Kelamnya suasana di ruangan itu semakin membuat tubuh Je A gemetar. Jantungnya terus berdebar kencang setelah mengucapkan kata terakhir dari pertanyaannya.
Lelaki di hadapannya itu gay? Lelaki setampan Byun Baekhyun ternyata penyuka sesama jenis? Yang benar saja?!
Je A berusaha mengembalikan kesadarannya, maniknya membalas tatapan Baekhyun ragu-ragu.
Sedangkan Baekhyun masih setia dengan pandangan yang sedingin bongkahan es di Kutub Utara nya itu. Sorot matanya tak bisa di tebak artinya, tapi dalam hati ia cukup terkejut mendengar pertanyaan yang disodorkan wanita di hadapannya itu.
Alih-alih menampar atau melakukan kekerasan lainnya yang Je A pikirkan, Baekhyun malah melangkah santai dan mendudukan tubuhnya pada kursi kerjanya. Pria itu menatap Je A lamat-lamat dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan pandangan menilai.
Ditatap seperti itu jelas membuat Je A bergidik. Siapa yang tidak takut ditatap seperti itu oleh seorang yang semisterius lelaki bernama Byun Baekhyun itu? Mereka tidak saling mengenal, belum lagi, seingat Je A, ia adalah perempuan sendirian di mansion ini. Bagaimana kalau dia di bunuh?
Je A terus merapalkan doa dalam hati, semoga Tuhan masih berkenan membiarkannya hidup lebih lama lagi. Setidaknya tidak mati dengan konyol di tempat asing seperti ini. Ya, dia harus berani, lagipula sedikit-sedikit dia bisa bela diri.
Mengabaikan pertanyaan spontannya tadi, Je A mengayunkan tungkainya mendekat dan membalas tatapan Baekhyun sekali lagi.
Yah, Je A akui bahwa Baekhyun adalah pria yang tampan bahkan ketika wajahnya hampir hancur karena dipukuli. Tapi ada yang mengganjal di hati Je A ketika melihat mata pria di hadapannya itu. Aneh, tapi Je A tidak paham di mana letak anehnya.
"Han Je A."
Je A mengedipkan kelopak matanya berulang.
"Ya?" jawabnya spontan. Seperkian detik Je A mendelik menyadari sesuatu.
Sementara itu Baekhyun tersenyum tipis melihat respon waniya di seberang mejanya, lalu kedua maniknya kembali menatap iPad yang ada pada telapak tangannya. Ia membaca barisan kalimat disana dengan seksama.
"Kauㅡbagaimana kau tahu namaku?" tanya Je A tergagap. Ia meremas ujung kaos hitamnya tanpa sadar.
Tidak ada jawaban apapun dari Baekhyun dan itu membuat Je A menukikkan sudut alis kanannya. Maniknya mengamati sosok Baekhyun yang sedang fokus pada benda super pintar di tangannya. Ini benar-benar tidak beres.
"Tuan, begini ya." Je A sengaja menghentikan kalimatnya, mencoba mengalihkan fokus Baekhyun dari iPad itu menjadi ke arahnya. Dan berhasil, Baekhyun mengedikan kepalanya mengamati Je A.
Dalam hati Je A merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa dalam situasi seperti ini dirinya malah mengagumi rahang tirus nan tegas milik pria di depannya?! Aura tubuh Byun Baekhyun jelas gelap, tapi kenapa Je A justru tertarik dengan kenyataan itu. Bukan, hanya saja Baekhyun adalah tipe orang yang mudah mendapat perhatian meski dengan raut tak bersahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness - Complete
Fanfic[Complete] Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dua kutub yang berlawanan dan tidak mungkin disatukan. Tapi takdir membuat keduanya terikat, tidak melibatkan dua hati tapi menjanjikan masa depan. Seperti skenario dengan cerita penuh kege...