37. Guilty

1.3K 164 39
                                    

"Guys that was so epic"

"Rasanya bahkan aku masih bisa mendengar suara teriakan mereka"

"Yoo, aaa Mark Lee aaa" Sebuah pukulan lembut mendarat dipunggung Yuta disisinya berjalan Mark yang terlihat menutupi sebagian wajahnya entah malu atau apa karena Yuta mencontohkan teriakan dari fangirl yang tadi didengarnya.

"Ah kiyowo" Johnny mengusak rambut coklat itu.

"Tapi hari ini benar-benar sukses terimakasih untuk kalian", kali ini suara Taeyong menggema dilorong dorm. Hari ini mereka hadir dalam acara Seoul Music Awards dan memenangkan salah satu kategori, membuat mood mereka benar-benar baik. Memang kerja keras akan selalu terbayar pada akhirnya dan tepuk tangan riuh para penggemar setelah mereka tampil benar-benar membuat hati mereka senang luar biasa. Setidaknya memang itulah kewajiban mereka sebagai performer akan selalu berusaha menampilkan penampilan terbaiknya meskipun dapat dilihat beberapa tanda kehitaman yang muncul dibawah mata mereka setelah make up itu terhapus.

"Kau terbaik hyung" donghyuck yang berjalan dibelakangnya memberikan dua jempol untuk Taeyong. Lift yang mereka tunggu terbuka Taeyong menekan tombol 5 dan melihat ke sekelilingnya sekilas, mereka menganggukkan kepala kemudian Ia menekan tombol 7.

Ini sudah lewat dari tengah malam, tubuhnya sangatlah lelah dan udara dingin tidak membantu sama sekali. Lift berhenti dilantai 2 karena ada orang yang akan naik mereka sedikit menundukkan kepala lalu mundur untuk memberikan akses orang tersebut masuk. Pintu lift terbuka dilantai 5 dan tepukan dipundak Taeyong menyadarkan dirinya dari lamunannya yang bahkan tak sadar Ia lakukan ternyata itu Yuta. Ia mengangguk dan memberikan Taeyong senyuman khasnya sebelum kakinya melangkah keluar.

"Selamat malam hyung" Jaehyun menambahkan.

"Kalian sudah bekerja keras, selamat tidur!!"

Pintu lift kembali tertutup, orang tadi juga keluar di lantai yang sama dengan para member meninggalkan Ia sendiri didalam lift bersama dengan pikirannya.

Lift berdenting dan pintu terbuka matanya masih menatap karpet berwarna coklat itu kakinya menelusuri lorong panjang yang sudah ia hafal diluar kepala. Ia mengambil nafas sebelum memasukkan kode password kamar tersebut, suara bip terdengar dan lampu langsung menyala mendapati sensor seseorang yang masuk. Ia melangkahkan kakinya perlahan, masuk ke dalam ruang TV yang lampunya telah dimatikan menyisakkan cahaya temaram dari layar TV besar dihadapannya.

Tepat seperti dugaannya, pemuda tersebut tertidur diatas sofa panjang itu. tubuhnya dibungkus hoodie hitam dan celana panjang hitam. Rambut silver putihnya kontras dengan apa yang Ia kenakan. Ia tidur dengan posisi terduduk dengan memegang ponsel ditangannya. Seperti sedang menunggu seseorang padahal Ia juga tak yakin apakah yang ditunggu akan datang atau tidak. Taeyong menunduk menatap wajah damai itu, nafasnya naik turun secara teratur membuat Taeyong tersenyum simpul, lelahnya seakan perlahan menguap setelah melihat wajah polos itu. Ia mematikan TV kemudian mengambil ponsel pemuda itu, tak sengaja menekan tombolnya hingga menampilkan layar ponsel yang masih masuk ke dalam akun untuk menayangkan siaran Vlive, Ia ingin memeluk pemuda itu saat ini juga, rasanya Ia bisa meremukkan setiap tulangnya untuk bisa mendekap kekasih yang amat dirindukannya diatas panggung ini. tangannya perlahan menelusup masuk ke bawah tubuh pemuda itu satu berada diantara lutut dan satu berada dibawah lehernya dan mengangkatnya dengan amat perlahan seperti orang itu barang yang akan pecah jika Ia salah bergerak sedikit saja. Pemuda itu menyamankan posisinya dengan mengendus dada hangat Taeyong yang ada didepan wajahnya. Taeyong membuka pintu dengan tangan kirinya dan menendangnya perlahan, menutup kembali pintu tersebut dengan kakinya kemudian berjalan menuju ranjang rapi itu. demi Tuhan disini ada ranjang yang empuk dan hangat tapi kenapa ia malah tidur diluar dalam kondisi dingin dan tak menggunakan selimut.

Taeyong meletakkan pemuda tersebut diatas ranjang dan Ia sendiri duduk disisi ranjang memperhatikan wajah itu, tangannya bergerak ingin menyentuh wajah itu namun berhenti di udara saat Ia takut justru akan mengganggu tidurnya, Ia menarik tangannya lagi dan menyatukan dengan tangan miliknya. Sangat banyak yang ingin Ia katakan tapi tertahan dipangkal tenggorokannya, Ia sungguh ingin berbagi bagaimana rasa bahagianya ia hari ini, betapa bangganya Ia dan member yang lain bisa sejauh ini, namun Ia sadar setelah beberapa kali hal itu terjadi sebelumnya, Taeyong yang akan selalu menceritakan bagaimana perasaannya setelah menang sesuatu diajang penghargaan Ia sadar bagaimana melihat cahaya dimata itu mulai meredup, tidak seperti biasanya yang akan terus berbinar saat Ia bercerita. Tentu senyum itu masih mengembang dan kalimat pujian masih terlontar tapi Taeyong tahu apa yang dirasakan pemuda itu dalam hati terdalam.

"Mian"

Suara lirih Taeyong hampir tidak terdengar. Kepalanya menunduk, seharusnya Ia tidak memikirkan hal ini karena sesungguhnya saat dirinya merasa seperti ini, Ia juga merasa bersalah pada member yang telah bekerja keras dengannya tapi apa boleh buat, perasaan tetaplah perasaan, bangga tetaplah bangga namun sakit juga tetaplah sakit. Entah bagaimana namun sakit lebih mendominasi perasaannya saat ini, Ia yang seharusnya mungkin sudah beristirahat didormnya dengan para member malah pergi ke sini ke dorm yang terpisah dari para member yang aktif dengannya untuk menemui kekasihnya yang Ia yakin telah tertidur layaknya putri tidur saat ini.

Matanya menatap pemuda yang kali ini tidur dengan posisi menghadapnya, nafas itu masih teratur damai membuat Taeyong tersenyum simpul sekali lagi, bagaimana hanya melihat wajah seseorang yang bahkan sedang tertidur bisa menjadi obat baginya? Ia menggelengkan kepalanya, sepertinya ia benar-benar perlu tidur juga karena kepalanya mulai pening terlalu memikirkan banyak hal disaat yang bersamaan. Setidaknya Ia sudah membaik itu yang Taeyong katakan pada dirinya sendiri, itu yang paling penting, tinggal tunggu waktu hingga dirinya bisa satu panggung dengan kekasihnya ini. meskipun keadaannya belum 100% pulih tapi Ia yakin bukan hanya dirinya yang sudah hampir gila menunggu pemuda itu, Ia yakin para penggemarnya pun sudah tak sabar untuk melihatnya.

"Sehat terus sayangku, aku merindukanmu", Kalimat singkat yang benar-benar memiliki makna karena ia bukan hanya merindukan Ten untuk berada satu panggung dengannya, tapi ia juga merindukan senyum itu, mata itu, bagaimana Ia berbinar setiap bercerita tentang sesuatu, bagaimana aksen anehnya saat berinteraksi dengan penggemar dan bagaimana ia bisa berinteraksi dengan kekasihnya itu tanpa timbul rasa bersalah atau apapun yang menganggu pikirannya saat ini.

"benar-benar merindukanmu." Taeyong berbisik sebelum bangun dari sisi ranjang.

Tangan mungil itu menarik ujung bajunya lemah membuatnya menoleh.





"Stay."

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang