Darkness #35

8.1K 1.3K 329
                                    

Vote doloeee yok sebelum bacaa^^

Harapan boleh tinggi, tapi tetap harus siap jika realita tidak sesuai ekspetasi. Perihal itu, sebenarnya Je A sudah menanamkannya dalam diri sejak kecil. Tapi sepertinya sudah takdir bahwa manusia sering lupa diri karena terbuai dengan harapannya sendiri tanpa berpikir bahwa selalu ada kenyataan terburuk dalam setiap prediksi.

Ini tentang sikap Baekhyun. Je A pikir, hari-hari setelah peresmian hubungan mereka seminggu lalu, pria Byun itu akan bersikap manis. Apalagi Chanyeol dan Minseok pernah berkata bahwa Baekhyun adalah pria yang hangat, terutama saat bersama Raechan. Ternyata dugaannya meleset total.

Bahkan pria Byun itu tetap dingin dan terasa tak tersentuh. Entahlah, Je A nerasa ada bangunan besar yang menjadi dinding diantara mereka. Tapi terkadang, Baekhyun juga bersikap sok perhatian tiba-tiba sampai membuat Je A kelimpungan sendiri.

"A~ya?"

Panggilan sialan itu lagi. Je A masih merasa terheran, Baekhyun dapat motivasi dari mana bisa berinisiatif memanggilnya dengan panggilan yang biasa dipakai orang paling terdekatnya begitu. Berani sekali mengobrak-abrik hatinya semudah itu?

Bukan apa-apa, panggilan itu selalu diiringi dengan suara rendah dan manik teduh yang sengaja dilempar Baekhyun padanya. Siapa saja, terutama wanita manapun pasti akan merasakan degupan hebat didada mereka saat diperlakukan seperti itu oleh Baekhyun. Efek pesonanya sungguh tidak main-main bagi Je A.

"Apa?" sahut Je A tanpa mengalihkan tatapannya dari game dilayar ponselnya.

Baekhyun mendekati Je A sembari menutup pintu ruang pribadinya. Pria itu melepas kacamatanya dan mendudukan diri ditepi ranjang. Matanya sangat lelah, kepalanya pun sangat pening, pekerjaan benar-benar berhasil membuat tubuhnya terasa dipukuli habis-habisan.

"Ku kira kau ikut makan malam." kata Baekhyun sembari melirik meja, "Kenapa ada dua makanan disini?"

Je A melihat Baekhyun lalu melirik sajian makanan yang Baekhyun maksud.

"Tadi Yehwa dan Mirae mengantar makanan itu. Kau kan sibuk diruang kerjamu itu, ku pikir benar jika meminta mereka membawanya kemari." jelas Je A diakhiri bahu yang mengedik.

"Lalu kenapa milikmu masih utuh?"

Je A berdehem, kembali berpura-pura sibuk dengan ponselnya, "Menunggumu."

Untuk beberapa detik, Baekhyun mengulum senyumannya. Lalu ia menurunkan ponsel Je A yang menghalanginya untuk menatap wajah wanita itu. Praktis saja Je A menatapnya gugup.

"Apa kau mau makan malam diluar?" Baekhyun mengedikan kepala dengan kedua alis menukik meminta jawaban, "Berdua? Tidak masalah kan agak telat?!"

"Hah?" Je A menganga, lalu mengerling pada banyaknya makanan yang disiapkan oleh pelayan tadi, "Kenapa tidak makan ini saja?"

Baekhyun menatap Je A dalam. Tatapannya sedingin udara dikamar itu yang praktis membuat Je A membeku dalam duduknya.

"Aku sudah bilang kan? Aku tidak suka gaya hubungan pasangan seumuranmu. Aku lebih suka kita langsung melakukan sesuatu yang sudah seharusnya kita lakukan sejak kemarin di ranjang ini." Baekhyun mendengus lalu mengulum lidah melihat Je A semakin menganga, lengannya terulur dan mengusap lengan Je A, "Tapi aku akan menghargaimu. Mungkin kita butuh waktu untuk mendekatkan diri. Jadi ayoㅡapakah ini dikatakan kencan?"

"Baekhyun~ssi." Je A merasa otaknya kosong, "Kau serius?"

Baekhyun mengangguk ringan, lalu berdiri disamping ranjang dan mengulurkan tangan yang disambut Je A dengan canggung. Itu gerakan spontan.

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang