Taeyong dan Ten bersahabat sejak kecil pertemuan singkat mereka saat Taeyong berusia delapan tahun dan Ten berusia tujuh tahun membentuk suatu ikatan tak terlihat yang sulit dimengerti bahkan oleh mereka sendiri.Sore itu hujan lebat, seorang anak berdiri didepan toko kue memeluk lengannya yang kedinginan akibat kehujanan sebelum akhirnya menemukan satu tempat untuk berteduh yaitu didepan toko kue ini. suara gemercik air terdengar bersautan dengan suara berdecit tanda pintu dibuka, ia menggeser tubuhnya agar tidak menghalangi siapapun yang akan keluar dari tempat tersebut. matanya masih memandangi hujan yang kian derasnya, dan langit sore yang justru terlihat lebih cerah dari sebelumnya karena telah menumpahkan isinya. seorang anak laki-laki yang lebih pendek darinya tapi terlihat seumuran keluar dari toko tersebut membawa payung, matanya bertemu sebentar, anak tersebut tersenyum membuat ia bergedik karena tidak biasa tersenyum dengan sembarang orang, anak tersebut masih tersenyum membuat Taeyong berfikir apakah terdapat sesuatu diwajahnya yang membuat lucu, tidak lama dua orang dewasa keluar dari toko tersebut yang ia asumsikan sebagai orang tuanya membawa payung yang lebih besar. ia mendengar orang dewasa tersebut berbicara pada anak yang sedari tadi tersenyum padanya dengan menggunakan bahasa yang sama sekali tidak dimengerti Taeyong. mungkin ia datang dari luar planet saat itu Taeyong berfikir, ia melihat mereka pergi menggunakan payung, orang tuanya didepan dan si anak mengekor dibelakang menuju mobil hitam yang terparkir disamping toko. Taeyong mendesah berharap hujan segera berhenti agar ia bisa kembali ke rumah dan menghangatkan dirinya dengan segelas coklat panas sampai ia merasakan seseorang menarik bajunya kecil, ia menengok dan kaget mendapati anak yang tadi berdiri disampingnya. ia bertanya ada apa tapi anak kecil tersebut tidak menjawab melainkan menyodorkan payung yang tadi ia gunakan ke tangan Taeyong, Taeyong yang mengerti maksudnya menggeleng tanda ia baik-baik saja dan mengisyaratkan akan menunggu hingga hujan reda karena ia berfikir anak tersebut pasti tidak akan mengerti jika Taeyong menggunakan bahasanya. anak kecil tersebut tersenyum kemudian meletakkan payungnya dibelakang tubuh Taeyong dan berlari kecil menuju mobilnya. Taeyong hanya memandang dari kejauhan saat mobil tersebut mulai melaju menjauh.
Nama Ten Ten terukir digagang payung.
Cute.
....
Itu cerita bertahun tahun yang lalu saat mereka pertama kali bertemu dan kemudian dipertemukan kembali saat sekolah menengah atas, saat seorang laki-laki memperkenalkan diri didepan kelasnya dengan nama yang sungguh ia tidak bisa ingat hanya dengan sekali dengar namun kemudian saat ia menyebutkan nama panggilannya dan wajah familiar yang terlintas dipikirannya, Taeyong tahu tidak sia-sia ia menyimpan payung pemberiannya.
...
Taeyong memperkenalkan dirinya sebagai anak yang bertahun-tahun lalu ia berikan payung saat didepan toko kue ketika hujan lebat turun dan mengajaknya makan siang sebagai ucapan terimakasih yang tertunda karena berkatnya Taeyong bisa pulang ke rumah dan segera membuat coklat panas favoritnya. anak tersebut ya namanya Ten terlihat berfikir sebentar sebelum akhirnya memeluk Taeyong bak sahabat lama yang akhirnya dipertemukan kembali , mulai dari saat itu mereka selalu terlihat bersama.
..
Taeyong selalu ingin Ten menjadi yang pertama, apapun itu termasuk saat dirinya mulai merasakan getaran aneh saat satu kelompok dengan seorang gadis yang diketahui bernama Hyeji ditahun keduanya. ia mengunjungi rumah Ten yang letaknya tak jauh dari kompleks rumahnya, ya tentu Ten lahir dengan sendok perak. keluarganya kaya raya tapi Ten tetap rendah hati dan tak membeda bedakan temannya, bahkan Ten menolak secara halus saat ada kumpulan anak disekolahnya yang diketahui semua anak konglomerat mengajaknya untuk bergabung, ia lebih memilih untuk hanya berteman dengan Taeyong.