Sudahkah anda menekan bintang^^
Baekhyun melenguh saat merasa bahwa tidur nyenyaknya telah diganggu. Ada rasa geram karena entah sejak kapan, ini kali pertama dia bisa kembali tidur nyenyak bahkan tanpa bermimpi buruk seperti malam-malam sebelumnya. Hingga ada sebuah tiupan lembut yang mampir di wajahnya, Baekhyun menguatkan diri membuka matanya dengan paksa.
"Selamat pagi."
Baekhyun mendesah lega, bibirnya mengulas senyum kecil melihat Je A menyapa paginya dengan kehangatan yang sempat hilang. Kekesalan yang sempat singgah pun mendadak lenyap tak bersisa.
"Pagi." Baekhyun mengusap pipi pucat Je A, "Sejak kapan bangun?"
"Tadi." Je A masih tersenyum, merapikan rambut depan Baekhyun yang berantakan, "Bangun lah, aku akan menyiapkan sarapan untukmu."
Baekhyun menahan Je A yang hendak beranjak dari ranjang sampai wanita itu terhempas di atas tubuhnya lagi.
"Masih jam tujuh, ada sisa dua jam sebelum ke pengadilan. Kenapa tidak kita habiskan sisa waktunya untuk berduaan saja?"
Je A mendorong bahu Baekhyun dan melotot, ada semu merah di pipinya saat perkataan pria itu membuatnya teringat dengan apa yang mereka lalukan semalam. Meski bukan pertama kali, rasanya tetap mendebarkan untuk Je A yang tidak terbiasa.
"Tidak lagi. Aku tahu otak busukmu. Ayolah, aku harus memasak juga untuk yang lainnya."
"Aku membayar pelayan untuk memasak. Lagipula kau tidak perlu melayani mereka, aku sajaㅡcukup aku saja."
"Ck, jangan membuatku kesal." Je A mendorong dada Baekhyun dengan kuat agar bisa lolos, "Segera bangun, aku siapkan pakaian selagi kau mandi."
Baekhyun terlihat kecewa, tapi raut kesal yang dibuat Je A membuatnya menyerah kemudian. Pria itu menatap bathrobe yang Je A ulurkan, tapi dia hanya diam tanpa meraih benda itu. Rautnya memancarkan isyarat yang tidak tertebak.
"Pakaikan."
Je A mendesis, lalu merentangkan bathrobe di tangannya agar memudahkan Baekhyun memakainya. Saat Baekhyun berbalik badan, Je A tertegun menatap punggung pria itu. Semalam dia tidak melihatnya karena minimnya cahaya, dan sekarang semua terlihat begitu nyata sampai Je A tidak bisa berkata-kata.
"Baekhyun."
"Hmm?" Baekhyun menoleh saat Je A menahan tangannya yang hendak mengikat tali bathrobenya. Jemari wanita itu terulur, bergerak lembut seakan mengukir sesuatu di atas kulit punggung atasnya yang mengkerut akibat bekas luka bakar beberapa tahun lalu.
"Tato itu?"
"Oh, beberapa waktu lalu aku memang ke dokter kulit untuk menghapusnya. Butuh beberapa kali proses lagi agar benar-benar hilang. Kenapa? Bekas lukanya mengerikan ya?"
Bibir Je A terkatup rapat tanpa menjawab. Darahnya berdesir hebat. Apa Baekhyun sengaja menghapus ukiran wajah Raechan disana—untuknya?
"Maaf karena terlambat menghapusnya. Aku akan membuktikan padamu bahwa dia bukan apa-apa selain bagian dari masa lalu." Baekhyun mengusap pipi Je A, "Jika sudah hilang sepenuhnya, aku akan melukisnya lagi jika itu membuatmu tidak nyaman melihatnya."
"Tidak. Aku hanya terkejut karenaㅡ" Je A menggeleng dan tersenyum samar, "Mandi lah." lanjut Je A melangkah menjauh.
"A~ya."
"Ya?"
Baekhyun melangkah mendekati Je A, menarik pinggang wanita itu dan mengecup bibirnya dalam tanpa penjelasan. Baekhyun hanya merasa bahagia, kelegaan itu masih dapat dia rasakan di dadanya. Dia berharap besar, dengan apa yang mereka lalukan semalam, itu merupakan awal yang baik untuk memperbaiki hubungan mereka selanjutnya. Tidak adanya penolakan Je A atas tindakannya membuat Baekhyun yakin bahwa wanita itu juga mengharapkan sesuatu yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness - Complete
Fanfiction[Complete] Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dua kutub yang berlawanan dan tidak mungkin disatukan. Tapi takdir membuat keduanya terikat, tidak melibatkan dua hati tapi menjanjikan masa depan. Seperti skenario dengan cerita penuh kege...