Darkness #46

6.6K 1.1K 202
                                    

Voment ya^^

Suasana di mansion masih diselimuti ketegangan. Baik Je A, Sehun ataupun Baekhyun tidak terlihat saling berinteraksi setelah kejadian tadi siang. Dan itu membuat para pelayan merasa hidup di area medan perang.

Yehwa meremas tangan kanannya khawatir. Dia mulai memikirkan banyak kemungkinan yang bisa terjadi dimasa depan. Apalagi tentang fakta bahwa Raechan masih hidup. Dia tidak menyangka semua akan terungkap secepat ini disaat dirinya belum mematangkan rencananya untuk pergi membawa Raechan dari rumah yang mirip neraka itu.

"Yehwa~ssi."

"Ya??!"

Sehun menukikkan sudut alisnya melihat reaksi berlebihan Yehwa barusan.

"Ah, maaf tuan. Ada yang kau perlukan?"

"Bisakah kau membuatkanku kopi dan antar itu ke depan?"

"Baik." Yehwa melipat bibirnya saat Sehun hanya berbalik, "Tuanㅡnona Je A, bagaimana keadaannya?"

Sehun mengedikan bahu dan kepalanya, tatapannya lelah, "Entahlah, mungkin besok akan membaik. Dan aku akan membawanya ke Busan."

Manik Yehwa melotot, "Tapiㅡbagaimana tuan Baekhyun?"

Dengusan sinis meluncur begitu saja dibalik senyuman miring yang Sehun ukir di bibirnya. Mendengar nama Baekhyun benar-benar membuatnya muak. Mendengar cerita sesungguhnya dari Je A membuat Sehun marah sampai ingin menghancurkan rahang pria Byun itu.

"Aku tidak perduli apapun pendapatnya. Je A akan tetap ku bawa pergi sebelum mati sia-sia hanya demi memenuhi ambisi sialannya." Sehun melempar tatapan tajam pada Yehwa, "Dimana aku bisa melihat wajah wanita itu?"

Tubuh Yehwa terasa kebas. Tanpa Sehun tahu, Yehwa tengah menekan telapak kakinya sembari mengepalkan tangan ketakutan. Wanita itu jelas masih ingat, Sehun pernah melihat foto Raechan di ponselnya. Meski tidak benar-benar menampakan wajah, tapi Yehwa khawatir Sehun menyadari semuanya.

"Hanya tuan Baekhyun yang menyimpannyaㅡem, mungkin." balas Yehwa ragu, "Ah tuan, aku akan membuatkan kopi untukmu sekarang."

Keanehan gelagat Yehwa disadari oleh Sehun. Setelah mengangguk, Sehun menatap pantulan sosok Yehwa dari pintu kulkas disana. Tapi Sehun memilih diam dan menemui Je A yang dari semalam mengasingkan diri di kamar tamu.

"Han Je A." Sehun membuka pintu dengan hati-hati, saat melihat Je A duduk diam di depan jendela yang mengarah pada pemandangan kolam ditaman, napas pria itu berhembus pelan dan menghampiri, "Bagaimana?"

Je A tetap diam.

"Kau tidak bodoh untuk tetap tinggal disini dengan pria itu kan?" Sehun bertanya sinis, "Jika sebagai gantinya aku harus dipenjara, kita lakukan saja!"

Mendengar itu Je A menoleh cepat, "Kau gila?"

"Kau lebih gila. Sudah tahu dia hanya memanfaatkanmu seperti ini, tapi bisa-bisanya kau tetap diam dan masih sudi tinggal disini!" Sehun menelan ludahnya demi meredam emosi.

Dada Je A kembali terasa nyeri. Dengan sayu maniknya menatap adiknya itu.

"Raechanㅡbagaimanapun dia kakakku, Sehun. Fakta itu tidak bisa ku abaikan begitu saja. Dia dibunuh, oleh seseorang yang seharusnya ku ketahui siapa identitasnya. Aku dicelakai, ibuㅡlebih dari tentang Baekhyun, aku juga ingin tahu siapa bajingan itu!" Cerca Je A sengau, napasnya tersendat karena diganjal gumpalan tangis yang tertahan.

Sehun menggeleng sangsi, "Kau mencintainya? Kau mencintai pria brengsek itu?"

"Ya." Jawab Je A tidak membantah, "Aku sangat mencintainya sampai mau mati karena tahu bahwa aku hanya sekedar dianggap umpan. Tapiㅡibu."

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang