Menekan bintang sebelum baca tidak bikin bibir pecah-pecah dan sariawan lho gais^^
Setelah mengikhlaskan diri mengalah pada Je A, akhirnya Baekhyun mau untuk mengabulkan permintaan wanita itu yang ingin segera pulang. Sebenarnya dia sangat terpaksa melakukan itu karena kesehatan Je A masih sangat bergantung pada perawatan dokter. Tapi rasanya sangat aneh melihat wanita itu tidak seberisik biasanya hanya karena permintaannya tidak dituruti dan itu sedikit mengganggunya.
"Apa kau senang bisa pulang?" tanya Minseok terkekeh.
Je A tersenyum lebar lalu kembali menampakan wajah datar.
"Biasa saja." jawabnya cuek.
Baekhyun yang melihat itu hanya menatap Je A tanpa ekspresi. Dalam keadaan sakit saja Je A masih berpotensi membuatnya kesal bukan main.
"Kau pulang bukan tanpa syarat. Jika sampai kau banyak mengeluh saat dirumah, aku tidak segan-segan melemparmu ke kolam lagi." ancam Baekhyun dingin.
"Psikopat." ejek Je A tak mau kalah.
Alih-alih menjawab, Baekhyun justru mengambil alih kursi roda yang diduduki Je A dari Minseok yang masih terkekeh disana. Mereka pergi menuju mobil. Disana sudah ada Luhan dan Chanwoo yang akan menaiki mobil berbeda.
"Apa kepalamu sudah lebih baik?" tanya Baekhyun memecah keheningan didalam mobil. Ia ingat jika Jieun sempat ketakutan saat Je A mengeluhkan sakit kepala beberapa waktu lalu.
Je A tidak menoleh dan masih fokus pada pemandangan luar jendela. Ini bukan gayanya untuk bertahan tanpa kebisingan. Tapi memang rasanya, ia sangat tidak berselera untuk banyak bicara seperti biasanya. Padahal ia tipe orang yang selalu menemukan celah untuk membuat suara gaduh dimana saja.
"Mumpung kita masih dekat dengan rumah sakit." ujar Baekhyun tersirat, barangkali Je A mau kembali ke rumah sakit saja karena perawatan disana lebih terjamin daripada jika harus dirawat rumah.
Pada akhirnya Je A merespon itu dengan dengusan kasar. Ia tahu jika Baekhyun ingin ia kembali dan terlihat tidak mau direpotkan olehnya. Rasanya sangat menyebalkan menyadari itu. Sedikit saja, bukankah seharusnya Baekhyun berempati padanya? Dia begini juga karena ingin menyelamatkannya kan?!
Akhir-akhir ini, jika mengingat ucapan Baekhyun yang mengeluh merasa direpotkan olehnya selalu membuat napasnya tersumbat. Itu tidak menyenangkan untuknya. Perasaannya pada Baekhyun sudah mulai mengendalikan tubuhnya. Apa yang harus ia lakukan dengan hal itu? Je A sungguh tidak tahu cara mengontrol perasaannya.
"Ya! Aku bosan dirumah sakit, kau tahu! Bisakah kau mengerti? Sebelum dan sesudah bangun hanya pemandangan bernuansa putih-putih saja yang kulihat. Tidak boleh keluar, diawasi, heishㅡaku muak." Je A menelan ludahnya sebelum melanjutkan. "Mengertilah sedikit, aku begini kan juga karena ingin menyelamatkanmuㅡ"
"Apa aku memintanya?! Kau pikir aku senang kau melakukan itu?!" tanya Baekhyun penuh penekanan.
Je A bisa melihat manik Baekhyun memerah. Dan itu membuatnya tak bisa berkata-kata.
"Kau kira kau membuatku terkesan sudah melakukan hal sebodoh itu? Menyelematkanku? Lalu jika kau benar-benar tidak bisa diselamatkan, kau kira bagaimana aku nanti?!" todong Baekhyun penuh emosi. Napas pria itu memburu. "Itu sama saja kau mencoba membunuhku pelan-pelan, bodoh!"
"Byun Baekhyun." tegur Minseok mencoba melerai.
"Kalau sudah seperti ini siapa yang merasakan paling kesusahan?" tanya Baekhyun tak menghiraukan panggilan Minseok. Ia menatap Je A yang masih membukam. "Kau sendiri, A~ya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness - Complete
Fanfiction[Complete] Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dua kutub yang berlawanan dan tidak mungkin disatukan. Tapi takdir membuat keduanya terikat, tidak melibatkan dua hati tapi menjanjikan masa depan. Seperti skenario dengan cerita penuh kege...