Darkness #47

7.8K 1K 207
                                    

Voment ya^^

Saat Baekhyun dan Je A sampai di Busan, sudah ada beberapa polisi yang ada di rumah Shin Jieun. Mengingat rumah itu masih harus disterilkan, tentu para polisi masih harus mengawal kegiatan apa saja yang akan dilakukan dirumah itu.

Je A melangkah dengan berat saat mendekati rumah di hadapannya. Memorinya berputar untuk mengingat momen dimana ia bisa melihat ibunya datang dengan membawa ember bekas berjualan ikan. Napasnya mulai memberat karena dadanya terasa dihimpit beban yang begitu besar. Tapi Je A berusaha tetap tenang, dia sudah mempersiapkan diri agar tidak terlalu terbawa emosi dan menghambat niatnya untuk mencari bukti.

"Ngomong-ngomong aku tidak melihat Sehun."

Je A menoleh pada Baekhyun. Dia terdiam membenarkan. Hal itu juga menjadi pertanyaan untuknya. Sejak kemarin setelah pertengkarannya dan Sehun, dia sama sekali belum melihat adiknya itu di mansion. Dia pikir, Sehun hanya akan marah sebentar, atau paling tidak bisa dia temukan di Busan, ternyata Sehun tidak ada disana.

"Dia urusanku." Balas Je A seadanya dan meninggalkan Baekhyun yang hanya bisa menatap punggungnya diam.

Lagi-lagi Baekhyun harus menelan pahit perasaaannya. Mendapati reaksi sikap tak acuh Je A yang jelas menunjukan enggan berinteraksi dengannya adalah sesuatu yang menyiksa. Lantas, langkahnya berlanjut, mengikuti kemana Je A pergi yang ternyata menuju kamar Shin Jieun.

Saat melihat Je A terduduk dengan menatap nelangsa pada bingkai foto ibunya, Baekhyun semakin dibuat merasa bersalah. Dia ingin memeluk wanita itu dengan erat dan mengucapkan banyak maaf semampu yang dia bisa. Perubahan sikap Je A padanya adalah sebuah hukuman mengerikan.

"Han Je A." Panggil Baekhyun lirih.

"Aku masih tidak percaya ibu pergi seperti ini." Ucap Je A tercekat, "Semua terlalu tiba-tibaㅡdengan cara yang tak terduga."

"Maafㅡ"

"Jika sekedar maaf bisa berguna, penjahat akan bebas mengulang kesalahan mereka. Jadi simpan maafmu dan bantu menemukan pelaku itu dengan kekuasaan yang selalu kau banggakan itu." Je A mengusap air matanya dengan kasar dan menoleh pada Baekhyun yang menatapnya sendu, "Aku akan mencari sesuatu disini, kau bisa mencari ditempat lainㅡ"

"Aku akan membantu mencari disiniㅡ"

"Dan membiarkan mataku terus menemukanmu dalam jarak pandangku?" Tanya Je A dingin dan tajam, "Aku tidak akan mengulang ucapanku." Lanjutnya berbalik mengabaikan Baekhyun yang terlihat kehabisan kata-kata.

Setelah mendengar derap langkah yang menjauhi kamar, Je A menoleh, tatapannya hanya bisa mendapati sosok polisi yang berdiri di ambang pintu. Pandangannya memburam karena genang air mata. Perasaanya pada Baekhyun bukan sesuatu yang mudah untuk dipendamnya. Ada suatu sekat yang seakan menghalanginya dari dulu, dan itu kian menebal seiring berjalannya waktu.

Je A kembali memfokuskan diri setelah menetralkan perasaannya. Sudut demi sudut di dalam kamar ibunya dia periksa dengan seksama. Dia harus menemukan sesuatu yang membuatnya mendapat petunjuk untuk mencari siapa pembunuh itu.

Hingga saat Je A kembali menata pakaian ibunya yang dia buat berantakan, Je A menemukan sebuah anting berbentuk sebelah tanduk rusa yang tergeletak di belakang kaki lemari. Jantung Je A berdegup cepat saat meraih benda itu dengan sebuah tisu dan membuat gestur senatural mungkin. Dia harap para polisi itu tidak melihatnya menemukan anting itu.

Tatapan Je A menerawang jauh. Dia ingat, didalam agenda itu, ibu Seongwoo selalu menyebut seekor rusa yang diibaratkan sebagai seorang anak laki-laki bernama Hanroo. Kemudian tatapannya jatuh pada kepalan tangannya yang terkepal rapat. Senyum kecilnya Yang dingin terukir samar.

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang