Selesai memasak, Je A segera menyajikan makanan buatannya itu diatas meja. Ia melongokkan leher untuk memastikan keberadaan Baekhyun yang tak kunjung keluar dari kamar. Padahal ini sudah hampir satu jam sejak ia menyerahkan pakaian Sehun pada lelaki itu.
Kemudian, Je A menghampiri ibunya yang sedang menghitung uang hasil penjualan ikan. Bibirnya mendengus setengah mencibir. Ibunya itu bahkan belum mandi.
"Bu, ayo makan."
"Hmm. Kalian berdua saja, aku belum lapar." Jawab Jieun tanpa menoleh.
Je A memutar bola mata. "Baiklah, jika ibu lapar menyusulah."
Setelah mengucapkan itu, Je A melanjutkan langkahnya menuju kamar yang ada didekat ruang tengah, tempat yang dipakai Baekhyun untuk mandi. Ketika tangannya membuka pintu, alisnya mengernyit karena tak mendapati siapapun disana. Handuk yang sebelumnya dipakai Baekhyun juga tergeletak di atas kasur.
"Kemana dia?" tanya Je A sembari berbalik keluar kamar. Ia melangkah menuju pintu utama, mencari Baekhyun diluar rumah. Tapi nihil, lelaki itu juga tidak ada disana.
Satu tempat yang belum ia lihat, halaman belakang rumah. Baru saja Je A hendak berbalik, siluet tubuh seorang lelaki bertopi hitam yang berdiri dibawah tiang lampu jalan menyita pandangannya. Sosok itu menghadap ke arah rumah ibunya, menyandarkan tubuh dengan sebelah tangan bersedekap dada. Ada kepulan asap yang menandakan bahwa lelaki itu sedang merokok.
Je A menajamkan penglihatannya. Kepalanya menoleh ke dalam rumah dan sosok itu bergantian. Karena penasaran, Je A berniat menghampiri. Sebelum benar-benar melewati pagar rumah, Je A menyempatkan meraih balok kayu yang ada disana. Firasatnya sangat buruk, apalagi sosok itu positif tengah sengaja mengamati rumah ibunya.
"Tidak bisa dibiarkan, orang miskin saja masih diincar. Dikira ibuku kaya apa?!" desisnya kesal. "Mau mencuri kepala ikan, huh?!"
Sadar akan dirinya yang semakin mendekat, lelaki bertopi itu menegakkan tubuhnya. Hal itu membuat Je A memicingkan mata. Sial, dugaannya benar-benar nyata saat detik berikutnya, lelaki itu berbalik dengan cepat setelah melempar puntung rokoknya dan melangkah menjauh menuju persimpangan jalan.
Je A berlari semakin cepat saat lelaki itu ikut mempercepat larinya. Ia ikut berbelok saat lelaki itu berbelok menuju jalanan yang sepi. Bibirnya mendesis dan melepas sandal rumahnya agar lebih mudah belari.
"Yaa!! Berhenti!!"
Napas Je A terputus-putus, dadanya terasa panas karena berlari. Ia tidak terlalu mengenal daerah rumah baru ibunya meski masih terhitung dekat dengan rumah lamanya. Kepalanya menoleh ke segala arah, lalu kembali melangkah.
Satu langkah, Je A bisa merasakan dirinya sedang diamati.
Dua langkah, Je A kembali berhenti. Ia membanting ujung tongkatnya ke aspal. "Cepat keluar, atau kau akan tahu akibatnya."
Je A membuang napas kasar, lalu kembali mengamati setiap gang yang ada. Maniknya memicing, baru saja hendak berjalan, lengannya dicengkram dari belakang dan praktis membuatnya menepis tangan itu dengan kasar.
Tubuh Je A berbalik cepat untuk melawan. Tongkatnya sudah melayang, tapi terhenti diudara ketika yang Je A lihat adalah sosok Baekhyun yang menatapnya aneh.
"Baekhyun~ssi, kenapa kau disini?"
"Justru aku yang seharusnya bertanya, kenapa kau disini? Aku mengikutimu yang berlari dengan menenteng balok kayu itu." ucap Baekhyun dingin sembari mengedikan dagunya pada balok yang ada ditangan Je A.
Je A menelan ludahnya. "Seseorang mengamati rumah ibuku. Dia terlihat mencurigakan."
Ekspresi di wajah Baekhyun berubah. Ia menatap Je A lekat yang juga menyadari perubahan gestur tubuhnya. Tanpa banyak bicara, Baekhyun meraih tangan Je A dan menariknya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness - Complete
Fanfiction[Complete] Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dua kutub yang berlawanan dan tidak mungkin disatukan. Tapi takdir membuat keduanya terikat, tidak melibatkan dua hati tapi menjanjikan masa depan. Seperti skenario dengan cerita penuh kege...