Vote dan komen yo gaisseeu^^
Jika Baekhyun tidak salah ingat, ia hampir tidak pernah melihat Je A benar-benar menjadi pendiam. Bahkan ketika dalam keadaan genting pun, wanita itu memiliki semangat membara untuk berbicara dan memaki siapapun yang membuatnya kesal. Sampai-sampai Baekhyun dibuat berpikir keras menemukan cara untuk setidaknya membuat Je A menjadi sedikit tenang dan menurut untuk menutup mulut.
Anehnya, sejak tadi pagi, Baekhyun dibuat heran atas sikap tak biasa yang Je A tunjukan. Sebelum ia berangkat ke perusahaan, ia pikir sikap Je A hanya karena wanita itu bosan dirumah sakit dan akan kembali berisik setelah ia pulang. Tapi dugaan Baekhyun meleset, Je A tetap menjadi pendiam bahkan meskipun ibunya sudah datang dari Busan.
"Infus saja tidak cukup untuk membuatmu kenyang, ayo makan." bujuk Jieun sabar.
Je A menggeleng dengan mata terpejam, "Tidak."
Baekhyun sedikit tersentak saat Minseok menarik tangannya untuk keluar ruangan. Pria Kim itu menutup pintu sebelum menghadap Baekhyun.
"Kau bicara aneh-aneh ya pada Je A?"
"Bicara apa? Dan kenapa dia aneh begitu? Apa terjadi sesuatu?" Baekhyun balik bertanya yang membuat Minseok mencibir.
"Mana ku tahu, justru ku pikir dia baru bertengkar denganmu. Saat aku dan Luhan membujuknya sarapan, dia memang sudah seaneh itu. Tadi dia hanya makan sedikit sekali, coba kau yang bicara." ujar Minseok memberi saran. "Aku jadi khawatir dia memikirkan penyerangan itu. Kasihan."
Tanpa tanggapan, Baekhyun segera masuk kedalam dan mendekati Je A dan Jieun.
"Ada yang ingin kau makan?"
Tidak adanya jawaban dari Je A membuat Jieun mendongak pada Baekhyun yang terlihat mengehela napas. Lalu wanita itu berdiri dan keluar ruangan. Instingnya mengatakan bahwa dia memang harus meninggalkan anak dan menantunya itu untuk berbicara berdua.
"Aku tahu kau tidak tidur." Baekhyun duduk dikursi yang Jieun tempati sebelumnya. "Aku tidak suka bertele-tele, katakan maumu apa?"
Membiarkan hidupnya damai mungkin bukan salah satu tujuan hidup Baekhyun. Setidaknya, itu yang Je A pahami sejak ia mengenal pria itu. Dan detik ini adalah salah satu kejadian yang ia maksudkan itu. Dimana Baekhyun benar-benar tidak membiarkannya tenang barang sebentar.
Ingin sekali Je A berteriak didepan telinga pria itu bahwa ia tidak mau melihat wajahnya untuk sementara waktu. Sayangnya Je A masih terlalu lemas untuk melakukannya. Jadi ia hanya menghela napas dan melirik malas pada Baekhyun.
"Pulang." Je A kembali menghela napas setelah menarik oksigen dalam-dalam. "Aku ingin pulang." ulangnya.
"Kemana?"
Pertanyaan bodoh.
"Ya rumahmu, kemana lagi? Aku belum punya cukup amal untuk minta pulang ke rumah Tuhan asal kau tahu!" ucap Je A ketus.
"Bicara yang jelas dan tidakㅡkau belum boleh pulang."
Je A berdecak, "Jangan suka memancing kalau tidak mau menangkap. Kau membuatku bertambah kesal saja! Pergi sana, aku tidak mau melihat wajahmu."
Sungguh, Baekhyun dibuat terkejut dengan omelan wanita itu. Bahkan Baekhyun tetap mengatupkan bibir rapat-rapat saat Je A sudah menutup wajahnya dengan selimut. Apa yang membuat wanita itu terlihat sangat marah padanya.
"Ya!" Baekhyun menarik ujung selimut diwajah Je A. "Kau ini kenapa?"
"Astaga, jangan perdulikan aku. Pergi sana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness - Complete
أدب الهواة[Complete] Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dua kutub yang berlawanan dan tidak mungkin disatukan. Tapi takdir membuat keduanya terikat, tidak melibatkan dua hati tapi menjanjikan masa depan. Seperti skenario dengan cerita penuh kege...