22. Breakfast

1.8K 209 15
                                    


Tepat pukul 7 pagi saat Ten merasakan pelukan dibalik tubuhnya, secara otomatis tangannya yang sedang membuat roti selai terangkat dan hampir terayun ke wajah siapapun orang itu, namun kecupan dibahu kanannya membuatnya mengurungkan niat itu karena tahu betul siapa orang yang melakukannya.

"sejak kapan kau ada disini hyung?"

"hmm sekitar 10 menit lalu" pelukan dipinggangnya mengerat.

Alis Ten mengkerut memikirkan 10 menit dan ia tidak menyadari seseorang sedang menatapnya.

"cukup waktu bagiku untuk melihatmu kebingungan akan membuat sarapan apa pagi ini, dan seperti dugaanku pada akhirnya kau hanya akan membuat roti selai. aku harus memberi tahu dreamies untuk berhenti melimpahkan tugas membuat sarapan padamu"

"hei, aku tidak hanya membuat roti selai. lihat sudah ada susu dan cereal jika mereka mau, lagipula ini juga keinginanku untuk membuatkan mereka sarapan"

"karena siapa yang bisa menolak keinginanmu Ten?" dengan itu Taeyong membalik tubuh Ten dan menarik dagunya untuk mendongak dan mengecup bibir manis yang memiliki sedikit bekas coklat disudutnya.
lalu dengan entengnya ia menarik kursi dan meninggalkan Ten yang masih bediri mematung karena perlakuannya.

"buatkan aku satu, aku juga lapar"

'cih, hanya akan membuat roti selai tapi akhirnya minta dibuatkan'
Ten menggumam sambil mengambil satu potong roti untuk dioleskan selai diatasnya.

"kau bilang apa?"

"hm tidak, tapi ada apa kau pagi-pagi sudah ada disini? tidakkah ada jadwal?"

"apakah rasa sayangmu kadarnya sudah berkurang hingga berhenti untuk melihat jadwalku?" Taeyong berkata dengan mimik wajah yang menyedihkan tak lupa tangannya ia lipat didepan dada.

"berhenti menggunakan raut wajah itu, kau membuatku geli, memangnya aku siapa harus selalu mengetahui jadwalmu, manager hyung? hm"

Ten berjalan menjauh dari Taeyong untuk membangunkan anak Dream yang kemungkinan saat ini masih tertidur. lalu ia kembali melangkah ke dapur dimana Taeyong kali ini tengah menyesap susu buatannya.

"kau memang manager yang akan mengatur segala kebutuhanku dimasa depan Ten. lihat saja sekarang kau telah belajar sedikit demi sedikit untuk mengurus anak. aku benar-benar tidak salah pilih"

plak

"aku yakin setelah kembali ke dorm nanti Johnny akan menanyakan kenapa kepalaku sampai benjol"

"simpan saja kalimat manismu itu karena perutku telah terisi penuh oleh roti selai ini dan tak cukup untuk menampung rayuan gombalmu."

"sudah sana cepat mandi, kau ada latihan 30 menit lagi"

"asaaaa. sudah kubilang kau ini akan jadi manager seumur hidupku. lihat saja seberapa banyak kau mengetahui jadwalku"

"mimpi saja kau Lee Taeyong"

"tapi sayangnya hari ini kau ada latihan siang dan aku tak mau kau terlalu memforsir tenagamu jadi sampai bertemu diruang latihan nanti siang sayang!"

Taeyong masuk kedalam kamar Ten, dirinya berpapasan dengan Jeno yang masih dengan wajah khas bangun tidurnya.

"Taeyong hyung? kupikir aku salah dengar, dan befikir Ten hyung berbicara sendiri. sedang apa disini pagi-pagi?"

Taeyong tersenyum sambil mengusak rambut coklat Jeno.

"tentu saja melihat eomma kalian"

Jeno menatapnya dengan tatapan bingung tapi kemudian Taeyong telah menghilang dibalik pintu kamar Ten membuatnya hanya bisa menghela nafas.

"sayang! dimana kau meletakkan kaos hitam favoritku!" suara Taeyong terdengar menggema didorm yang tak terlalu luas ini, kepala Taeyong menyembul dari celah pintu.

Anak Dream yang sedang menikmati sarapannya kompak melihat ke arah Ten yang wajahnya terlihat seperti udang rebus. senyum jahil terlihat jelas diwajah mereka.

Ten memejamkan matanya sambil mengutuk Taeyong dalam hati.

"Didalam lemari, diantara tumpukan bajumu yang lain! dan berhenti berteriak memanggilku!" Ten berkata dengan suara yang sedikit meninggi.

"aku tidak memanggilmu, aku hanya bilang sayang, kau sendiri yang menjawabku!" Taeyong kembali menjawab.

Wajah Ten memerah karena benar juga apa yang dikatakan Taeyong. dia mendengar suara cekikian dari bangku disebelahnya.

"YAK!kembali saja sana ke dormmu hyung!!!"

Dia dapat mendengar suara tawa Taeyong yang pecah dari dalam kamarnya. sedangkan samar terdengar suara lumba-lumba dari ujung meja makan, siapa lagi jika bukan Chenle.

"kenapa kau tertawa?"

"kalian berdua sangat lucu hyung, kalau aku tidak salah dengar tadi kau bilang jangan berteriak tapi kenyataannya kalian malah seperti latihan untuk nada tinggi"

Ten mendengus kesal mendengarnya. tapi apa boleh buat memang itu kenyataanya.

"TEN SAYANGGG!"

"Mr. Teen!"

Terdengar lagi suara teriakan dari dalam kamarnya.

Dia bangkit dari bangkunya dan menuju ke tempat cuci piring menyentakkan kakinya ketika melangkah dan sedikit membanting gelas untuk menandakan ia sedang kesal.

Tawa anak Dreampun pecah.

aah pagi yang baik untuk mengawali hari.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: ada yg nunggu update ini? hm i lost my mood recently, sempet mikir buat unpublish crita aku yg lain :")

Perfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang