"Menikah."
Je A segera mengikuti Baekhyun untuk masuk ke dalam mobil karena spontan. Lelaki itu menyalakan mesin mobilnya dan mengemudi tanpa menjelaskan lebih lanjut. Hal itu jelas membuat Je A merasa geram.
Selalu seperti ini.
Baiklah, dia tahu bahwa tugasnya hanya harus menurut. Tapi bukankah hal yang benar adalah juga mengajaknya berdiskusi? Dia ini menikah dengan manusia atau patung sebenarnya?!
"Ya Tuhan berikan aku umur panjang." gumam Je A sembari mengusap dada. Berhadapan dengan Byun Baekhyun bisa mengindikasikan penyakit hipertensi dimasa depan. Bagaimana tidak mati muda kalau begini? Akhir-akhir ini ia sering diuji dengan menahan emosi yang mengendap diubun-ubun.
Kepalanya menghadap jendela, menatap pantulan sosok Baekhyun yang sempat menolehkan kepala ke arahnya. Bibir Je A terkatup rapat dan memilih diam.
Iya, diam. Diam-diam mengumpat.
"Kenapa?"
Tidak ada jawaban apapun dari Je A. Ia mendengar pertanyaan itu, tapi mulutnya benar-benar sukar untuk mengeluarkan suara. Hatinya sedang tidak dalam keadaan baik. Semakin lama, perasaan takut itu menguasai dirinya.
Banyak sekali masalah yang ia timbun tanpa penyelesaian. Masalah Sehun yang belum ia ketahui keberadaannya, masalah sisa pekerjaannya yang ia tinggal tanpa memberi atasannya kabar, dan paling rumit adalah tentang Byun Baekhyun.
Sedikit saja, bukankah Baekhyun seharusnya memikirkan perasaannya juga? Pernikahan itu melibatkannya, jadi bagaimana bisa dia selalu menjadi pihak yang tidak tahu apa-apa?
Je A tahu, bahkan sangat mengerti bahwa pernikahan itu hanya sebuah kepura-puraan. Dan justru itulah masalah utamanya.
Ada banyak sekali hal yang bisa terjadi tanpa diduga oleh siapapun. Baik Baekhyun ataupun dirinya.
Apapun yang dimulai dengan kebohongan tidak akan pernah berakhir baik. Sekali kau berbohong, kau akan terus melakukannya untuk menutupi kebohongan lainnya. Meskipun miskin dan tidak seberpendidikan Baekhyun, dia tidak pernah menerapkan kebohongan level berat dalam hidupnya seperti ini, tidak sebelum dipaksa menerima pernikahan kontrak alias pura-pura itu.
Sementara disini, Je A merasa menjadi tokoh utama dalam sebuah cerita. Sayangnya, dia tidak tahu apa isi ceritanya. Bagaimana jelasnya dia akan berperan? Seperti apa skenarionya? Dan itu membuatnya merasa menjadi sangat idiot.
"Apa yang kau pikirkan?"
Je A masih diam, fokus pada pemandangan diluar.
"Je A~ssi."
Sekali lagi, napas Je A berhembus lelah. Kepalanya menoleh pada Baekhyun yang menoleh padanya sekilas. Ekspresi Je A terlihat sangat serius, tidak ada sorot mengejek ataupun jenaka seperti biasanya.
"Kau." Je A menjeda, "Kau yang sedang ku pikirkan."
Alis Baekhyun mengernyit. Ia tidak mengerti benar apa yang dimaksud perempuan di sampingnya.
"Kau menyukaiku?" tanya Baekhyun sarkas. Dia tidak sedang bergurau, hanya mencoba meminta Je A untuk menjelaskan apa maksud dari jawaban perempuan barusan.
"Mungkin." jawab Je A asal. Kepalanya kembali menegak dan menghadap depan. Menolak untuk membalas tatapan Baekhyun yang terarah padanya.
Kecepatan mobil berkurang, tapi jantung Je A terasa melesat cepat karena ia tahu bahwa jawabannya barusan terlalu terburu-buru.
Bukan sembarang bicara, Je A hanya mengungkapkan salah satu kekhawatirannya saja. Pikirkan, dua orang lawan jenis tinggal dalam satu atap dalam kurun waktu yang cukup lama? Dimana letak ketidak mungkinan bahwa mereka dapat saling jatuh cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness - Complete
Fanfiction[Complete] Mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda, dua kutub yang berlawanan dan tidak mungkin disatukan. Tapi takdir membuat keduanya terikat, tidak melibatkan dua hati tapi menjanjikan masa depan. Seperti skenario dengan cerita penuh kege...