Darkness #27

7.2K 1.5K 682
                                    

VOTE DAN KOMEN YO GAIS^^

Angin musim gugur membelai wajah Baekhyun yang sedang terdiam dirooftop rumah sakit. Kebimbangan yang melandanya sejak dua hari terakhir benar-benar mengusiknya sampai tidak fokus untuk bekerja. Padahal banyak sekali berkas kerja sama yang sangat penting harus diurusnya demi kelangsungan perusahaan yang sedang ia rintis. Dan semua jelas karena kejadian penyerangan yang menimpa Han Je A.

Baekhyun tidak bisa mengelak. Meskipun telah menyalahkan pengawalnya, pada dasarnya, dirinya sendirilah yang menajadi sumber masalah karena memilih Je A untuk menjadi umpan agar pembunuh Raechan menampakan diri. Pikirnya, ia sanggup mencegah sesuatu yang buruk terjadi pada Je A. Ternyata ia salah, dan kini rasa menyesal tidak bisa ia hindari untuk menetap dalam hati dan pikirannya.

Sekarang Baekhyun bingung untuk mengambil langkah. Si pembunuh benar-benar melakukan ucapannya dan menampakan diri. Artinya, rencana Baekhyun sudah mendekati berhasil. Tapi jika diteruskan, itu akan sangat berbahaya bagi Je A atau bahkan orang-orang lain yang berada didekatnya.

"Maaf, aku terlambat. Pasienku sedikit susah diatur."

Baekhyun menoleh pada sumber suara. Kedua alisnya hanya menukik sebagai tanggapan.

"Wajahmu membuatku perihatin, Baek." ucap wanita itu terkikik geli. "Bagaimana kondisi istrimu?"

"Aku meminta beberapa pengawal menjaganya, ada adiknya juga disana." jawab Baekhyun mengabaikan panggilan godaan dari wanita dihadapannya.

"Kenapa tidak panggil polisi saja?" Wanita itu mendekati Baekhyun dan duduk diatas beton yang ada disana. "Belum ada perkembangan penyelidikan?"

Baekhyun mendengus, memasukan kedua tangannya pada saku celana dan membuang pandangannya untuk menatap gedung-gedung tinggi yang tersusun rapi disana.

"Kau tahu aku tidak pernah percaya lagi pada polisi sejak kematian ibuku juga kasus Raechan." tangan Baekhyun terkepal rapat, maniknya menyipit saat helai anak rambutnya menghalangi pandangan karena tersapu angin. "Heejin~ssi, tidakkah ini sangat membahayakan?"

Wanita yang dipanggil Heejin itu tidak menjawab dengan cepat. Maniknya menatap sisi wajah Baekhyun yang terlihat sedang tertekan. Ia sedang berusaha merangkai kata agar ucapannya tidak memprofokasi pria tampan yang juga pasiennya itu.

"Aku sedang berpikir untuk membatalkan pernikahan kontrak itu."

"Apa?" Heejin melotot maksimal. "Kau bercanda? Dia sudah jadi target, bagaimana bisa kau mau membatalkan pernikahan kontraknya? Kau mau lepas tangan disaat pembunuh itu sudah semakin mendekat pada perangkap kita?"

Tubuh Baekhyun berbalik dan menghadap penuh pada Heejin yang bersungut padanya. Ada yang mengganjal dalam ucapan Heejin, dan dia tidak suka mendengarnya.

"Ucapanmu terdengar seperti memaksaku menjadi egois. Jadi kita boleh mengorbannya nyawa Je A demi menangkap pembunuh itu, begitu?" kata Baekhyun memicingkan mata.

"Bukan begitu." sanggah Heejin kesal. "Kita sudah terlanjur jauh, setidaknya kita tunggu dulu keterangan dari Je A, barangkali dia sudah melihat wajah pria itu. Makanya dia nekat mendorongmu seperti kemarin. Hei, dia sudah menyelamatkanmu, tuan."

Baekhyun terdiam sembari mencerna ucapan Heejin barusan.

"Aku akan membatalkan kontrak itu betulanㅡ" tatapan serius Baekhyun mengarah pada Heejin yang hendak menyanggahnya. "Dan menjadikan ini pernikahan sungguhan."

"HAH?"

"Dia harus berada dalam pengawasanku secara penuh. Aku tidak bisa membiarkannya mati seperti Raechan karena berhubungan denganku." Baekhyun menunduk sebentar lalu menatap kosong karena mengingat kejadian yang menimpa Je A. "Bahkan aku gagal bertindak melindunginya yang berada disampingku."

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang