Yo sebelum spam komen, vote dulu^^
Salah satu hal yang paling Je A sesali saat ini lebih daripada yang lainnya adalah, dia terlambat mengungkapkan isi hatinya yang sangat menyayangi ibunya. Baginya, ibu kandung atau tidak, Shin Jieun tetaplah wanita terhebat dan telah berjasa besar pada kehidupannya. Jika tidak ada Jieun, Je A tidak tahu hidupnya akan jadi apa karena bahkan ia tidak tahu siapa orang tua kandungnya. Dan karena itulah, saking terpukulnya, sesaat setelah mengucapkan dugaannya, Je A justru pingsan tak sadarkan diri sampai membuat Baekhyun kelimpungan.
Tubuhnya terlalu lelah. Beberapa hari terakhir kurang istirahat karena meratapi kepergian ibunya yang tidak wajar. Dalam hari-hari itu, otaknya pun juga menyusun banyak memori yang tiba-tiba berdatangan seakan memberinya petunjuk.
Terutama tentang panggilan misterius dari seorang pria asing tempo hari lalu. Bodohnya, Je A yang terlalu mengabaikan hal itu yang ternyata adalah masalah yang serius. Kini hanya penyesalan yang tersisa dan Je A bertekat untuk meminta Baekhyun membantunya.
"Hei." Baekhyun masuk kedalam kamar dengan langkah lebar saat tahu bahwa Je A sudah siuman, "Sudah lebih baik? Kau lapar?"
Je A menggeleng lalu menunduk. Dalam pangkuannya, ada pigura yang membingkai foto ibunya. Dan itu membuat Baekhyun menghela napas berat dan mencoba mengerti.
"Aku tahu dengan benar apa yang kau rasakan saat ini. Tapi semua tidak akan lebih baik jika kau terus menyiksa dirimu dengan mengabaikan kesehatanmu." Baekhyun mengusap pipi Je A dengan lembut agar wanita itu memberi atensi, "Makan? Sedikit saja, hmm?"
Je A mengerjap sayu lalu mengangguk. Baekhyun bernapas lega melihatnya, kemudian pria itu menelpon seseorang untuk mengantarkan makanan ke dalam kamar.
Tidak lama, Minseok datang membawa nampan berisi beberapa mangkuk makanan, minuman dan potongan buah. Pria bermata sipit itu tersenyum merekah melihat Je A sudah membuka mata.
"Akhirnya kau bangun. Katakan padaku jika kau ingin memakan sesuatuㅡaku akan membelinya untukmu." ujar Minseok setelah meletakan nampan.
Tidak ada jawaban dari Je A, tapi Minseok memakluminya. Pria itu menoleh pada Baekhyun, lalu mengangguk sebelum undur diri.
"Makan sendiri atau kuㅡ"
"Sendiri." potong Je A cepat yang ditanggapi anggukan oleh Baekhyun.
Keduanya terdiam selagi Je A berusaha menelan makanan dalam mulutnya yang terasa pahit. Sesekali Je A melirik Baekhyun yang menatapnya intens seolah dia bisa menghilang saat pria itu berkedip.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Baekhyun mengedikan kepala, "Apa salah jika suami senang menatap istrinya?"
"Ya!" Je A mengerucutkan bibir hendak mengomel, tapi dia terlalu malas dan memutuskan untuk menelan serapahannya, "Dasar aneh."
Baekhyun terkekeh kecil lalu mengusal pipi penuh Je A, "Gemas."
Tatapan Baekhyun pada wajah Je A semakin dalam meski ia tahu bahwa wanita itu sengaja berpura-pura mengabaikannya. Baekhyun hanya merasa lega, wanita itu bisa sedikit lebih responsif daripada tadi pagi. Melihat Je A dalam keadaan seburuk ini benar-benar mempengaruhi kerja jantungnya sampai tubuhnya ikut terasa sakit.
Je A meletakkan nampan dipangkuannya ke atas meja setelah merasa tidak sanggup lagi menelan lebih banyak makanan lagi.Dia balik menatap Baekhyun.
"Tuanㅡ"
"Baekhyunㅡ" Baekhyun menatap Je A tepat dimata, "Jangan pernah memanggilku seperti itu lagi atau panggilan formal yang lainnya. Aku suamimuㅡatau lebih manis jika kau punya panggilan khusus, mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness - Complete
أدب الهواة[Complete] Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dua kutub yang berlawanan dan tidak mungkin disatukan. Tapi takdir membuat keduanya terikat, tidak melibatkan dua hati tapi menjanjikan masa depan. Seperti skenario dengan cerita penuh kege...