besar, tetapi ia tak ada tujuan lain selain pergi menuju toilet pada restoran tersebut.
Ia kemudian melewati lorong yang dikelilingi oleh hasil karya beberapa fotografer terkenal di dunia. Ia memelankan langkahnya saat melihat suatu pemandangan yang tak asing di matanya.
Kemudian, ia mendekati foto tersebut lalu melihat sesuatu yang sangat familiar, bahkan ia tahu dimana lokasi foto itu diambil.
Itu adalah pemandangan dari jendela kamar apartemennya di New York pada pagi hari.
Tidak ada yang pernah memasuki kamar itu selain dirinya dan juga...
Jena langsung dengan cepat melihat kesudut kanan bawah tempat dimana biasanya tercantum nama sang fotografer disana.
Saat menemukan nama tersebut, pandangannya memburam sepersekian detik kemudian.
Jena mengusap pelan foto yang berada didalam bingkai berukuran sedang tersebut.
Rasanya Jena ingin menghilang dari muka bumi saat ini juga bila itu dapat membuatnya bertemu dengan ia kembali.
Tangisnya sudah tak dapat ia tahan, "A-aku merindukanmu."
Jena langsung dengan cepat mengusap matanya dan juga kedua pipinya saat mendengar seseorang meneriakan namanya dari arah belakang.
"Aku mencarimu." Taehyung berjalan santai kearahnya.
Jena membalikan badannya kearah pria bertubuh jangkung tersebut lalu tersenyum kearahnya, "Kau sudah selesai? Ayo."
Taehyung sempat ingin bertanya mengapa wajah perempuan tersebut bersemu merah seperti sedang menahan tangis, tetapi karena memang sifat dasar Taehyung yang sangat cuek, ia hanya mengidikan bahunya lalu berjalan kearah luar restoran.
Jena dengan cekatan mengikuti Taehyung dari belakang. Saat tiba di depan mobil pria tersebut, Taehyung langsung masuk kedalam mobilnya tanpa mengubris Jena sedikitpun.
"Mana ada tunangan yang seperti itu," gumam Jena saat membuka pintu mobil lalu masuk dan menutupnya dengan keras.
"Apa katamu?" tanya Taehyung dengan suara berat miliknya.
"Tidak," ucap Jena berbohong.
Taehyung kemudian menajamkan pandangannya pada Jena dan mendekatkan dirinya kearah perempuan tersebut
"Jangan berkhayal hal yang aneh-aneh, ingat siapa dirimu dan juga mengapa aku menyetujui perjodohan bodon ini."
Jena mengerutkan keningnya tak mengerti, "Aku? Tunanganmu."
Taehyung mengacak rambutnya kasar, "Terserah, kau pulang saja sendiri."
Jena tak mengerti dimana letak kesalahannya saat ini. Ia sedang berperan sebagai Sena, dan Sena adalah tunangannya bukan?
Satu menit, dua menit, sampai pada menit kelima, mereka masih diam.
Jena kemudian memandang Taehyung yang lebih memilih untuk memainkan ponselnya daripada menjalankan mobilnya.
"Mengapa kau tak menjalankan mobilmu?" tanya Jena akhirnya.
Taehyung masih tak mengalihkan pandangannya dari ponsel tersebut, "Keluar."
"Wae?" tanya Jena.
Jena sangat binggung dengan hubungan pria ini dan juga kembarannya, Sena. Sebenarnya ada apa diantara mereka?
Taehyung men-lock ponselnya lalu memasukannya kedalam kantung celana.
Kemudian pria itu membuka pintu mobil dan berjalan mengelilingi mobil tersebut. Sementara Jena masih kebinggungan.
"Keluar." Jena dikagetkan oleh Taehyung yang sudah membuka pintu penumpang.
"Ke- Ya! Ya!" Jena memukul-mukul tangan Taehyung yang sudah memegang pergelangan tangannya dengan kuat sambil menariknya keluar dari mobil tersebut.
"Taehyung!"
Suara teriakan tersebut mengagetkan Jena dan juga Taehyung yang sedang menarik pergelangan tangan gadis itu.
"Rena?" Taehyung langsung melepaskan tangannya yang mencengkam kuat pergelangan tangan Jena lalu berjalan kearah perempuan yang baru saja meneriakan namanya.
Banyak pertanyaan yang muncul setelah Taehyung melihat perempuan tersebut. Seperti, kemana ia selama ini, mengapa ia menghilang tanpa jejak, dan masih banyak lagi.
Terakhir kali ia melihat wanita tersebut adalah saat ia masih dirawat di rumah sakit setelah ia mengalami kecelakaan beberapa tahun silam.
"Kau mengingatku?" tanya Rena pelan saat pria itu hanya berjarak beberapa langkah darinya.
Taehyung menganggukan kepalanya, "Aku tidak amnesia Rae."
"Tapi-"
"Dimana dia?" tanya Taehyung.
Darah Taehyung berdesir dengan kencang, ditambah dengan jantungnya yang berdetak tidak karuan.
Bukan. Bukan karena perempuan yang saat ini berada di depannya, tetapi karena ia takut dengan jawaban yang nantinya akan diucapkan oleh perempuan tersebut.
Perempuan tersebut membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan Taehyung.
"Taehyung, bisakah kita pulang sekarang?" Jena mengacaukan suasana tegang diantara kedua orang tersebut.
Jena sudah berada di belakang Taehyung. Bahkan sebenarnya ia mendengar pembicaraan kedua orang tersebut.
Rena menoleh kearah Jena, tetapi tidak dengan Taehyung yang masih diam mematung menatap lurus Rena.
"Taehyung itu-"
"Antarkan aku padanya." Taehyung menarik tangan Rena sambil berjalan cepat kearah mobilnya.
"Taehyung bagaimana dengan pacarmu?" tanya Rena.
"Aku tak mengenalnya."
Kata orang-orang satu kata dapat menghancurkan seseorang.
Begitu juga dengan kata-kata Taehyung barusan. Jena merasakan sesak didadanya entah mengapa. Padahal ia bukan tunangan asli dari pria tersebut, tetapi tetap saja.
Jena membalikan badannya melihat Taehyung yang sedang menatapnya dari balik mobil hitam milik pria tersebut.
Saat mata mereka bertemu, Taehyung langsung membuka pintu kemudi lalu masuk kedalamnya dan meninggalkan Jena sendirian.
"Kim Taehyung sialan!"
Thank you for reading!
-Berryl
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN WHITE LIES
ФанфикSaat musim gugur, semua orang mempunyai kisahnya masing-masing. Begitu pula dengan Jena, yang kisahnya entah berakhir bahagia atau bahkan terlupakan. ©seoulatnight 2017