Darkness #41

6.6K 1.3K 425
                                    

Ramein ya^^ vote dulu sebelum baca dan komen^^

Sehun menengadah menatap langit malam. Kepalanya tertutup hoodie seolah dia sedang menyembunyikan diri dari dunia. Jika sedang ditanya apa dia baik-baik saja, Sehun jelas menjawab tidak. Dia baru saja kehilangan ibunya yang entah dibunuh oleh siapa? Selama dia hidup, ini adalah hal terburuk yang pernah ia alami lebih dari apapun.

Yang Sehun yakini, orang itu behubungan dengan masa lalu Je A. Kecelakaan kakaknya beberapa tahun lalu masih menyisahkan misteri yang ditutup paksa oleh ibunya secara tidak langsung. Dia tidak terlalu tahu juga tentang alasan tidak adanya polisi yang berniat mengusut masalah itu. Amnesia yang dialami Je A adalah sebuah kesempatan yang ibunya gunakan untuk melindungi Je A dari pria misterius yang beberapa kali Je A ceritakan sebelum kecelakaan terjadi.

Je A memang menceritakan bahwa dia beberapa kali hampir dicelakai tapi wanita itu tidak menceritakan awal mula kenapa dia diincar oleh pria misterius itu. Jieun dan Sehun merasa Je A tidak menceritakan semuanya. Masalah yang semula mereka anggap remeh tenyata berbuntut mengerikan saat Je A harus dirawat dan hampir kehilangan nyawa karena kecelakaan yang jelas pasti direncanakan melihat adanya kecelakaan yang lebih besar menyusul setelah kejadian itu.

Satu-satunya hal yang ingin Sehun lakukan sekarang hanya mengatakan segalanya pada Je A. Apalagi wanita itu juga memaksanya bercerita. Tapi keadaan psikis Je A pun jelas menjadi pertimbangan Sehun untuk tidak terburu-buru. Sehun sangat ingin mencari siapa pembunuh ibunya, siapa yang membuat Je A amnesia dan siapapun itu yang membuat hidupnya jadi sedemikian sengsara.

"Tuan."

Sehun menoleh tanpa suara.

"Anda bisa sakit jika diluar terlalu lama. Atau, apa perlu saya buatkan sesuatu yang hangat?"

"Apa kau mau memelukku?"

"Ya?"

Sehun terkekeh kecil, "Aku hanya bercanda Yehwa~ssi. Dan tidak apa-apa, aku sudah biasa hidup liar dan menyatu dengan alam." lanjutnya bergurau.

"Ahh." Yehwa mengangguk kaku.

Sehun tersenyum, "Duduklah disini jika mau mau menemaniku. Si nona berisik itu sudah sampai Paris belum ya?"

"Sepertinya belum. Seharusnya tuan ikut sajaㅡ"

"Dan dianggap nyamuk pengganggu pengantin baru?"

Yehwa mengernyit lalu tertawa bersama Sehun. Kemudian suasana kembali hening. Agak merasa tidak nyaman, Yehwa memilih untuk berlagak menawarkan minuman.

"Tuan, aku akan membuatkan minuman hangat."

Sehun hendak menolak, tapi Yehwa sudah melangkah lebar menjauhinya. Hingga tanpa sadar, maniknya menangkap benda yang tergeletak ditanah. Setelah diamati, itu adalah ponsel.

"Milik Yehwa?" tanya Sehun bermonolog, untuk memastikan pria itu membuka lockcreen ponsel itu dan kebetulan menampakan sebuah potret seorang gadtengahnga duduk dikursi roda dan sedang menghadap kosong pada jendela.

Tidak mau dianggap lancang setelah yakin bahwa itu milik Yehwa, Sehun segera menutup ponsel itu. Ia mencebik saat melihat desktop ponsel yang menunjukan beberapa notifikasi panggilan tak terjawab dari seseorang bernama Mr. Z disana. Asumsi Sehun mengatakan, Yehwa sudah memiliki kekasih dan itu membuatnya agak merasa kesal.

"Tuanㅡini." kata Yehwa seusai kembali dan menyodorkan teh hangat

"Terimakasih. Oh, ini ponselmu tadi terjatuh."

Yehwa menatap tangan Sehun yang menyodorkan benda pipih itu. Secara spontan ia merogoh saku jaketnya dan membenarkan bahwa itu adalah miliknya.

"Ah, itu benar milikku."

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang