Darkness #43

7K 1.1K 261
                                    

VOTE DAN KOMEN yo slur!

Seongwoo menghela napas berat karena sedari tadi, jantungnya terus berdetak kencang tanpa terkendali.  Kemarin malam dia memutuskan untuk mengajak Byun Wooshik bertemu direstoran. Dia ingin mengkonfirmasi kebenaran meski perlu menguatkan mental demi menerima apapun faktanya nanti. Awalnya, pria yang teknisnya berstatus pamannya itu menolak, tapi dengan dalih atas nama ibunya, akhirnya mereka sepakat untuk bertemu didalam ruang private yang sudah Seongwoo pesan.

Suara derap langkah kaki mengalihkan atensi Seongwoo yang semula menunduk. Pria jakung itu berdiri saat melihat Wooshik sudah datang.

"Paman."

Wooshik menatap tajam dan dingin. Sesaat, pria itu terfokus menatap beberapa buku agenda dan benda lainnya diatas meja yang sepertinya merupakan alasan mengapa Seongwoo berami mengajaknya bertemu. Dia familiar dengan semua benda yang dia tahu adalah milik Joo Miyeonㅡwanita yang dulu sangat dia cintai.

Seongwoo dan Wooshik saling berpandangan setelah menghabiskan sajian. Dengan ragu Seongwoo menggeser agenda-agenda dan foto yang dia bawa dihadapan Wooshik yang praktis merespon bingung.

"Paman bisa melihatnya."

Wooshik tidak langsung menyentuh benda dihadapannya. Tapi rasa oenasaran menguasainya. Dia ingin tahu apa tujuan Seongwoo sebenarnya. Akhirnya, Wooshik membuka halaman agenda itu satu persatu. Banyaknya puisi dan sajak disana membuat jantungnya berdesir, hebat. Tulisan rapi dan lembut yang tercetak rapi itu dia pahami benar tertuju untuknya.

Hingga sampai disatu halaman, Wooshik tercekat. Napasnya seakan disita dengan paksa. Kenyataan yang terbukti disana membuat jantungnya seperti tergelincir.

"Hanroo? Paman mengenalnya?" tanya Seongwoo setelah menyadari perubahan raut Wooshik, "Anak ibu yang bukan dengan ayahku."

"Apa maksudmu?!" tanya Wooshik dan membanting buku agenda itu sampai menerbangkan beberapa foto disampingnya.

Dengan itu, terpampanglah foto berpotret seorang bocah kecil yang sebenarnya tidak dikenal oleh Wooshik. Tapi ucapan Miyeon dulu jelas tidak akan pernah Wooshik lupakan. Dia tidak pernah tahu bahwa Miyeon mempertahankan bayi itu meski dia telah menikah dengan Sera.

"Tulisan ituㅡuntuk paman." Seongwoo merasa kehabisan suara karena takut, "Dan anak bernama Hanroo itu, anak kalian?"

Wooshik menelan ludahnya gugup, tapi hanya sebentar karena keahliannya mengendalikan diri.

"Aku tidak ada hubungannya dengan anak itu. Ah, apa kau sengaja mengarang cerita untuk menjatuhkanku?!" Wooshik berdecih sinis, "Licik sekali caramu. Kau bocah tidak tahu diri, aku tidak akan melepaskanmu sampai kau berbicara sembarangan tentangku pada Presdir."

"Paman, aku hanya perlu mengkonfirmasi ini. Bukan bermaksud yang lain. Jika paman berpikir aku menginginkan warisan atau jabatan perusahaan, paman salah paham. Ini hanya untukㅡ"

"Persetan! Kelicikanmu tidak bisa disangkal. Jangan mencoba membuat permainan murahan seperti ini untukku. Aku bisa membalik keadaan dan menyingkirkanmu bukan hal sulit untuk ku lakukan." Wooshik berdiri dengan cepat, tatapan nyalangnya tidak berkurang pada Seongwoo, "Tanya saja pada ibumu, dengan siapa dia punya anak itu!"

Sebelum Seongwoo sempat menyanggah, Wooshik sudah terlebih dahulu pergi dari sana. Seongwoo mengusap wajahnya kasar. Dia masih yakin bahwa bocah laki-laki itu adalah anak ibunya dengan Byun Wooshik.

Sementara Wooshik segera memasuki mobil dan meninggalkan restoran. Dia tidak ingin berhadapan lagi dengan Seongwoo. Selama didalam mobil, Wooshik masih memikirkan tentang Miyeon dan anak laki-laki bernama Hanroo itu. Dia tidak terlalu yakin tapi sepertinya anak itu memang anaknya dan Miyeon sebelum menikah dengan Sera.

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang