Darkness #14

6.8K 1.7K 417
                                    

Nih cerita masih ada yang nungguin? WKWKWK

"AWWWW, pelan-pelan, bu." Sehun terus mengaduh kesakitan saat ibunya mengusap pelipisnya yang terluka akibat lemparan sepatu milik Je A. "Perempuan gila! Kau kira tidak sakit?!"

Ya, emosi Je A benar-benar meledak melihat wujud Sehun yang nampak dihadapannya setelah lama tak terdengar kabarnya. Roh jahat dalam tubuhnya telah menang untuk membuatnya berhasil menggoreskan luka pada pelipis adik jahanamnya itu. Melihat wajah Sehun selalu mengingatkannya pada nasib buruk yang harus ia jalani sampai satu tahun kedepan.

Sialan.

"Belum saja ku patahkan hidung besarmu itu!" Je A melotot dan bersiap mengudarakan bantal ditangannya pada Sehun sebelum ditahan oleh Baekhyun.

"Ibuu!! Jangan ditekan terlaluㅡAWW!!"

"Pukul kepalanya sekalian, buㅡ IBUU!" Je A mengusap wajahnya yang dilempar kapas sisa salep milik Sehun oleh ibunya.

"Tutup mulut lebarmu itu." omel Jieun ikut habis kesabaran.

Astaga, dia sampai heran. Bagaimana bisa kedua anaknya menjadi seliar ini? Seingatnya, dia membesarkan mereka dengan cara manusia pada umumnya. Mungkin mereka terlalu banyak makan hati daripada nasi sampai jadi seperti ini.

"Bu, seandainya ibu tahu apa yang dia lakukan di Seoul. Dia ㅡ"

"NUNA!!!" Sehun berseru cepat untuk memotong ucapan kakaknya itu.

Ia mengerjap cepat seperti kelilipan kemudian mengerling pada Baekhyun yang menatap datar seolah tak melihat apapun. Sementara itu, Je A mendengus kesal, ia berdiri sembari membawa piring sisa makannya dan Baekhyun untuk dibawa ke westafel. Untung saja dia masih punya hati untuk melindungi Sehun.

Oh, jangan tanya apa yang bisa dilakukan Shin Jieun pada Sehun jika tahu semuanya. Bisa-bisa, nama bocah Oh itu bisa dihapus dalam susunan kartu keluarga. Ibunya memang semenakutkan itu.

Setelah mencuci peralatan sisa makan, Je A mencari Baekhyun yang sudah tidak ada di ruang makan. Ia keluar menuju pintu belakang yang membuatnya bisa melihat area pesisir pantai. Siluet punggung Baekhyun yang terduduk beralaskan pasir menarik Je A untuk mendekati pria itu.

Hanya suara perpaduan desir angin dan ombak yang terdengar. Baik Je A ataupun Baekhyun tidak ada yang membuka suara terlebih dulu. Mereka terlalu menikmati suasana yang ada. Tapi, kemudian Je A menatap sisi wajah Baekhyun yang terlihat tegas dan tajam. Ia jadi teringat sosok pria misterius tadi. Semua pasti berhubungan dengan rival Baekhyun.

"Baekhyun~ssi."

"Hm?"

Je A ragu membuka mulutnya, membuat Baekhyun menoleh.

"Apa ibuku aman disini?" tanya Je A diiringi tatapan khawatir.

"Aku tidak yakin." jawab Baekhyun tanpa intonasi. "Tapi, aku akan bertanggung jawab untuk melindungi keluargamu juga."

"Belum saatnya kau tahu. Yang jelas, aku selalu diawasi dan dia menginginkanku mati." Lanjut Baekhyun dengan suara rendah dan tatapan menerawang.

Je A menelan ludahnya yang terasa beku. "Raechan?"

Sorot Baekhyun mengarah pada Je A lagi. Menanti perempuan itu melanjutkan perkataannya.

"Apa ini berhubungan dengan Raechan?"

Napas Je A terhenti sesaat ketika manik pria dihadapannya menajam. Atmosfer disekitarnya berubah suram. Pun suara yang tadinya terdengar mendadak senyap.  Astaga, tatapan Baekhyun benar-benar mengerikan.

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang