Darkness #37

6.9K 1.3K 321
                                    

Sudah vote kah kalian sebelum baca? Yok tekan bintang kalo belum^^

Je A merenung diam di teras depan. Udara musim gugur sudah menyambut. Dingin tapi terasa menyejukkan. Membuatnya betah untuk berdiam duduk pada bangku disana sembari mendongak menatap langit. Suasananya memang pas untuk menenangkan pirkiran.

Sejak kemarin perasaannya agak tidak tenang entah untuk alasan apa. Semua tidak lebih baik karena Baekhyun juga tiba-tiba mendadak uring-uringan lagi, alhasil pria itu pergi tanpa pamit padanya sampai selarut ini. Padahal dia ingin jalan-jalan untuk mengurangi kegusarannya. Dan akhirnya, Je A memilih bersantai diteras depan sendirian.

Dari kejauhan, Je A bisa melihat Luhan berjalan sembari menunduk. Pria itu segera memakai jaketnya saat melihatnya, lalu mendekat pada Je A. Sementara Je A berdiam tanpa ekspresi walaupun Luhan melempar senyum kecil yang terlihat mengejek untuknya.

"Ahhhh!!" Luhan mengembuskan napas panjang dan mendudukan diri disamping Je A, lalu kepalanya menoleh pada wanita itu, "Kenapa kau disini? Baekhyun kemana?"

Je A mencebik mendengar nama Baekhyun disebut. Bahunya mengedik tak acuh.

"Tidak tahuㅡtidak mau tahu juga. Eh, pipimu?"

Luhan menyentuh pipinya setelah Je A menunjuk wajahnya, "Eh? Luka apa ya ini? Sudahlah, luka dikulit seperti ini mudah sembuh, beda dengan luka dihati jadi biarkan saja."

Je A terkekeh, agak geli mendengar perkataan seperti itu dari Luhan yang lebih dulu tertawa.

"Aku serius tahu. Ngomong-ngomong kau benar tidak tahu Baekhyun dimana? Bertengkar?"

Bahu Je A mengedik tak acuh lagi.

"Ck, sepertinya hari tanpa bertengkar itu tidak lazim ya bagi kalian berdua?!" Luhan meringis mengejek lagi, "Apa dia pergi sendiri? Minseok menemaninya kan?"

Je A menggeleng lagi, "Aku tidak tahu. Aku tidak melihat mereka berdua. Kau sendiri dari mana?"

"Aku ke makam ibuku di Daejeon." Luhan menghela napas, "Lalu mencari hiburan sebentar."

"Ah, maaf. Aku tidak tahu." Je A bercicit sungkan. "Kau pasti sangat merindukannya ya?" lanjut Je A tersenyum simpul.

"Santai saja." jawab Luhan terkekeh, "Ya, beberapa tahun lalu ibuku meninggal. Kecelakaan."

Raut muka Je A terkejut lagi, lalu kembali mengulas senyuman, "Ibumu sudah tenang, dia melihatmu dari atas."

"Ya, aku harap begitu. Tunggu, aku serius, apa Baekhyun pergi sendiri?" Luhan mengubah ekspresinya menjadi lebih serius.

"Aku sungguhan tidak tahu. Dia pergi setelah makan malam, tapi saat pulang kerja juga sudah terlihat sedang marah." Je A mendesah kasar, "Jangan memintaku menghubunginya, aku tidak perduli padanya lagi."

Luhan meraih ponselnya dan terlihat menghubungi seseorang.

"Minseok, kau dimana?"

"Aku di Daegu untuk bertemu temanku, Baekhyun sudah tahu. Kenapa?"

Sudut alis Je A menukik saat Luhan melempar tatapan padanya. Lalu pria itu semakin terlihat gusar.

"Baekhyun tidak ada dirumah. Kata Je A dia pergi sendirian. Dan juga, dia terlihat sedang dalam emosi yang buruk." Balas Luhan pada Minseok.

"Apa Je A tidak tahu kemana dia pergi?"

"Tidak. Itu berbahaya untuknya, tapi aku belum sempat menghubunginya."

"Tenanglah, Baekhyun bisa menjaga dirinya. Mungkin dia sedang ingin sendiri. Bisa jadi karena kejadian kemarin, kita tunggu saja sampai emosinya mereda. Aku akan segera kembali. Kau hubungi Baekhyun saja dulu."

Darkness - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang