26. You pt. 2

1.2K 160 43
                                    

"seperti ini juga belum cukup Lee Taeyong , tapi aku ingin sekali mencobanya" Ten membisikkan sesuatu ditelinga Taeyong. Ia merasakan tubuh yang lebih besar darinya itu sedikit menegang sebelum kembali mengusap pinggang rampingnya. bibir Ten kembali turun, nafasnya terasa hangat diwajah Taeyong yang sudah menutup matanya. saat Taeyong merasakan ujung bibir itu bertemu dengannya tiba-tiba rasa nyeri menghantam tubuh bagian bawahnya.

'bugh'

'aww'

Ten menendang juniornya dengan lututnya.

Ten berjalan santai ke dalam tanpa menghiraukan Taeyong yang meringis kesakitan.

"sial. kau akan meringis memohon padanya suatu saat nanti Ten!!!"

...

"hei kau meninggalkanku!"

"lihat ponsel bodohmu. untuk apa kau memilikinya jika tak menggunakannya" Ten kembali meletakkan kepalanya diatas meja,  masih terasa sedikit berat karena pengaruh alkohol yang ia minum semalam.

"ups..." benar saja Ten mengirim pesan padanya jika ia akan pulang lebih dulu. Johnny hanya menyunggingkan senyum bodohnya. Ten mendengus kesal. moodnya buruk seharian. segala yang ia lakukan kembali mengingatkannya pada kejadian tadi malam.

Orang tuanya akan kembali dari perjalanan bisnisnya di China untuk mengurus pelebaran sayap perusahaannya.

Orang tuanya kembali, berarti hari itu segera datang..

satu tahun lalu..

Ten membungkukan punggungnya pada pasangan suami isteri rekan kerja orang tuanya. ayah dan ibunya tahu bahwa Ten tak terlalu menyukai fakta bahwa mereka sering meninggalkan rumah karena harus mengurus berbagai cabang perusahaan yang mereka miliki. dan saat mencoba untuk membangun industri dibidang musik ayahnya tak sendirian, pasangan suami isteri yang terlihat sangat elegan dan penyayang ini adalah rekan kerjanya. pertemanan dari bangku kuliah yang menyebabkan mereka bisa menjalin hubungan dekat hingga sekarang.

Senyum diwajah Ten seketika memudar saat orang tuanya memberitahukan maksud dari pertemuan ini, dan matanya tak lepas dari sosok pemuda yang duduk berhadapan dengannya. rambutnya putih seperti tokoh film kartun, tatapannya dingin, menusuk. Ten mengenalnya, sangat mengenalnya karena ia baru debut di agensi ayahnya, yang juga berarti agensi orang tuanya.

'cih, pasti karena dia tampan, kenapa dia bisa jadi seorang idol'

"Jadi, ayah dan ibu akan senang jika mengetahui ada yang menjagamu Ten"

Ten menolehkan kepalanya dengan cepat namun tak ada kata yang keluar dari bibirnya.

Apa orang tuanya bercanda? menjodohkan Ten? mendengar kata itu saja Ten tak habis pikir, tahun berapa sekarang? masih adakah orang primitif yang berpikir untuk menguatkan hubungan apalah itu, dengan menjodohkan putera mereka? Ten menatap pemuda dihadapannya, yang tak bereaksi, sepertinya dia telah tau lebih dulu.

Yang benar saja? dijodohkan? dengan seorang idol? agar dia bisa menjaga dan menemani Ten? yang ada Ten yang harus menjaganya agar tak lecet.

Pertemuan singkat itu berakhir, saat mereka berdua dalam satu ruangan pun tak ada kata yang keluar dari bibir mereka, sibuk dengan ponsel masing-masing. sungguh menyebalkan. Ten membencinya. jika ia tak menyukai perjodohan ini kenapa lelaki itu hanya diam saja.

Tak tahan dengan keheningan itu Ten melangkahkan kakinya,

'sampai bertemu lagi..manis'

Suara itu dalam dan parau, Ten mendengarnya dengan jelas.

Perfect MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang