Darkness #16

7.5K 1.6K 589
                                    

Vote dan Komen ya biar ada alasan aku semangat ngetik. Wkwk kemaren komen anjlok lagi. Syedi say.

Mewah. Itu adalah kata yang pas untuk menggambarkan nuansa restoran hotel yang menjadi tujuan Baekhyun setelah menjemput Je A tiga puluh menit lalu. Tapi mungkin itu sudah tidak terlalu memprovokasi Je A untuk bersikap kampungan lagi seperti yang sudah-sudah. Katakanlah sudah terbiasa atau mungkin mencoba biasa. Inilah dunia Baekhyun, dan sebagai istri kontraknya, dia pasti akan sering melihat hal seperti ini. Jadi, pilihannya adalah membiasakan diri dengan lingkungan suaminya yang serba mewah dan dikelilingi kegelamoran.

Dilain sisi, Baekhyun yang berpura-pura santai saat menanggapi obrolan rekan bisnisnya diam-diam melirik Je A. Setelan pakaian yang Je A kenakan cukup membuat Baekhyun tergagu pada detik pertama melihatnya. Tidak terkesan canggung saat melekat pada tubuh kurus yang terbilang cukup tinggi itu. Cocok dan membuat wanita itu terlihat elegan tapi tetap meninggalkan keluguan. Sampai-sampai Baekhyun harus merutuki pikirannya yang mendadak enggan menghapus bayangan sosok Je A yang bahkan sedang duduk malas disampingnya.

Baekhyun paham bahwa gestur yang wanita itu buat sangat menunjukan ketidak nyamanan. Makanan diatas meja pun tidak disentuh. Sesekali hanya terkekeh ringan menanggapi para rekan bisnisnya yang sedang menimpali candaan tidak jelas pada wanita itu.

"Kau tidak makan?"

Je A membuang napasnya kasar sebelum berucap. Giginya menggertak agar tak membuat mulutnya begerak meski meloloskan suara.

"Aku bosan."

Baekhyun menoleh sekilas. "Sebentar lagi selesai. Makan saja dulu."

"Dibungkus saja, dibawa pulang. Sayang sekali kalau ditinggal." Ucap Je A berbisik.

Mendengar permintaan konyol itu membuat Baekhyun mengatupkan bibir. Dia hanya tidak bisa menemukan ide untuk mengerti jalan pikiran wanita disampingnya itu. Sepertinya mental susah memang sudah melekat pada diri Je A sampai-sampai segalanya terlalu dibuat hemat.

"Jangan membuatku malu." Bisik Baekhyun tanpa menoleh sedikitpun.

Senyuman lugu Je A memudar, ia kembali menegakkan tubuh dan mencebik. "Maaf."

Setelah lama dengan kebosanan yang ditekan. Akhirnya Je A bisa benapas lega saat para kolega bisnis Baekhyun mengakhiri jamuan makan siang yang tidak ada manfaatnya baginya itu. Sungguh, dia sudah gatal ingin segera melepas pakaiannya dan berleha-leha ditepi kolam karena demi Tuhan, cuaca hari ini sedang sangat panas dan sukses membuat moodnya bertambah buruk.

Je A mengoyang punggungnya yang lelah pun sisa tindakan brutal nan tidak berperasaan Baekhyun tadi pagi masih menyisahkan nyeri ditulang ekornya. Dia berusaha menahannya saat didepan orang-orang kaya tadi, demi Baekhyun, apalagi?!

"Perlu kerumah sakit?" Tanya Baekhyun yang dibalas diam oleh Je A.

"Kau terlihat kesakitan." Lanjut Baekhyun menjelaskan kebingungan yang ada pada wajah Je A.

"Ohh~ tidak-tidak." Je A bergidik. "Nanti mereka melihat pantatku."

Baekhyun melotot. Ekspresi yang spontan tercetak tanpa rencana setelah mendengar sergahan Je A barusan. Entah, apa yang dimiliki Je A sampai bisa membuat bibirnya yang tadinya terkatup membuat kuluman senyum khas menahan tawa.

"Hai, ada apa dengan wajahmu?" Pekik Je A mengikuti Baekhyun yang melangkah meninggalkannya. Tapi dia tidak marah, justru merasa senang karena Baekhyun bisa memiliki ekspresi lain selain dingin saat dihadapannya.

"Kalau mau tertawa, lakukan saja. Nanti perutmu mulas, jadi jerawat."

"Apa hubungannya?" Tanya Baekhyun menimpali. Ia menerima kontak audinya dari pekerja hotel dan meminta Je A masuk. Ucapan Je A selalu random tapi selalu behasil menyangkut diotaknya yang sudah penuh dengan banyak hal yang lebih pantas untuk dipikirkan.

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang