Darkness #34

7.2K 1.4K 608
                                    

Voment jangan lupa.^^

Kepala Seongwoo terasa berdenyut hebat. Membujuk Baekhyun bukan sesuatu yang mudah. Belum reda sakit yang ia rasakan, telepon dari asistennya berhasil membuatnya menggeram tertahan mencoba meluapkan frustasinya. Sungguh, Seongwoo muak dengan masalah-masalah menumpuk yang harus ia temukan solusinya. Bagaimana dia bisa menggantikan posisi Byun Hwanggi dengan mental lemah seperti ini?

Investor dari Byun Grup sudah mendesak agar diadakan rapat untuk penurunan jabatan kakeknya. Sementara masalah yang seharusnya diselesaikan tentang Baekhyun atas mandat kakeknya belum juga mendapat pencerahan. Ia tidak mau menjabat jika bayarannya harus dibenci Baekhyun seumur hidup.

Tidak ada sedetikpun dalam hidup Seongwoo  mengharapkan posisi tertinggi dalam perusahaan seperti kata Baekhyun. Yang terpenting baginya adalah keluarga karena dia tidak punya siapa-siapa lagi sejak ditinggal kedua orang tuanya. Mendengar pernyataan Baekhyun yang nyaris selalu menganggapnya serakah membuatnya terluka.

Seongwoo sering bertanya-tanya, apa Baekhyun benar-benar tidak tahu dengan apa yang terjadi sebenarnya?

"Tuan, Presdir memanggil anda."

Seongwoo menghela napas panjang dan mengangguk, "Aku akan kesana."

Seongwoo membuka pintu kamar Hwanggi dan melihat kakeknya itu tengah menatap jendela dengan kosong. Tubuh rentanya terduduk dikursi roda.

"Kek, maaf aku tidak berhasil membujuk Baekhyun hyung dan juga Je A."

"Aku sudah menduganya." Hwanggi tidak menoleh, "Bagaimana dengan psikiater itu?"

"Saat aku ke rumah sakit, dia tidak ada." Seongwoo menatap kakeknya perihatin dan menyesal, "Mereka bilang dia sedang seminar di luar negeri. Tapi kakek tenang saja, aku akan segera menemuinya sebelum rapat itu."

Senyum sendu Hwanggi membuat Seongwoo terdiam. Perasaan menyesal itu semakin besar.

"Aku ingin semua tetap terasa adil untukmu dan Baekhyun. Kalian cucuku, dan kalian punya hak yang sama untuk perusahaan itu. Mereka bisa menilai sendiri siapa yang pantas menggantikan posisiku nanti. Aku yakin kalian mampu." Hwanggi menoleh pada Seongwoo yang berdiri disampingnya dengan kepala menunduk, "Tapi aku belum bisa mengambil keputusan karena diambang kepastian yang buram. Seongwoo, aku harap kau bersabar."

Seongwoo menggeleng tegas, "Kek, aku tidak perduli bahkan jika bukan aku yang mendapat jabatan itu. Jangan khawatir berlebihan karena itu tidak baik untuk kesehatanmu, aku akan berusaha mencari tahu dengan segera. Percayalah."

"Aku dengar, Woosik yang membuat para investor itu mendesak perusahaan." lanjut Hwanggi meminta jawaban.

Dengan berat hati, Seongwoo mengangguk membenarkan. Pamannya itulah yang menyebar kabar bahwa Byun Hwanggi telah sakit. Ambisinya agar Baekhyun bisa menguasai perusahaan sudah menyebabkan masalah semakin runyam.

"Ya, begitu juga yang aku dengar." Seongwoo mendudukan dirinya dikursi disana, "Kek, apa kita perlu menyelidiki kasus kecelakaan itu lagi? Sungguh, setelah bertahun-tahun aku masih tidak percaya Baekhyun hyung pelakunya."

Manik tajam Seongwoo menatap Hwanggi seolah dia benar-benar membutuhkan atensi.

"Baik, pria berhoodie yang mengendarai mobil bersama Raechan itu memang mengenakan pakaian Baekhyun hyung. Tapi keadaan saat itu telalu remang, sorot cctv didalam mobil pun tidak terlalu jelas menunjukan wajah Baekhyun hyung. Ini mungkin terdengar aneh, tapi bukan berarti tidak mungkin, kek." Seongwoo membasahi bibir bawahnya sebelum kembali berucap. "Apa Baekhyun hyung memiliki saudara kembar?"

Kelopak mata Hwanggi melebar karena terkejut pada ucapan Seongwoo. Ia tidak pernah berfikir sedemikian mustahil. Dan ia juga tidak mengerti apa yang mendasari Seongwoo bisa berksimpulan seperti itu.

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang